Ini Penyebab Kemiskinan Masyarakat Pesisir di Kolaka Utara
Reporter Kolaka Utara
Selasa, 13 Oktober 2020 / 7:58 am
KOLAKA UTARA, TELISIK.ID - Tingkat kemiskinan masyarakat pesisir di Kolaka Utara berada pada level rendah. Hal itu diketahui berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kolaka Utara.
Penelitian yang dilakukan bersama LPPM Universitas Nahdlatul Ulama Sulawesi Tenggara (UNUSRA) terkait tingkat kemiskinan masyarakat pesisir di Kabupaten Kolaka Utara (Kolut), Sultra itu menyimpulkan bahwa tingkat kemiskinan masyarakat pesisir di Kolaka Utara berada pada level rendah.
Menurut Rektor UNUSRA Prof. Dr. H. Nasruddin Suyuthi, M.Si, penyebab kemiskinan masyarakat pesisir di Kolaka Utara diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu pertama, pendapatan dan jumlah tanggungan masyarakat pesisir yang tidak berbanding lurus.
Jadi pada umumnya masyarakat pesisir memiliki tanggungan yang banyak sementara pendapatan minim, sehingga jumlah tanggungan tidak berbanding lurus dengan jumlah pendapatan.
"Itu temuan pertama terkait faktor penyebab kemiskinan masyarakat pesisir di Kolaka Utara," kata Prof. Dr. H. Nasruddin Suyuthi, M.Si, saat ditemui usai kegiatan seminar hasil penelitian di aula Kantor Balitbang Kolut, Senin (12/10/2020).
Kedua, adanya patokan harga yang telah ditentukan oleh pemilik modal (Ponggawa) kepada sawi (nelayan) terkait hasil tangkapan mereka dan ini juga menjadi penyumbang tingkat kemiskinan masyarakat pesisir.
Prof Nas mengungkapkan, aktivitas pertambangan juga menjadi penyebab rusaknya sumber daya alam pesisir.
Baca juga: Demi Kelancaran Arus Lalin, Warga ini Bersihkan Sisa Ban Terbakar Pendemo
"Ini juga penyumbang terbesar kemiskinan masyarakat pesisir," terangnya.
Selain ketiga faktor tersebut, keterbatasan teknologi penangkapan yang digunakan, hubungan kerja yang melibatkan anggota keluarga lainnya khususnya nelayan di Desa Lawata, gaya hidup masyarakat pesisir yang tidak setara dengan pendapatan, serta kualitas sumber daya manusia atau pendidikan mereka terbatas (sangat rendah), juga menjadi faktor.
Kata Prof Nas, populasi penelitian kali ini adalah masyarakat pesisir yang berada di Kolaka Utara dengan mengklasifikasikan menjadi tiga sampel penelitian yaitu Desa Wawo untuk perwakilan wilayah Selatan, Desa Sapoiha, dan Desa Lawata untuk masing-masing perwakilan Tengah dan Utara.
"Setelah kami melakukan pengamatan dan wawancara di 15 kecamatan yang memiliki masyarakat pesisir, pada umumnya setiap kecamatan memiliki kesamaan berdasarkan 10 indikator tingkat kemiskinan yang disusun BPS. Sehingga atas dasar itu kami hanya memilih 3 sampel sebagai perwakilan sebab meskipun kami mengambil secara keseluruhan pada umumnya hasilnya tetap sama," ungkapnya.
Sementara metode penelitian yang dipergunakan Ketua PW NU Sultra ini, menggunakan metode penelitian METs Metode atau gabungan antara metode penelitian kuantitatif dan kualitatif untuk mengurai tiga rumusan masalah yaitu bagaimana tingkat kemiskinan masyarakat pesisir?, Faktor-faktor apa yang menyebabkan kemiskinan, dan bagaimana menyusun strategi penanggulangan kemiskinan?
Selanjutnya, untuk menentukan tingkat kemiskinan masyarakat pesisir Kolaka Utara. Prof Nas mengacu pada 10 indikator tingkat kemiskinan yang disusun oleh BPS yakni pendapatan, status rumah, jenis lantai rumah, sumber air, sumber penerangan, bahan bakar, konsumsi lauk pauk, frekuensi makan, kesehatan, dan fasilitas pendidikan. (B)
Reporter: Muh. Risal
Editor: Haerani Hambali