Berawal dari Hobi, Pengusaha ini Dirikan Museum Kendaraan Antik
Reporter Yogyakarta
Sabtu, 13 Juni 2020 / 11:55 am
YOGYAKARTA, TELISIK.ID - Kota Yogyakarta menawarkan satu destinasi menarik bernama Museum Merpati Motor. Didirikan oleh pengusaha bernama David Sunar Handoko.
Kehadiran museum yang baru dibuka tahun 2018 ini diharapkan mampu menjadi sarana edukasi bagi masyarakat terkait sejarah motor tua.
"Saya mencoba menyenangkan orang lain. Juga mengedukasi tentang sejarah motor tua dan membuat perubahan biar motor tua itu tidak hanya jadi barang bernilai ekonomis, tapi juga jadi barang bersejarah," katanya.
Indonesia pantas berterimakasih kepadanya. Karena ratusan motor klasik ia selamatkan dalam kondisi masih sehat dan layak jalan.
Kini, tempat tersebut menjadi istana kendaraan antik yang keren habis, yang berawal dari hobi dan melihat pasaran motor antik Indonesia di tahun 1980-an dikuasai negara Barat.
David Sunar Handoko takut jika kendaraan antik Indonesia habis. Akhirnya ia mendirikan museum kecil.
Waktu itu, motor Harley Davidson Sportcaster keluaran 1959 menjadi motor pertama yang dibeli dengan harga Rp 3,5 juta. Setelah itu, ia memborong berbagai jenis motor antik dari berbagai daerah untuk dikoleksi pada tahun 1989.
Dalam hobi sekaligus bisnis ada tiga jenis barang yang biasa dibeli orang. Pertama, barang yang dibutuhkan sekarang seperti kebutuhan pokok seperti makanan. Kedua, barang untuk masa depan seperti tanah. Ketiga, barang masalalu seperti motor atau mobil tua yang diperkirakan masih bernilai di masa depan.
Khusus motor atau mobil tua itu bisa dapat sejarahnya, tabungannya, tapi juga dapat kesenangannya atau hobi.
David Sunar Handoko (64), menuturkan, sebagian besar koleksi buruannya saat dibeli masih berbentuk bahan.
Katanya, bahan merupakan istilah yang merujuk onggokan motor tak berfungsi, yang masih harus dibangun ulang lagi agar dapat berfungsi normal.
Padahal, dari total 400 unit koleksi motor tua keluaran 1916-1980 miliknya, baru 300 unit motor yang layak pajang di museum Handoko yang berlokasi di Jalan KH Ahmad Dahlan 88, Ngampilan, Yogyakarta.
Handoko getol berburu motor tua sejak 1990. Tapi, sejak tahun 2000, ia sudah tak aktif berburu motor tua lagi.
Untuk membeli motor tua yang sudah didandani sebagai koleksi, kata Handoko, bukan pilihan bijak. "Karena harganya sangat mahal," katanya.
Handoko mengatakan, motor kuno pertama yang dibelinya adalah Harley Davidson Sportster. "Saya baca dari internet ternyata Harley Davidson itu paling banyak ada di Amerika dan Indonesia. Soalnya kan dulu motor Harley di Indonesia dipakai militer dan polisi. Jadi saya tidak mau motor kuno yang pernah jadi bagian sejarah di Indonesia hilang begitu saja," paparnya.
Dari sini Handoko pun makin memantapkan diri mengoleksi motor kuno dan melakukan perburuan hingga ke berbagai daerah di Indonesia, bahkan ke luar negeri.
Baca juga: Era New Normal, DPM-PTSP Harap Pelaku Usaha Juga Kembali Normal
Handoko mengatakan ia tidak sekadar membeli motor kuno. Tapi motor kuno yang diproduksi secara terbatas dan motor yang pernah dipakai orang penting di Indonesia.
Di museum itu terdapat puluhan sepeda kayuh jenis onthel kuno, puluhan sepeda motor kuno dari berbagai merek yang dijejer secara horizontal dengan rapi. Terdapat pula setrika dan radio kuno terdapat di ruangan yang cukup luas tersebut.
Mobil kuno yang terparkir di belakang memiliki nuansa klasik yang kental dan jarang terlihat di jalanan Kota Yogyakarta.
Waktu itu harga motor kuno tidak semahal sekarang. Dulu hanya ratusan sampai jutaan rupiah. Kalau sekarang sudah milyaran rupiah.
Koleksi Handoko pun tidak terbatas pada Harley Davidson saja, melainkan berbagai merk motor seperti Suzuki, Yamaha, Kawasaki, Lambretta, Vespa hingga BSA. Juga ada lukisan, arloji, dan kaca mata.
Ada pula sepeda motor yang pernah dipakai orang penting di Indonesia, yakni Jenderal Polisi Hoegeng Imam Santoso. dan Letnan Jenderal Dading Kalbuadi. Motor milik Pak Hoegeng ada dua, BSA Lighting Clubman tahun 1965 dan BSA Twin Golden Flash.
Untuk perawatan ratusan koleksi motornya, Handoko dibantu oleh tiga orang karyawan. Untuk perawatan hanya dilap dan dibersihkan saja karena motor-motor ini jarang dipakai di jalanan.
Reporter: Affan Safani Adham
Editor: Haerani Hambali