6 Negara Ini Punya Standar Kecantikan yang Unik

Merdiyanto

Content Creator

Minggu, 06 Oktober 2024  /  6:53 pm

Wanita Suku Karen memanjangkan leher menggunakan tumpukan cincin kuningan yang dikenakan sejak usia muda. Foto: Repro outpostmagazine.com

KENDARI, TELISIK.ID - Standar kecantikan sangat beragam di berbagai belahan dunia. Jika di negara kita, kulit putih sering dianggap sebagai idaman, di negara lain justru sebaliknya.

Meskipun ada standar kecantikan umum, setiap negara memiliki definisi kecantikan yang berbeda-beda.

Berikut deretan standar kecantikan unik dari berbagai negara di dunia dilansir dari berbagai sumber.

1. Bibir Lebar - Ethiopia

Di wilayah Selatan Ethiopia, Suku Surma memiliki tradisi memperbesar bibir wanita dengan menggunakan piringan sebagai bagian dari standar kecantikan mereka.

Proses memasang piringan bibir dimulai sejak remaja. Perempuan Surma akan melalui ritual pencabutan gigi sebelum akhirnya memasang piringan tersebut.

Baca Juga: Tradisi Unik Suku Wodaabe: Adu Gigi Putih hingga Culik Istri Orang

Setelah itu, bibir bawah mereka kemudian dipotong untuk menyesuaikan dengan ukuran piringan yang bervariasi, mulai dari 4 hingga 25 cm. Piringan ini biasanya terbuat dari tanah liat atau kayu.

2. Telinga Panjang - Kenya

Wanita Suku Maasai di Kenya menganggap telinga panjang sebagai standar kecantikan. Mereka mencapai tampilan ini dengan menggunakan anting-anting berat dari berbagai bahan seperti kayu, batu, dan gading untuk meregangkan lobus telinga mereka.

Semakin panjang daun telinga, semakin cantik menurut kepercayaan mereka. Untuk mempercantik penampilan pada acara-acara penting, mereka akan menggantung manik-manik pada lobus telinga mereka.

3. Leher Panjang - Thailand

Wanita Suku Karen yang menghuni pedalaman Thailand terkenal dengan tradisi mereka memanjangkan leher menggunakan tumpukan cincin kuningan yang dikenakan sejak usia muda.

Sejak usia 5 tahun, perempuan Karen mulai mengenakan tumpukan cincin kuningan di leher mereka. Jumlah cincin akan bertambah secara bertahap, sekitar 2 hingga 3 tumpuk setiap 2-3 tahun.

Cincin kawat pada leher wanita Suku Karen tidak hanya sebagai perhiasan, tetapi juga berfungsi sebagai perlindungan dari serangan binatang buas. Hal ini sangat berguna mengingat gaya hidup nomaden mereka yang sering membawa mereka berinteraksi dengan alam liar.

Meskipun boleh dilepas sebentar untuk dibersihkan, cincin leher harus selalu dipakai. Pengecualian hanya diberikan pada momen-momen penting seperti melahirkan, menikah, atau meninggal.

4. Tato Iris - Nigeria

Bekas luka atau parut yang dihasilkan dari tato iris, yang merupakan tradisi di beberapa suku Afrika seperti Nigeria, berfungsi ganda sebagai hiasan tubuh dan penanda penting dalam kehidupan seseorang, terutama saat memasuki masa pubertas.

Sejak usia dini, anak-anak suku Tiv di Nigeria sudah mulai membuat tato iris. Mereka percaya bahwa tato ini tidak hanya mempercantik penampilan, tetapi juga meningkatkan peluang mereka untuk mendapatkan pasangan.

Menurut kepercayaan suku Tiv, sentuhan pada bekas luka tato iris dapat menimbulkan ketertarikan romantis yang mendalam.

5. Tato - Selandia Baru

Suku Maori di Selandia Baru memiliki tradisi tato yang sangat dihormati, yaitu Ta Moko. Tato ini dianggap sebagai simbol identitas dan spiritualitas mereka

Tato wajah atau Ta Moko menjadi sangat populer di kalangan suku Maori karena mereka percaya bahwa kepala adalah bagian tubuh yang paling suci dan pantas untuk dihiasi dengan tato.

Baca Juga: Lima Bandara di Indonesia Taraf Internasional dengan Desain Arsitektur Terunik

Terdapat perbedaan dalam penerapan tato Ta Moko antara pria dan wanita Maori. Pria umumnya memiliki tato di seluruh wajah, sedangkan wanita biasanya hanya pada bibir dan dagu.

6. Menutup Bagian Luar Hidung - India

Suku Apatani di India dikenal unik karena wanita-wanitanya dianggap memiliki kecantikan alami yang menonjol dibandingkan suku-suku tetangga.

Uniknya, mereka menutup kedua lubang hidung dengan hiasan kecil dan menggambar garis tinta memanjang dari hidung ke dahi.

Tradisi ini dipercaya sebagai upaya untuk melindungi diri dari perhatian pria dari suku lain, seolah-olah standar kecantikan mereka hanya berlaku di dalam komunitas mereka sendiri. (C)

Penulis: Merdiyanto

Editor: Mustaqim

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS