Don't Stop Talking about Palestina
Penulis
Sabtu, 17 Mei 2025 / 11:45 am
Rima Septiani, S.Pd, Aktivis Dakwah. Foto: Ist.
Oleh: Rima Septiani, S.Pd
Aktivis Dakwah
ZIONIS Israel dengan kejam masih membantai saudara-saudara kita di Palestina. Hari demi hari masih terus melanjutkan genosida di Gaza, bahkan membuat anak-anak mati kelaparan dan menghancurkan rumah-rumah mereka di kamp pengungsian.
Sejak 7 Oktober 2023 hingga 1 Mei 2025, sebanyak 52.418 jiwa telah syahid dan 118.091 orang terluka akibat genosida oleh penjajah Zionis Israel. Hanya dalam kurun waktu 18 Maret hingga 1 Mei 2025, tambahan 2.326 orang syahid dan 6.050 terluka dilaporkan oleh Kementrian Kesehatan Palestina di Gaza.
Bahkan, berita baru-baru ini, semakin menyayat hati. Kondisi Gaza kian mengerikan. Stok bahan pangan sudah tidak lagi tersedia yang ada hanya pasta dan nasi yang jumlahnya sangat sedikit tidak mampu mencukupi meski hanya untuk setengah jumlah penduduk.
Situasi semakin bertambah pelik tatkala satu-satunya pabrik roti yang masih berdiri dibom oleh Zionis. Bahan-bahan yang ada di pasaran pun harganya sangat tinggi dan persediannya hampir habis. Dapur-dapur umum sudah tidak bisa beroperasi karena kehabisan bahan pangan.
Program Pangan Dunia (WFP) mengumumkan stok makanan mereka di jalur Gaza telah habis. Hal ini terjadi di tengah blockade ketat yang telah berlangsung hampir delapan pekan oleh Israel yang membuat ratusan ribu warga Palestina kehilangan sumber makanan utama mereka.
Tak hanya bahan pangan, persediaan air di Gaza juga semakin langkah, warga Palestina harus mengantri panjang untuk mengisi jerigen dari truk .Seorang pejabat perusahaan air setempat, Omar Shatat menyatakan warga hanya mendapatkan air enam atau tujuh liter per hari (www.kompas.tv).
576 hari genosida terus berlanjut di Gaza. 246 jurnalis Palestina syahid. Para jurnalis mempertaruhkan nyawa demi terkuaknya sebuah kebenaran. Para jurnalis gugur dalam tugasnya untuk membungkam kebatilan. Mereka melaporkan dengan risiko kehilangan segalanya.
Baca Juga: Ada Apa di Balik #KaburAjaDulu?
Kamera-kamera hancur, kantor dan stasiun media berita diserang dengan rudal dan bom. Mereka menjadi saksi kekejaman dan korban dari semua bentuk kekejaman Zionis Israel.
Saatnya Bebaskan Palestina
Sejak Khilafah Islam runtuh, kaum Muslim sekarang kini terpecah belah dan tak memiliki perisai yang melindunginya. Bak anak ayam kehilangan induknya, kaum Muslimin sekarang mengalami kesengsaraan dan kerusakan akibat dominasi kapitalisme.
Sudah lebih 17 bulan Gaza terus diserang, ratusan Muslimah dan anak-anak dibantai dengan kejamnya. darah para syuhada kembali membasahi tanah kota yang suci itu. Mereka menjadi korban kekejaman Zionis Israel dan kedzaliman para penguasa Muslim. Selama bertahun-tahun, Zionis Israel memiliki banyak catatan gelap dengan kaum Muslim Palestina, konflik berdarah tersebut masih saja berlanjut hingga saat ini dan tak tau kapan berakhirnya.
Siapa yang tidak terpukul ketika anak anak harus berteriak ”Ayahku telah meninggalkan kami, ibuku telah pergi, anakku telah tiada, rumahku hancur, di mana umat Islam?” Sambil meneteskan air mata, mereka hanya mengharap pertolongan Allah. Siapa yang tidak terpukul menyaksikan ribuan nyawa tak berdosa ditumpahkan darahnya di tanah yang diberkati itu. Hanya manusia yang tak punya rasa kemanusiaan yang memelihara sikap seperti itu.
Kondisi Gaza begitu mengerikan sampai pada batas di luar nalar manusia. Sekalipun dukungan terhadap Gaza telah datang dari berbagai penjuru dunia, aksi bela Palestina terus menggaung di berbagai negeri muslim dan kafir, namun Zionis tetap tidak bergeming. Gaza kini telah berubah dari medan liputan menjadi ladang pembantaian dan genosida. Dan penduduk dunia hanya diam membisu.
Ironisnya, pemimpin kaum Muslim di dunia memilih diam sambil menonton, tak berani berjihad untuk melawan musuh Allah. Mereka hanya memilih jalan damai dan aman yaitu dengan mengirim kebutuhan logistik, obat-obatan dan semacamnya. Ini adalah cara baik dan praktis menghindari permusuhan antar negara-negara Kuffar Amerika.
Para penguasa muslim, justru tak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa mengecam dengan komentar pedis dan mengharap PBB yang bertindak sebagai polisi dunia untuk menyelesaikan masalah, namun hasilnya nihil.
Para penguasa muslim saat ini telah diaborsi rasa kemanusiaannya untuk membela Palestina. Hanya karena batas-batas negara atau Nation State suara sumbang pun terdengar “ Tidak perlu mengurusi rumah tetangga, mari urusi rumah kita dulu.” Pernyataan provokatif inilah yang membuat kita tak peduli akan problematika umat di luar sana.
Sesungguhnya apa yang terjadi di Gaza bukan sekadar pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia), tapi kejahatan perang yang disengaja. Diamnya penduduk dunia terhadap penjajahan dan genosida yang terjadi di Palestina membuat kita bertanya di mana HAM yang selama ini.
Nilai-nilai HAM yang dijunjung tinggi sepertinya tidak berguna lagi bagi saudara kita di Palestina. Hal ini menunjukan ada yang salah dengan tatanan kehidupan saat ini
Semua yang terjadi mestinya menyadarkan umat Islam semuanya mengenai apa yang sedang terjadi pada kaum muslimin.
Kerusakan ideologi kapitalisme dalam menata dunia sudah seharusnya diganti dengan sistem Islam. Berpegang teguh pada Risalah Islam adalah keniscayaan untuk mendapatkan hidup yang diridhoi sang pencipta.
Selama sistem kapitalis Barat masih memegang kendali dunia ini, maka penderitaan umat Muhammad SAW di sepanjang dunia Islam niscaya tidak akan pernah berakhir, sebab pangkal masalah dari semua penderitaan ini tidak lain adalah tidak hadirnya institusi Islam yang merupakan junnah bagi umat Islam, yaitu Khilafah Islamiyah.
Hadirnya khilafah akan membebaskan negeri-negeri muslim lainnya yang tertindas dan menyatukan negeri-negeri Islam yang terpecah. Hadirnya khilafah akan menghilangkan hegemoni kuffar yang menjajah tanah Palestina, dan melindungi kehormatan kaum Muslimah di seluruh dunia di bawah kalimat tauhid dan pemerintahan Islam.
Al-Aqsha menunggu pembebasan, memanggil kaum muslimin. Umat Rasulullah SAW adalah umat yang satu. Umat Islam adalah satu tubuh, di mana ada tubuh yang terluka maka bagian lain pun akan merasakan perihnya luka tersebut. Rasulullah mewariskan ukhuwah Islam di antara umat Islam agar kita semua dapat bersatu dalam satu naungan ikatan, yaitu ikatan Islam.
Padahal, kalau kita kembali mengulang sejarah, akan kita dapati bagaimana kebaikan Khalifah dalam menjaga etnis Yahudi saat itu. Ketika kaum Yahudi di Spanyol dianiaya oleh pemerintahan nasrani, mereka melarikan diri ke wilayah khilafah era inkuisisi Spanyol, karena mereka tahu bahwa mereka akan diterima di sana, dan diberikan perlindungan, serta dijamin hak-hak mereka untuk hidup sebagai warga negara.
Namun, lihatlah saat ini, apa yang dilakukan Zionis Israel kepada umat muslim Gaza. Sekalipun penindasan yang dirasakan Muslim di Suriah, Gaza, Afrika Tengah, Myanmar, dan Xinjiang telah mengguncang hati kaum muslim yang beriman, kita mesti yakin, bahwa kejadian tersebut wajib menguatkan kita untuk segera memperjuangkan Islam, untuk melindungi negeri Muslim seluruhnya.
Drama kepalsuan kapitalisme Barat akan segera runtuh dan digantikan oleh sistem Islam, maka bersiaplah untuk menjadi seorang mujahid yang memperjuangkan Islam. Bersiaplah menjadi pembebas Al-Aqsha. Wallahu alam bishawwab. (*)
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS