Dampak Negatif Menjadi Sandwich Generation

Nur Khumairah Sholeha Hasan

reporter

Kamis, 15 Juni 2023  /  9:28 pm

Sandwich generation dapat diartikan sebagai sebuah fenomena dimana seseorang harus menanggung kebutuhan, terutama kebutuhan finansial dari generasi atas dan generasi bawah. Foto: Sunlife.co.id

KENDARI, TELISIK.ID - Kita biasanya mengenal sandwich sebagai makanan dengan isian daging, sayur, telor dan saus yang kemudian diapit dua buah roti. Rasanya enak untuk nemenin sarapan dengan secangkir teh.

Namun, bagaimana dengan sandwich generation? Istilah sandwich generation atau generasi sandwich. Istilah ini ditujukan untuk suatu fenomena dimana seseorang diapit oleh kebutuhan dua generasi sekaligus.

Mengutip Satuoersen.net, sandwich generation atau generasi sandwich pertama kali diperkenalkan oleh A. Miller, pada 1981. Seorang profesor sekaligus direktur praktikum di Universitas Kentucky, Lexington, Amerika Serikat (AS). Istilah ini dipakai dalam jurnalnya yang berjudul "The 'Sandwich' Generation: Adult Children of the Aging".

Sandwich generation dapat diartikan sebagai sebuah fenomena di mana seseorang harus menanggung kebutuhan, terutama kebutuhan finansial dari generasi atas dan generasi bawah. Generasi atas yaitu orang tua mereka dan generasi bawah yaitu anak-anak mereka. Seperti isian daging dalam roti sandwich yang dihimpit dua roti, generasi sandwich juga terhimpit oleh kebutuhan dua generasi yang berbeda.

Baca Juga: Sosok Rahmania Astrini, Solosis yang menjadi Special Guest Konser Coldplay di Jakarta

Sederhananya, kamu yang berada di generasi sandwich dituntut untuk harus menghidupi dan mencukupi kebutuhan orang tua kamu sekaligus anak-anak kamu. Bukan hanya kebutuhan sehari-hari, tetapi juga kebutuhan kesehatan dan kebutuhan penting lainnya.

Dampak negatif menjadi sandwich generation:

1. Kesehatan mental terganggu

Psikolog James Lyda mengatakan bahwa generasi sandwich kerap menemui tantangan yang menganggu kesehatan mentalnya.

Hal itu terjadi karena beban emosional, finansial, bahkan fisik yang harus ditanggungkan.

"Mereka harus bekerja untuk membiayai orangtua, diri sendiri, dan keluarga kecilnya, yang tentunya itu semua menuntut energi dan pikiran," ucapnya dikutip dari Kompas.com.

Lyda juga mengatakan bahwa generasi sandwich kerap merasa sulit atau tidak mungkin menemukan cukup waktu untuk memenuhi tuntutan anak, orang tua, pekerjaan, dan tugas hidup lainnya.

"Akibatnya, mereka tidak punya banyak waktu untuk melakukan aktivitas perawatan diri seperti olahraga, makan sehat, istirahat,t idur, dan qulity time dengan pasangan," tambahnya.

2. Burnout (kelelahan fisik dan mental)

Menghidupi orang tua dan anak-anaknya sekaligus tentu mengharuskan untuk bekerja super ekstra karena kebutuhan bertambah dua kali lipat. Hal tersebut tentu dapat mengakibatkan kelelahan fisik.

Bisa jadi jam tidur harus berkurang karena mengambil kerja tambahan demi pemasukan bertambah. Pulang larut malam untuk ambil lembur, atau bangun lebih pagi untuk pekerjaan tambahan.

Fisik yang diforsir setiap hari tentu akan merasa capek. Ibarat mesin nih, kalau dipakai terus-terusan dan super ekstra, juga bakalan panas sendiri.

3. Perasaan bersalah

Meski sudah bekerja keras, perasaan bersalah juga sering dirasakan loh, oleh generasi sandwich. Perasaan ini muncul biasanya ketika mereka belum mampu memenuhi kebutuhan orang tua atau anak-anaknya secara maksimal.

Mereka merasa harus bertanggung jawab atas semua keinginan orang tua dan anak-anaknya sehingga ketika ada satu dua yang belum bisa dipenuhi, perasaan bersalah akan muncul dan berkecamuk.

4. Merasa khawatir terus-menerus

Sama seperti perasaan bersalah yang mudah hadir, generasi sandwich juga mudah merasa khawatir bahkan terus-menerus. Kekhawatiran akan masa depan orangtua dan anak-anaknya, dan yang pasti diri mereka sendiri.

Baca Juga: Cara Mudah Top Up ShopeePay Lewat Dana

Khawatir hasil kerjanya belum cukup membiayai kesehatan orang tua, atau khawatir pendidikan yang diberikan ke anak-anaknya belum maksimal karena keterbatasan biaya. Generasi sandwich juga sering khawatir sampai kapan mereka harus berada pada situasi seperti ini.

5. Dilanda kesepian

Generasi sandwich juga sering dihantui oleh kesepian, terisolasi, dan perasaan sendiri karena mereka harus bekerja keras memenuhi kebutuhan keluarga, diri sendiri, dan keluarga kecilnya.

Semua hal tersebut juga bisa memicu kelelahan, yang lambat laun memicu depresi, kecemasan, dan berbagai gangguan kesehatan mental. (C)

Penulis: Nur Khumairah Sholeha Hasan

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS