Kebaikan Terdapat Pada 5 Perkara, Apa Saja?
Reporter
Senin, 08 November 2021 / 12:04 pm
KENDARI, TELISIK.ID - Kebaikan adalah perilaku yang membawa dampak positif bagi orang lain, entah mereka yang ada di sekeliling kita atau masyarakat luas.
Kita melakukan sebuah tindakan yang berasal dari niat untuk membawa perubahan yang positif bagi diri sendiri, lingkungan, komunitas, dan bagi kita semua.
Berbuat baik pada diri sendiri juga merupakan kewajiban kita sebagai umat manusia. Kita perlu menjaga diri sendiri dari bahaya dan hal-hal yang menimbulkan dampak negatif dalam kehidupan kita.
Contohnya, mengkonsumsi nutrisi yang menyehatkan tubuh, tidur dan istirahat cukup, belajar hal-hal positif, serta berinteraksi dengan cara yang baik dengan sesama, lingkungan dan semesta. Ini adalah tugas kita sebagai manusia, apalagi sebagai umat beragama atau makhluk yang punya sistem kepercayaan (believer) untuk mengamalkan atau mengimplementasikan sifat-sifat ketuhanan.
Dilansir dari inews.id, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surah Al-Ashr:
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al Ashr:1-3)
Al-Asr artinya zaman atau masa yang padanya Bani Adam bergerak melakukan perbuatan baik dan buruk.
Mufasir Ibnu Katsir dalam kitabnya Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan, Malik telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam bahwa makna yang dimaksud adalah waktu Asar.
Tetapi, pendapat yang terkenal adalah yang pertama, Allah SWT bersumpah dengan menyebutkan bahwa manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, yakni rugi dan binasa, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh.
Maka dikecualikan dari jenis manusia yang terhindar dari kerugian, yaitu orang-orang yang beriman hatinya dan anggota tubuhnya mengerjakan amal-amal yang saleh.
Nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran. Yakni, menunaikan dan meninggalkan semua yang diharamkan dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran. Yaitu, tabah menghadapi musibah dan malapetaka serta gangguan yang menyakitkan dari orang-orang yang ia perintah melakukan kebajikan dan ia larang melakukan kemungkaran.
Diriwayatkan oleh sahabat Abdullah Ibnu Abbas RA bahwa Baginda Rasulullah SAW bersabda:
"Manfaatkanlah lima perkara sebelum kamu kedatangan lima perkara (demi untuk meraih keselamatan dunia akhirat). Yakni Masa mudamu sebelum datang masa tuamu. Sehatmu sebelum datang sakitmu. Masa kayamu sebelum datang faqirmu. Waktu luangmu sebelum waktu sibukmu. Masa hidupmu sebelum datang kematianmu."
Hujjatul Islam Imam Al Ghazali dalam kitab masterpiece-nya Ihya Ulumuddin, seperti dikutip pecihitam.org mentakhrij menjelaskan maksud hadis tersebut.
1. Muda Sebelum Tua
Gunakanlah waktu mampumu untuk taat kepada Allah sebelum datang kepayahan atau masa tua sehingga menyesal karena telah melalaikan perintah Allah.
2. Sehat Sebelum Sakit
Memanfaatkan waktu saat diberi nikmat sehat untuk memperbanyak amal ibadah dan kebaikan sebelum datang waktu sakit. Sehingga, kelak tidak menyesal saat hari kebangkitan (kiamat) dengan membawa bekal amal yang cukup
3. Kayamu Sebelum Miskin
Imam Ghazali menjelaskan makna dari memanfaatkan masa kaya ini untuk memperbanyak sedekah kepada fakir miskin dengan harta yang dimiliki, sehingga tidak menjadi fakir di dunia dan akhirat nanti.
4. Waktu Luang Sebelum Sibuk
Manfaatkanlah waktu luang ketika di dunia sebelum sibuk dengan kengerian hari kiamat yang tempat awalnya di alam kubur. Sehingga selamat dari siksa dan kehinaan.
5. Hidup Sebelum Mati
Manfaatkanlah amal selama masa hidup di dunia sebelum datang kematian. Yakni dengan banyak beramal dan ibadah.
Sebab orang yang sudah mati terputus amalnya dan nyata penyesalannya.
Menurut Imam Ghazali, kelima perkara itu memang tidak dirasakan hasilnya namun akan berbuntut penyesalan setelah lima perkara itu yakni, muda, sehat, kaya, waktu luang dan hidup hilang.
Maka dari itu pergunakanlah waktu sebaik mungkin apalagi masa muda, untuk melakukan hal-hal positif lainnya dan bermanfaat bagi banyak orang. Agar suatu saat tak ada penyesalan karena menyiakan-nyiakan waktu yang telah diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Dilansir dari republika.co.id, Imam An Nawawi mengemukakan sepuluh perkara baik. Lima di antaranya: akal (kecerdasan), kemenangan/kesuksesan, kekuasaan, kekayaan, dan kemiskinan.
Lima perkara tersebut berdasar pada sabda Rasulullah SAW semuanya baik. Namun, kelima perkara tersebut tidak akan baik tanpa dilengkapi perkara baik lainnya. Maka, siapa pun yang memiliki lima perkara tersebut, dianjurkan untuk melengkapinya dengan memiliki perkara baik lainnya.
Pertama, akal (kecerdasan). Tidak diragukan lagi orang yang memiliki kecerdasan adalah orang yang beruntung. Lebih-lebih bila kecerdasan yang dimilikinya itu digunakan untuk mendalami al-Islam. Rasulullah SAW bersabda:
"Kecerdasan itu adalah cahaya di dalam hati/kalbu yang dapat membedakan antara yang benar dan yang salah."
Tetapi, memiliki kecerdasan itu juga bisa membuat pemiliknya salah kaprah. Oleh karena itu, yang relevan sangat disarankan untuk melengkapinya dengan sifat wara'. Dengan sifat inilah, yang relevan dinilai dari kemungkinan salah kaprah dalam mengaplikasikan kecerdasan yang dipilih.
Kedua, kemenangan/kesuksesan. Orang yang meraih kemenangan/kesuksesan dapat dikatakan orang yang mujur. Tetapi, kemenangan/kesuksesan yang tidak diikuti syukur dan takut kepada Allah justru akan menjerumuskannya ke neraka.
Maka, orang yang meraih kemenangan/kesuksesan dianjurkan untuk syukur dan takut kepada Allah. Rasulullah SAW bersabda:
"Tidak akan masuk neraka tiga mata manusia yaitu (antara lain) orang yang menangis karena takut kepada Allah SWT."
Baca Juga: Inilah Kenikmatan Surga yang Digambarkan dalam Al-Qur'an
Ketiga, kekuasaan atau jabatan. Kekuasaan atau jabatan adalah amanah yang wajib ditunaikan dengan sebaik-baiknya. Bila tidak demikian, kekuasaan atau jabatan itu justru akan mengundang murka Allah. Dengan begitu, orang yang memiliki kekuasaan atau jabatan wajib mengembannya dengan tanggung jawab. Rasulullah SAW bersabda:
"Manusia yang paling dicintai Allah dan yang dekat dengan-Nya pada hari kiamat nanti adalah pemimpin yang adil. Manusia yang paling dibenci Allah dan yang paling jauh dari-Nya pada hari kiamat nanti adalah pemimpin yang zalim."
Keempat, kekayaan. Memiliki kekayaan adalah baik. Tetapi, kekayaan tidak akan bermanfaat jika tidak didermakan di jalan Allah. Rasulullah SAW bersabda:
"Orang yang dermawan itu dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, dekat dengan surga, dan jauh dari neraka. (Sebaliknya) orang yang kikir itu jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga, dan dekat dengan neraka."
Kelima, kemiskinan. Sejatinya, kemiskinan itu baik. Abdullah bin Mubarak berkata, "Merasa kaya saat berada dalam kemiskinan lebih baik dari kemiskinan itu sendiri." Tetapi, kemiskinan itu dapat berubah menjadi kemudaratan bagi yang bersangkutan. Misalnya, ketika yang bersangkutan tidak menyikapinya secara qanaah. Rasulullah SAW bersabda:
"Jadilah kamu orang yang qana'ah niscaya kamu akan menjadi orang yang paling bersyukur."
Jadi, apapun yang kita miliki saat ini yaitu contohnya rezeki, syukuri semua pemberian Allah dan tanamkan di hati kita sifat qanaah, merasa cukup dengan apa yang dimiliki. Dengan begitu, kita akan lebih bersyukur kepada Allah SWT. Pergunakanlah apa yang kita miliki untuk beribadah atau taat kepada Allah seperti apa yang dijelaskan di atas, gunakan kecerdasan, kemenangan/kesuksesan, jabatan atau kesuasaan dan lainnya di jalan Allah SWT agar tidak sia-sia dan insya Allah menjadi berkah. (C)
Reporter: Irawati
Editor: Haerani Hambali