Bangka Mbule-Mbule: Tradisi Adat Maritim di Wakatobi Pulangkan Roh Jahat
reporter
Sabtu, 29 April 2023 / 12:11 am
WAKATOBI, TELISIK.ID – Kabupaten Wakatobi jadi salah satu bukti kekayaan alam Indonesia dengan beragam tradisi dan adat istiadat di dalamnya. Salah satu tradisi yang sampai saat ini masih dilestarikan masyarakat Wakatobi adalah bangka mbule-mbule.
Menurut salah seorang pegiat sosial di Wakatobi, Saleh Hanan mengatakan, bangka mbule-mbule adalah tradisi yang setiap tahun diselenggarakan oleh masyarakat adat Mandati di Pulau Wangi-Wangi.
Tradisi ini berupa melarungkan perahu yang berisi persembahan hasil panen dan boneka manusia ke laut. Biasanya bangka mbule-mbule dilakukan masyarakat saat musim kemarau atau di bulan-bulan Juli.
Dalam prosesnya, tradisi ini dipimpin oleh tokoh yang dituakan di wilayah Mandati, diawali dengan menebang kayu untuk dibuat perahu, kemudian perahu tersebut diisi dengan berbagai hasil tani dan makanan, seperti jagung, ubi, telur, daun sirih, pinang, dan lain-lain.
Tak lupa sepasang boneka besar yang didandani menyerupai laki-laki dan perempuan, juga masuk dalam perahu tersebut. Boneka itu biasanya terbuat dari bambu dan ijuk.
Baca Juga: Mengenal Tahapan Tradisi Kari'a, Upacara Pingitan Masyarakat Muna
Perahu yang sudah terisi penuh akan digotong mengelilingi desa, baru akhirnya dilarungkan di laut yang diarak oleh perahu-pelahu nelayan. Proses pelarungan dipimpin oleh ketua adat setempat, ia bertugas untuk memanjatkan doa-doa untuk mengusir roh jahat.
Euforia masyarakat dalam melangsungkan tradisi tersebut bisa dibilang cukup meriah, Anda akan mendengar gaungan terompet yang dibunyikan masyarakat setempat sejak pagi awal prosesi hingga pelarungan di sore hari. Terompet disebut kapupu, yang terbuat dari daun kelapa muda.
Secara bahasa, bangka mbule-mbule berasal dari kata bangka, yang artinya perahu, dan mbule yang artinya pulang, sehingga dapat berarti perahu untuk pulang, atau perahu yang pulang. Arti ini sesuai dengan tujuan dilakukannya tradisi tersebut, yaitu untuk memulangkan roh-roh jahat ke laut.
Dilansir dari Wikipedia.org, masyarakat mempercayai bahwa terdapat roh-roh jahat yang dapat mencelakakan manusia dan untuk menghindari hal tersebut perlu diadakan sebuah acara adat yang dapat memberikan suasana damai dan tenang.
Sehingga diadakanlah tradisi bangka mbule-mbule yang biasanya dilaksanakan pada bulan ke-7 pada saat masyarakat panen padi. Pemilihan bulan ke-7 tersebut juga dikarenakan masyarakat dan tokoh adat (Syara) sekitar percaya bahwa pada bulan tersebut adalah waktu yang baik dalam memberi sedekah kepada alam dan roh-roh yang yang menggangggu masyarakat sekitar.
Baca Juga: Sepenggal Surga Keindahan Desa Wisata Kulati Kabupaten Wakatobi
Awalnya tradisi bangka mbule-mbule merupakan ritual tradisional masyarakat Mandati Selatan, Kecamatan Wangi-Wangi, yang dilakukan sekali dalam setahun atau dalam empat tahun sekali jika ada bencana alam, gagal panen, ketidakstabilan, dan gangguan lain.
Tradisi ini akan dilakukan apabila sedang musim paceklik ikan dan kondisi cuaca buruk di laut, sehingga nelayan penangkap ikan tidak bisa melaut.
Selain itu juga dikarenakan masalah seperti musim kemarau panjang, te koranga mbea’e o hoto nei (gagal panen), o hama’o na bha’ehembulata ikoranga (banyaknya panen terserang hama) dan kelelei (ternak sering mati), maka bangka mbule-mbule berfungsi sebagai media ritual yang bisa menghubungkan antara manusia dengan te onitu mbeaka iita (mahkluk halus) agar untuk tidak mengganggu kehidupan masyarakat yang ada di desa Mandati. (B-Adv)
Penulis: Adinda Septia Putri
Editor: Haerani Hambali
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS