Berpotensi Gagal Panen, Kadis Pertanian: Kita Harus Kembalikan Kejayaan Petani Jambu Mete
Reporter Buton Utara
Selasa, 09 November 2021 / 3:37 pm
BUTON UTARA, TELISIK.ID - Petani jambu mete di Kabupaten Buton Utara (Butur) berpotensi gagal panen. Selain disebabkan karena cuaca, juga karena usia jambu mete yang sudah cukup tua sehingga tidak produktif lagi.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Butur, Ir. Yusuf, M.AP mengatakan, jambu mete termasuk tanaman yang rentan dengan hujan. Kata dia, curah hujan yang tinggi tidak cocok bagi tanaman jambu mete, karena pada saat proses bunga membentuk buah, kalau lembab itu bisa dimasuki penyakit.
"Dan itu bisa gagal pembuahan atau gagal pembentukan buah. Jadi sinyal-sinyal gagal panen itu ada," sebutnya kepada Telisik.id saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (9/11/2021).
Kendati demikian, Yusuf berharap ada jambu mete berusia muda yang tidak gagal panen. Jika di musim ini ada tanaman jambu mete yang masih berumur muda tidak gagal panen, Ia menyarankan untuk merehabilitasi tanaman jambu mete yang berumur tua.
"Kita tebang dan kita ganti dengan yang baru. Itu namanya rehabilitasi tanaman. Itu yang saya mau lihat," terangnya.
Baca Juga: 76 Tahun Indonesia Merdeka, 6 Desa di Pulau Masaloka Raya Baru Nikmati Air Bersih
Ketua Nahdlatul Ulama Butur periode 2021-2026 ini menerangkan, produktifnya jambu mete itu di bawah 20 tahun. Pohon yang berusia di atas 20 tahun sudah tidak stagnan, apalagi usia jambu-jambu ini ada yang sudah di atas 40 tahun.
Yusuf menjelaskan, kebanyakan jambu mete di Butur ini dahulu bukan ditanam untuk tujuan produktif, melainkan penghijauan atau reboisasi lahan-lahan kering atau lahan marjinal yang tanaman lain susah tumbuh sehingga ditanami jambu untuk menghijaukan lahan.
"Karena orientasinya bukan produksi ya jangan kita salahkan, kenapa jambunya tidak berbuah? Karena memang dari benihnya tidak atau bukan benih yang recommended atau yang direkomendasikan pemerintah," ujarnya.
Karena itu, Yusuf mengatakan, jika jambu mete yang berusia tua sudah tidak produktif, maka disosialisasikan kepada petani untuk menebangnya dan diganti dengan tanaman yang benihnya lebih recommended. Kata dia memilih pohon atau benih tidak sembarang.
Kendati demikian, Yusuf menambahkan, jika ada pohon jambu mete yang masih berbuah meski cuaca seperti sekarang, ia merekomendasikan untuk mengambil benih dari pohon jambu mete tersebut.
"Mungkin itu kita rekomendasikan kalau tidak dapat bantuan dari pemerintah, ambil benih dari pohon yang lebih produktif. Karena jambu ini, kalau jambu yang induknya berbuah pastinya dia akan berbuah. Kan secara vegetatif sifat-sifat itu diturunkan," jelasnya.
"Hanya kan kita petani ini memilih jambu untuk benih itu diambil di tumpukan jambu, dia tidak tau asal buahnya dari pohon mana. Sehingga sering dalam sosialisasi saya katakan, bahwa memilih benih itu bukan biji jambunya yang bagus, tapi asal pohonnya dari mana. Pilihlah dari pohon yang berbuah sepanjang masa dia tidak pernah gagal. Itu salah satu yang kita rekomendasikan," tambahnya.
Rata-rata tanaman jambu mete yang kalau ditanam dahulu dengan pola atau dengan tujuan reboisasi, Yusuf menyebut itu sudah tidak produktif lagi. Kata dia sudah untung-untungan untuk berbuah. Ia memperkirakan, tanaman jambu mete yang masih produktif ini sekira 3000-an hektar, selebihnya sudah harus direhabilitasi.
Baca Juga: Ketua DPRD Sumut Sepakat Bangun Jalur Alternatif Medan - Tanah Karo, Ini Tujuannya
Yusuf mengatakan, di perkebunan itu yang menjadi primadona prioritas memang jambu mete, karena memang kita pernah jaya dengan jambu mete.
"Jadi kita harus kembalikan kejayaan petani jambu mete di Butur ini," pungkasnya.
Yusuf menjelaskan, sebaran lahan jambu mete di Kabupaten Butur berdasarkan data statistik tahun 2017, secara keseluruhan seluas kurang lebih 7700 hektare. Luas lahan itu belum dihitung dengan tanaman jambu mete yang baru ditanam.
Lahan jambu mete tersebut tersebar di Kecamatan Kambowa, Bonegunu, Kulisusu, Kulisusu Utara dan Wakorumba Utara. (C-Adv)
Reporter: Aris
Editor: Haerani Hambali