Mengenal Tradisi Metaua Bagi Masyarakat Sioumpu Buton Selatan

Ali Iskandar Majid

Reporter

Sabtu, 06 Juli 2024  /  11:13 pm

Suasana pada perhelatan acara tradisi Metaua di Baruga Binawakili, Sioumpu, Buton Selatan. Foto: Ali Iskandar Majid/Telisik

BUTON SELATAN, TELISIK.ID - Berbicara tentang budaya tentu tidak akan ada habisnya. Terlebih budaya tersebut mengandung makna bagi masyarakat setempat. Misalnya tradisi Metaua bai masyarakat Pulau Sioumpu, Kabupaten Buton Selatan.

Pembina Adat Binawakili Kecamatan, Pomili Womal, yang merupakan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Buton Selatan itu, mengatakan bahwa tradisi Metaua merupakan simbol permesatu desa-desa yang ada di Pulau Sioumpu dari berbagai elemen lapisan masyarakat.

Lebih jauh lagi, tradisi Metaua bukan hanya sebagai media untuk tempat berkumpulnya masyarakat dari desa-desa tersebut. Namun, merupakan media untuk melakukan musyawarah membahas keseteraan dan kesejahteraan masyarakat dan desa-desa yang tersebar di Pulau Sioumpu.

Baca Juga: Buton Selatan Bakal Didominasi Cuaca Berawan untuk 3 Hari Kedepan

Tradisi itu, saat ini mempunyai makna sebagai pilar pemersatu, inspirasi pembangunan, serta sebagai sistem pengawasan terhadap pembangunan yang ada di desa-desa yang tersebar di Pulau Sioumpu.

Tradisi Metaua sendiri digelar selama tiga hari berturut-turut yang dirangkaikan dengan acara Kande-Kandea (Makan bersama) seluruh masyarakat dari berbagai lapisan elemen di Baruga Binawakili, Desa Nggula-nggula, Kecamatan Sioumpu, Kabupaten Buton Selatan.

Jika ingin menjadi salah bagian yang menyaksikan kemeriahan acara adat tersebut, para wisatawan tidak perlu khawatir karena acara adat tersebut kerap digelar setiap tahunnya, atau lebih tepatnya pada setiap bulan Juli.

Untuk bisa menjangkau Pulau Sioumpu, para wisatawan harus menyebrangi perairan Buton Selatan dengan menumpangi dua moda transportasi yaitu speedboat dan Kapal Ferry dengan biaya persatu orang Rp 15 ribu.

Dari tempat pemberhentian kapal penumpang yakni pesisir pantai Desa Karea, wisawatan harus melanjutkan perjalanan dengan dapat menyewa motor untuk dapat menjangkau Baruga Binawakili yang terletak di Desa Nggula-nggula, Kecamatan Sioumpu, Kabupaten Buton Selatan, sejauh sekitar 4 kilometer.

Penjabat (Pj) Bupati Buton Selatan, Parinringi juga hadir dalam serangkaian perhelatan acara adat Metaua mengatakan, tradisi tersebut merupakan harta warisan yang tidak berbentuk benda yang tidak dapat diukur dengan uang.

Dimana, kata dia, tradisi Metaua sendiri sudah didaftarkan menjadi warisan tanpa harta benda dan telah diakui oleh Republik Indonesia. Sehingga pada tahun 2025 mendatang, sudah mendapatkan lisensi untuk tradisi Metaua itu sendiri.

Baca Juga: Buton Selatan jadi Pilot Project Karbon Biru Upaya Pemulihan Ekosistem Pesisir

Diharapkan dari memperoleh lisensi, tradisi Metaua sudah dapat dicantumkan kedalam daftar event wisatawan di Kabupaten Buton Selatan. Perihal kalender agenda wisata dan budaya di Buton Selatan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buton Selatan akan mengupayakan setiap tahunnya akan digelar dua belas event dari masing-masing wilayah yang tersebar di Bumi Gajah Mada itu.

Pemkab Buton Selatan juga mengharapkan acara tradisi adat seperti Metau di Pulau Sioumpu dapat dipromosikan baik oleh OPD terkait maupun para stakeholder. Utamanya para insan pers sehingga dapat menjangkau dari luar wilayah Kabupaten Buton Selatan.

"Dengan kehadiran para insan pers diharapkan dapat membantu mempromosikan agenda budaya tersebut untuk dikenal oleh masyarakat luas," Kata Parinringi pada sambutannya di Baruga Binawakili, Desa Nggula-nggula, Kecamatan Sioumpu, Kabupaten Buton Selatan, Sabtu (6/7/2024). (B)

Penulis: Ali Iskandar Majid

Editor: Fitrah Nugraha

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS