Israel Hancur Dirudal Iran, Begini Cara Kerja Iron Dome Milik Indonesia NASAMS Jika Diserang

Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Sabtu, 28 Juni 2025
0 dilihat
Israel Hancur Dirudal Iran, Begini Cara Kerja Iron Dome Milik Indonesia NASAMS Jika Diserang
NASAMS bekerja deteksi ancaman, kirim data ke radar, lalu luncurkan rudal penangkal. Foto: Repro Defense Studies.

" Iron Dome, bahkan menghancurkan infrastruktur penting di Tel Aviv dan Haifa "

JAKARTA, TELISIK.ID - Serangan rudal Iran yang menembus pertahanan canggih Israel menimbulkan pertanyaan besar, mampukah sistem pertahanan udara Indonesia seperti NASAMS menghadapi ancaman serupa?

Serangan Iran ke Israel yang berlangsung cepat dan tepat sasaran mengejutkan banyak negara, termasuk Indonesia. Rudal-rudal balistik dan drone kamikaze Iran berhasil menembus sistem pertahanan udara Israel, Iron Dome, bahkan menghancurkan infrastruktur penting di Tel Aviv dan Haifa.

Kejadian ini memicu kekhawatiran banyak pihak, terutama mengenai kesiapan negara lain menghadapi skenario serangan rudal yang sama.

Dalam konteks ini, muncul pertanyaan besar: bagaimana jika Indonesia menghadapi serangan sejenis? Apakah sistem pertahanan udara Indonesia mampu menahan gempuran rudal jarak jauh dengan kekuatan seperti yang dilakukan Iran terhadap Israel?

Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISSES), Khairul Fahmi, menyampaikan pandangannya. Ia menilai bahwa sistem pertahanan udara Indonesia belum cukup kuat untuk menangkal serangan dalam skala dan kompleksitas seperti itu.

“Saat ini, sistem pertahanan udara nasional masih bersifat terbatas, tersebar, dan belum terintegrasi penuh secara nasional seperti halnya Iron Dome, David's Sling, dan Arrow yang dimiliki Israel,” ujar Fahmi, seperti dikutip dari CNN Indonesia, Sabtu (28/6/2025).

Fahmi juga menekankan bahwa serangan Iran ke Israel merupakan contoh perang modern presisi tinggi. Serangan ini bukan hanya soal kuantitas rudal, tetapi bagaimana sistem pertahanan diuji dari sisi deteksi dini, peringatan cepat, hingga intersepsi berlapis.

Sistem pertahanan udara Indonesia, menurutnya, masih belum mencapai level kesiapan tersebut.

Walaupun begitu, Indonesia telah memiliki beberapa alat utama sistem senjata (alutsista) untuk pertahanan udara, salah satunya adalah sistem NASAMS (National Advanced Surface-to-Air Missile System).

Baca Juga: Daftar Negara dan Kelompok Sekutu Iran Lawan Geng Amerika-Israel dalam Skenario Perang Dunia ke-3

NASAMS menjadi salah satu komponen pertahanan udara jarak menengah yang sudah mulai memperkuat kekuatan udara Indonesia sejak kontraknya ditandatangani pada 2017.

Mengutip situs resmi Kementerian Pertahanan, kontrak pembelian NASAMS oleh Indonesia ditandatangani pada 31 Oktober 2017 dengan perusahaan asal Norwegia, Kongsberg Defence & Aerospace, yang bekerja sama dengan Raytheon, perusahaan pertahanan asal Amerika Serikat. Nilai kontraknya mencapai 77 juta dolar AS.

NASAMS adalah sistem pertahanan udara terintegrasi yang terdiri dari rudal, radar, dan pos komando. Sistem ini memiliki kemampuan menghadapi berbagai ancaman dari udara seperti rudal jelajah, pesawat tempur, drone, hingga helikopter.

NASAMS digunakan oleh sejumlah negara NATO dan terbukti efektif dalam beberapa konflik modern.

Indonesia juga telah melengkapi sistem NASAMS dengan pembelian 200 rudal AIM-120C AMRAAM pada tahun 2021. Rudal ini mampu menghalau ancaman udara dalam jarak sedang.

Namun demikian, varian yang dimiliki Indonesia memiliki jarak tembak lebih pendek dibandingkan AMRAAM-ER, yang bisa menjangkau sasaran lebih dari 40 kilometer.

Kendati memiliki sistem pertahanan udara seperti NASAMS, Fahmi mengingatkan bahwa Indonesia belum memiliki sistem pertahanan udara berlapis yang terintegrasi secara menyeluruh.

Sistem yang mampu bekerja real time dalam menghadapi ancaman rudal balistik, rudal jelajah, dan serangan drone dalam jumlah besar secara bersamaan masih menjadi kebutuhan yang mendesak.

“Belum ada sistem multi-layered integrated air defense yang mampu bekerja secara terpadu dan real time dalam menanggapi serangan rudal balistik, jelajah, maupun drone swarm secara simultan,” tegas Fahmi.

Ia juga menyoroti bahwa kondisi geografis Indonesia yang relatif aman jangan sampai meninabobokan. Meskipun Indonesia tidak berkonflik langsung seperti negara-negara di Timur Tengah, perkembangan teknologi senjata saat ini membuat ancaman bisa datang dari mana saja, termasuk oleh aktor non-negara.

"Konflik masa depan bukan hanya soal kekuatan infanteri, tank dan jet tempur, tetapi tentang kecepatan dan akurasi serangan, keheningan drone, dan koordinasi cyber-electronic warfare," ungkap Fahmi.

Pemerintah Indonesia sejatinya sudah menyadari pentingnya sistem pertahanan udara modern. Menurut Fahmi, pemerintah tengah mendorong pengadaan radar, rudal pertahanan udara, serta penguatan sistem komando dan kendali nasional.

Meski begitu, ke depan, Indonesia perlu peta jalan pertahanan udara yang lebih terstruktur dan integratif.

"Indonesia butuh peta jalan pertahanan udara yang lebih menyeluruh, integratif, dan berlapis, mencakup kerja sama internasional dan pemberdayaan industri pertahanan nasional," jelas Fahmi.

Fahmi juga menekankan pentingnya kemandirian pertahanan nasional dalam jangka panjang.

Baca Juga: Jenis Rudal Balistik Iran Bikin Iron Dome Israel Hilang Taji, Kantor Mossad dan 14 Ribu Bangunan Rusak Parah

Dalam kondisi darurat atau jika ada sanksi internasional, hanya negara yang mampu mandiri secara pertahanan yang bisa bertahan dan menanggapi serangan dengan cepat.

"Nah, di sinilah relevansi arah kebijakan Presiden Prabowo Subianto yang ingin mendorong transformasi industri pertahanan nasional secara progresif dan strategis, termasuk dalam sistem pertahanan udara," tambah Fahmi.

Sementara itu, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, dalam pidatonya yang disiarkan televisi pemerintah pada Jumat (26/6/2025), menyebut bahwa Iran telah berhasil mengalahkan Israel dalam serangan tersebut.

Ia mengatakan bahwa Israel hancur di bawah hantaman kekuatan rudal Iran yang disebut dengan operasi "True Promise III."

"Pikiran bahwa Iran dapat memberikan pukulan seperti itu pada mereka sama sekali tak pernah terlintas dalam benak mereka dan tak pernah terbayangkan oleh mereka. Namun, inilah yang terjadi," ujar Khamenei dalam pidatonya. (C)

Penulis: Ahmad Jaelani

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Artikel Terkait
Baca Juga