Stinney Orang Termuda di Dunia yang Dieksekusi Mati, Kisahnya Bikin Sedih

Nurdian Pratiwi, telisik indonesia
Senin, 23 Mei 2022
0 dilihat
Stinney Orang Termuda di Dunia yang Dieksekusi Mati, Kisahnya Bikin Sedih
Sosok George Stinney Jr. yang sempat didokumentasi sebelum akhirnya dihukum mati. Foto: Repro Kompasiana.com

" Bocah Afrika-Amerika tersebut tercatat sebagai orang termuda di dunia yang dieksekusi hukuman mati "

SOUTH CAROLINA, TELISIK.ID - George Stinney Jr adalah seorang bocah berkulit hitam yang dihukum mati di usianya yang masih sangat muda yakni 14 tahun.

Bocah Afrika-Amerika tersebut tercatat sebagai orang termuda di dunia yang dieksekusi hukuman mati.

Kisahnya pun begitu tragis lantaran harus dieksekusi dengan menggunakan kursi listrik. Tak hanya itu, fakta di balik kisahnya pun tak kalah mengejutkan banyak orang.

Mengutip dari suara.com, pada tahun 1944 George Stinney ditetapkan bersalah setelah dituduh membunuh dua bocah perempuan bernama Betty June Binnicker dan Mary Emma Thames. Kedua gadis kecil ini masing-masing berumur 8 dan 11 tahun.

Menurut saksi mata, pada saat kejadian, Betty dan Mary pergi bersama George untuk memetik bunga di sebuah tempat yang tidak jauh dari rumah mereka.

Setelah pergi cukup lama, ketiganya tidak juga kembali. Hingga seluruh penghuni rumah mulai mencari mereka karena merasakan ada hal aneh.

Saat ditemukan, tubuh Betty dan Mary tergeletak di tanah berlumpur dengan luka yang berasal dari paku. George yang bersama keduanya lalu dicurigai sebagai pembunuhnya.

Ia lalu ditahan dan dipisahkan secara paksa dari kedua orang tuanya. Selama proses pemeriksaan, tanpa diketahui alasan yang pasti, George mengakui perbuatan kejam tersebut. Padahal, sang kakak bersaksi jika adiknya ini bersama dengan dirinya sepanjang waktu di hari di mana dua bocah perempuan ini ditemukan tewas.

Dilansir dari okezone.com, sidang kasus George kecil yang digelar selama tiga jam di South Carolina dikenal sebagai salah satu kegagalan keadilan paling mengerikan yang pernah dilakukan di negara bagian itu.

Baca Juga: Hampir Seribu Orang dan Pejabat AS Dilarang Masuk ke Rusia, Ada Apa?

George dijatuhi hukuman mati oleh juri yang terdiri dari 12 pria kulit putih yang mengembalikan vonis bersalah setelah hanya 10 menit musyawarah.

Dan hanya dua bulan kemudian, anak berusia 14 tahun itu dibawa ke dalam ruang eksekusi dan meninggal dunia pada 16 Juni 1944 di atas kursi listrik.

Namun, Setelah lebih dari 70 tahun tepatnya pada tahun 2014, setelah dieksekusi mati, akhirnya terbukti bahwa George tidak bersalah. Ia menjadi korban fitnah atas tuduhan pembunuhan yang menyeretnya ke pengadilan.

Hakim Carmen Mullen mengungkapkan bahwa pengacara bocah itu memanggil "sedikit atau tidak ada saksi", dan gagal memeriksa silang para penuduhnya dengan benar.

Selain itu, permohonan persidangan kembali didasarkan pada bukti yang menunjukkan Stinney yang kala itu berbobot 43 kilogram, tak mungkin membunuh 2 korban dan menyeretnya ke parit.

Juga didasarkan pada pengakuan seorang pria kulit putih sekarat beberapa tahun lalu, serta kemungkinan bahwa Stinney mengaku karena keluarganya diancam.

Adik George, Amie Ruffner bersaksi bahwa selama proses banding, George ada di rumah pada hari ketika dua gadis terbunuh dan tidak mungkin membunuh mereka.

Baca Juga: 3 Sumber Kekayaan Miyabi Setelah Pensiun dari Bintang Film Porno, Bikin Melongo

Amie mengatakan dia menyaksikan George ditangkap oleh polisi kulit putih ketika dirinya baru berusia delapan tahun.

Dia mengatakan dirinya melihat George hanya ketika George sudah meninggal setelah dihukum mati di kursi litrik. Amie melihat "wajahnya yang terbakar" di peti mati terbuka di pemakamannya.

Amie mengatakan keluarganya dipaksa keluar dari Alcolu karena kasus tersebut dan dia tidak pernah kembali sejak itu.

"Pada hari-hari itu, ketika Anda berkulit putih Anda benar, ketika Anda berkulit hitam Anda salah,” terangnya.

Kisah sedih George ini pun sempat diangkat ke layar televisi pada 1991 dengan judul “Carolina Skeletons”. Film ini didasarkan pada buku yang sama yang ditulis oleh keponakan George, David Stout. (C)

Penulis: Nurdian Pratiwi

Editor: Haerani Hambali

Artikel Terkait
Baca Juga