Kepala BKKBN Sulawesi Tenggara Ungkap Dampak Stunting pada Anak

Fitrah Nugraha

Reporter

Minggu, 11 September 2022  /  7:32 am

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sulawesi Tenggara Asmar, M.Si saat memberikan arahan. Foto: Dok. BKKBN Sultra

KENDARI, TELISIK.ID – Stunting menjadi salah satu masalah penting di Indonesia, mengingat kondisi ini banyak dialami anak-anak yang akan menjadi penerus bangsa dan negara. Sehingga berpengaruh pada peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Pada umumnya, stunting merupakan penyakit yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis pada masa awal kehidupan anak. Risiko dari masalah stunting terbilang wajib diwaspadai karena akan memengaruhi tumbuh kembang anak secara langsung, sekarang maupun dalam jangka panjang.

Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sulawesi Tenggara, Asmar, M.Si. Menurutnya, stunting memberikan dampak buruk terhadap perkembangan anak.

Ia mengungkapkan, dampak stunting pada anak setidaknya dapat dilihat dari tiga aspek. Pertama, anak yang mengalami stunting tumbuh kembang fisiknya terhambat.

Anak stunting, kata dia, merupakan anak yang mengalami kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.

Baca Juga: BKKBN Sulawesi Tenggara: Cegah Stunting dengan Pola Hidup Sehat

“Anak itu akan kesulitan untuk bersaing, baik saat ingin masuk jadi polisi atau tentara. Begitu juga mereka akan sulit bersaing dalam bidang olahraga yang memerlukan tinggi tubuh yang ideal seperti main basket dan sebagainya,” katanya kepada Telisik.id, belum lama ini.

BKKBN Provinsi Sulawesi Tenggara menggelar kegiatan rapat teknis intern Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) tahun 2022. Foto: Dok. BKKBN Sultra

 

Kedua, tambah dia, anak stunting akan mengalami tingkat kecerdasan yang kurang. Mereka terhambat dalam berpikir, sehingga mereka akan kurang produktif.

Kebanyakan anak yang stunting prestasi pendidikannya cenderung buruk dibandingkan anak yang tidak stunting. Akibatnya, banyak anak stunting yang putus sekolah karena kemampuan berpikirnya yang kurang.

Baca Juga: BKKBN Sultra Galakkan Program Bapak Asuh Anak Stunting

Sementara yang ketiga adalah anak yang mengalami stunting lebih rentan terkena penyakit. Bukan hanya saat masih usia anak-anak, namun juga saat mereka memasuki usia 40 tahun ke atas.

Di mana mereka yang mengalami stunting berisiko terkena penyakit metabolik disorder seperti kencing manis, dan penyakit kardiovaskular seperti hipertensi, penyakit jantung, dan stroke di usia tuanya.

“Nah tiga dampak ini yang kita cegah agar tidak terjadi pada anak lewat pencegahan stunting,” pungkasnya. (C-Adv)

Penulis: Fitrah Nugraha

Editor: Haerani Hambali