Lima Kue Tradisional Muna yang Masih Eksis Sebagai Pelengkap Haroa

Ahmad Jaelani

Reporter

Jumat, 13 Desember 2024  /  9:37 pm

Kue tradisional Muna, cucur (kanan), mbalo-mablo (bawah kiri), dan pelengkap Haroa (atas kiri). Foto: Ist

KENDARI, TELISIK.ID – Muna, sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi Tenggara, tidak hanya dikenal dengan keindahan alamnya, tetapi juga kaya akan tradisi dan budaya.

Salah satu tradisi yang sangat kental di kalangan masyarakat Muna adalah Haroa, sebuah ritual untuk menyambut bulan Ramadan yang telah berlangsung turun-temurun. 

Haroa, yang berasal dari kata "haro", dalam bahasa Muna yang berarti 'sapu' atau 'membersihkan', merupakan sebuah sarana spiritual untuk mempersiapkan diri dalam menyambut bulan suci.

Baca Juga: Mengenal Lapa-Lapa Makanan Khas Sulawesi Tenggara dan Cara Membuatnya

Dalam tradisi ini, masyarakat Muna menyajikan berbagai penganan khas, termasuk aneka kue tradisional yang menjadi pelengkap hidangan utama, seperti nasi minyak dengan telur.

Berikut adalah lima kue tradisional Muna yang masih eksis dan sering disajikan dalam rangkaian tradisi Haroa:

1. Cucur

Cucur adalah kue khas yang terbuat dari tepung beras, air santan, dan gula merah. Kue ini digoreng hingga berbentuk bundar dengan sisi yang bergerigi.

Salah satu keunikan cucur adalah adonan yang tidak menggunakan cetakan, namun secara otomatis membentuk pola bundar saat digoreng. Rasanya yang manis dan teksturnya yang kenyal menjadikan cucur salah satu penganan favorit dalam tradisi Haroa.

2. Wajik

Wajik merupakan penganan tradisional yang sangat populer di Muna. Kue ini terbuat dari beras ketan yang dimasak dan dicampur dengan gula merah cair.

Setelah dicampur, adonan akan diaduk-aduk hingga mengering dan membentuk tekstur yang kenyal. Rasa manis yang pas menjadikan wajik sebagai pelengkap sempurna dalam tradisi Haroa.

3. Mbalo-Mbalo

Mbalo-mbalo adalah penganan yang terbuat dari tepung terigu yang digoreng tanpa minyak (diasar) dan dicampur dengan air santan. Adonan kemudian dibentuk dalam cetakan dan digoreng hingga matang, lalu dilumuri dengan karamel gula merah.

Pembuatannya yang rumit dan memerlukan keterampilan khusus membuat mbalo-mbalo sangat digemari. Perpaduan rasa manis dan gurih menjadikan penganan ini selalu hadir dalam tradisi Haroa.

4. Ngkea-Ngkea

Ngkea-ngkea adalah kue yang terbuat dari pisang yang dihancurkan, dicampur dengan tepung terigu dan gula merah, lalu digoreng hingga matang. Kue ini memiliki rasa manis, kenyal, dan aroma pisang yang khas.

Selain rasanya yang lezat, ngkea-ngkea juga menggambarkan kreativitas masyarakat Muna dalam memanfaatkan bahan-bahan lokal. Kue ini menjadi salah satu penganan wajib dalam tradisi Haroa.

Baca Juga: Berawal Coba-Coba, IRT di Kendari Bangun Usaha Abon Ikan Citarasa Unik

5. Dhodholo (Dodol)

Dhodholo, atau lebih dikenal dengan dodol, adalah penganan manis yang terbuat dari kelapa dan gula merah, bahan-bahan lokal khas Muna. Teksturnya yang kenyal dan lengket, serta rasanya yang manis, membuat dodol selalu hadir dalam tradisi Haroa.

Berbeda dengan dodol dari daerah lain, dodol Muna memiliki cita rasa yang khas, menjadikannya favorit di kalangan masyarakat.

Kelima kue tradisional ini tidak hanya menggugah selera, tetapi juga mencerminkan kekayaan kuliner dan budaya masyarakat Muna.

Meskipun zaman terus berkembang, tradisi Haroa yang menyajikan kue-kue ini tetap eksis hingga kini, menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam menyambut bulan Ramadan. (C)

Penulis: Ahmad Jaelani

Editor: Mustaqim

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS