Aktivitas Tambang Morosi Sebabkan Abrasi 42 Rumah Tenggelam, Warga Desa Muara Sampara Terancam Kehilangan Tanah dan Sejarah

Bambang Sutrisno

Reporter

Senin, 27 Mei 2024  /  11:18 am

Warga meminta pemerintah turun tangan agar rumah mereka tak tenggelam akibat abrasi. Foto: Bambang Sutrisno/Telisik

KENDARI, TELISIK.ID - Desa Muara Sampara, Kecamatan Kapoiala, Kabupaten Konawe, telah mengalami abrasi sejak 6 tahun lalu. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipicu oleh gangguan keseimbangan alam daerah pantai.

Sejak 6 tahun lalu abrasi atau pengikisan pantai Desa Muara Sampara diakibatkan oleh aktivitas tambang nikel di Desa Morosi, Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe.

“50 tahun bermukim di pantai Desa Muara Sampara, tidak pernah sedikit pun mengalami abrasi. Tapi ketika tambang nikel hadir, beberapa aliran kali ditutup, inilah yang menjadi penyebab peningkatan arus air dan pengikisan pantai," kata Kepala Desa Muara Sampara, Suherman.

Dikatakan, 42 rumah telah tenggelam, kerugian ditaksir miliaran rupiah. Minggu lalu 2 rumah yang tenggelam, proses abrasi lebih cepat dari sebelumnya.

Sejumlah warga tengah membongkar bangunan tumah yang tenggelam. Foto: Bambang Sutrisno/Telisik

 

"Rumah yang ditempati selama puluhan tahun harus ditinggalkan, setengah badan rumah telah tenggelam. Tidak mungkin lagi bisa ditempati, bisa membahayakan nyawa keluarga," ucap salah seorang warga, Basrin M, sambil membongkar bangunan rumahnya yang tenggelam.

Baca Juga: Sejumlah Warga di Kolaka Timur Blokir Jalan, Protes Tambang Ilegal

Masyarakat yang jumlahnya 553 jiwa dan 135 KK terancam kehilangan tanah. Mereka juga terancam kehilangan sejarah di tanah kelahiran sendiri.

Sebelum ada tambang masuk di Morosi, beberapa aliran sungai/kali belum ditutup. Konsentrasi air terpecah, jadi kalau hujan keras atau pun air pasang dari laut, tidak pernah ada abrasi selama puluhan tahun.

Baca Juga: Warga Konut Keluhkan Lambatnya Kejati Sultra Tangani Tambang Liar Barang Bukti Diduga Dihilangkan

Ketika tambang nikel hadir, beberapa aliran kali ditutup, menjadi sebab peningkatan arus menuju muara. Desa ini berada di ujung dari aliran sungai Konaweha dan Rawa Aopa, kalau konsentrasi air kali ditutup, membahayakan desa ini.

Akibat peningkatan arus air sungai yang tidak terpecah, menjadi penyebab abrasi ini terjadi. Peningkatan pengikisan pantai terjadi lebih dari 6 tahun. Tapi semenjak intensitas hujan tinggi belakangan ini, menjadi penyebab arus air dari kali Konaweha dan Rawa Aopa menjadi meningkat.

"Abrasi saat ini jauh lebih cepat dari sebelumnya. Dulu 10 meter per tahun dalam pengikisan pinggir pantai, sekarang perubahannya 1 bulan saja hujan sudah 5 meter masuk mengikis badan rumah, ini berbahaya sekali," ujar seorang warga, Ebit. (A)

Penulis: Bambang Sutrisno

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS