Mistik: Cerita 38 Jenazah 'Menolak' Dipindah dari Taman Makam Pahlawan
Reporter
Kamis, 16 Januari 2025 / 11:45 am
MALANG, TELISIK.ID - Kisah mistik menyelimuti rencana pemindahan 38 jasad pejuang kemerdekaan dari Coban Jahe. Peristiwa yang terjadi pada tahun 1995 ini menyimpan cerita tak masuk akal dan penuh misteri.
Rencana pemindahan jenazah para pahlawan ke Taman Makam Pahlawan Suropati, Kota Malang, selalu menemui hambatan yang tidak dapat dijelaskan secara logis.
Menurut penuturan juru kunci TMP Kali Jahe, Muhammad Agus Purwanto, segala persiapan pemindahan telah dilakukan dengan baik.
“Saat itu, mau dipindahkan ke taman makam pahlawan yang lebih layak di tahun 1995-an. Semuanya sudah dalam bentuk tulang belulang dan ditaruh di mobil, namun mobil nggak bisa jalan,” ujar Agus, seperti dikutip dari goodnewsformindonesia.id, Kamis (16/1/2025).
Kejadian ganjil ini terjadi ketika mobil pengangkut tulang belulang mendadak tidak dapat menyala. Anehnya, mobil tersebut kembali berfungsi normal setelah tulang belulang diturunkan.
“Mobil itu mogok, nggak rusak. Artinya beliau-beliau ini memberitahu saya gak mau dipindah,” lanjut Agus.
Setelah kejadian tersebut, rencana pemindahan jenazah akhirnya dibatalkan. Para pejuang kembali dimakamkan di tempat semula dengan nisan sederhana. Makam massal ini menjadi saksi bisu perjuangan heroik mereka dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Agus menjelaskan, lokasi tersebut menjadi tempat peristirahatan terakhir para pahlawan setelah terjadinya pertempuran sengit. Pertempuran tersebut berlangsung antara pejuang Indonesia melawan penjajah Belanda yang berusaha merebut kembali tanah air.
“Biasanya makam pahlawan itu kan beda lokasi dengan tempat gugurnya, tapi di sini salah satu taman makam pahlawan yang juga menjadi lokasi gugurnya para syuhada dan sayyidah,” kata Agus.
Pertempuran di Coban Jahe terjadi karena adanya pengkhianatan oleh dua warga Desa Taji, Kecamatan Jabung, Malang. Mereka memberikan informasi kepada Belanda tentang lokasi para pejuang yang sedang beristirahat.
“Pejuang itu kan sedang istirahat, ada yang sedang mencari makanan di lembah yang dianggap aman, tapi tiba-tiba pukul 11.00 WIB diberondong tembakan di atas bukit, pertempuran sampai sore pukul 17.00 WIB,” tutur Agus.
Serangan mendadak tersebut memaksa para pejuang bertahan dan melakukan perlawanan sengit. Meski sempat membuat Belanda kewalahan, hampir seluruh anggota Kompi Gagak Lodra gugur. Dari 40 anggota kompi, hanya satu orang yang berhasil selamat.
“Yang selamat melarikan diri satu orang atas nama Pak Slamet, saat ini sudah meninggal dunia,” tambah Agus.
Kisah tragis ini menunjukkan besarnya pengorbanan para pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan. Makam Coban Jahe kini menjadi monumen sejarah perjuangan bangsa di wilayah Malang.
Baca Juga: Mistik: Cerita Seram Sosok Hantu Korban Balap Liar, Teror Warga Selama 40 Hari
Hambatan mistik yang muncul saat pemindahan jenazah dianggap sebagai bentuk pesan dari para pahlawan. Mereka seolah ingin tetap berada di tempat terakhir mereka berjuang dan gugur.
“Beliau-beliau ini ingin tetap di sini, nggak mau dipindah,” ungkap Agus.
Makam ini telah menjadi saksi sejarah perlawanan rakyat Indonesia melawan penjajah. Meski hanya berupa nisan sederhana, makam tersebut menyimpan cerita kepahlawanan yang tak ternilai.
Hingga kini, masyarakat setempat dan pemerintah menjaga keberadaan makam tersebut sebagai bagian dari sejarah perjuangan bangsa. (C)
Penulis: Ahmad Jaelani
Editor: Fitrah Nugraha
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS