Kenaikan Harga Minyak Goreng Buat Ibu Ini Beralih jadi Pemulung
Reporter
Minggu, 22 Mei 2022 / 4:32 pm
KENDARI, TELISIK.ID - Akibat naiknya harga minyak goreng belakangan ini, Rani (42) seorang penjual yang biasa menjajakan gorengannya di salah satu sekolah negeri Kota Kendari, kini beralih profesi menjadi pemulung.
Rani, merupakan seorang Ibu rumah tangga yang sekaligus berprofesi sebagai pemulung, tinggal di sebuah kos-kosan yang berada di Jalan Kijang, Kelurahan Rahandouna, Kecamatan Poasia, Kota Kendari.
Harga minyak goreng yang melonjak tinggi membuat Rani dan suaminya harus memutar otak mencari pekerjaan lain, demi bisa menghidupi serta menyekolahkan ke-4 orang anaknya.
Rani memiliki 6 orang anak, 2 anaknya telah menikah dan ikut tinggal bersama keluarga barunya. kini Rani tinggal bersama suami dan ke-4 anaknya di sebuah kos-kosan berukuran kecil yang disewanya Rp 600 ribu per bulan.
Demi dapat menyekolahkan dan mencukupi kebutuhan keluarga, akhirnya Rani bersama suaminya memutuskan untuk bekerja sebagai pemulung.
Sehari-hari Rani dan suaminya bergantian membagi tugas dalam memulung dan mengurus anaknya, di saat Rani berangkat memulung, maka sang suamilah yang mengurus anak-anak, begitu pula sebaliknya.
Rani berangkat memulung pada pukul 6.00 Wita, berbekal gerobak rakitan yang ia buat bersama suaminya, ia menyusuri seluk beluk jalan Kota Kendari yang kadang masih diselimuti sisa-sisa embun, guna mencari botol bekas dan sampah lain yang bisa menjadi rupiah.
Tak jarang, Rani mendapat perlakuan kurang baik saat sedang mencari botol plastik di sekitaran bak sampah yang berada di pemukiman warga.
"Saat itu waktu hujan redah saya sedang cari plastik di bak sampah, terus itu bapak datang langsung buang sampahnya di dekatku, akhirnya itu becek bercampur sampah mengenai seluruh wajah dengan pakaianku," ucap Rani, Minggu (22/05/2022).
Baca Juga: Dirundung Derita, Seorang Ayah di Kolaka Pernah Berniat Akhiri Hidup Anak-anaknya
Namun Rani tidak marah, ia lebih memilih bersabar dan mengalah di banding harus memperbesar masalah.
Saat matahari mulai terbenam menunjukkan waktu bahwa Rani harus pulang, di saat Rani berada di kos, maka suaminya akan bersiap-siap bergantian dengan istrinya untuk pergi memulung.
Suami Rani biasa mulai berangkat memulung dari pukul 19.00 Wita hingga 23.00 Wita, ini semua mereka lakukan demi dapat mencukupi kebutuhan keluarga.
Hasil memulung Rani dan suaminya selama sebulan tidak menentu, terkadang mencapai Rp 1 juta, namun bisa juga lebih rendah tergantung dari beratnya hasil timbangan sampah yang mereka kumpulkan.
Uang hasil kerja keras yang mereka terima digunakan untuk membayar kos, memenuhi kebutuhan dapur dan mencukupi biaya pendidikan anaknya, semua serba dicukupkan.
Baca Juga: Pedagang Tissu Lampu Merah, Diusir Satpol PP Hingga Dilarang Muncul jika Pejabat Datang
Terkadang Rani juga harus berangkat kesiangan memulung, karena mengantar salah satu anaknya yang autis untuk pergi bersekolah di salah satu Sekolah Luar Biasa (SLB), walau pun anaknya mengidap autis namun Rani ingin anaknya dapat terus bersekolah seperti anak lainnya.
Ia lebih memilih meninggalkan sejenak pekerjaannya demi mengantar dan menjemput anaknya yang mengidap autis tersebut, keteguhan hati serta rasa sabar Rani dan suaminya membuat keluarga mereka selalu bersyukur meski memiliki keterbatasan ekonomi yang pas-pasan. (A)
Penulis: Ridho Syafarullah
Editor: Kardin