Pemimpin Bersumbu Pendek
Penulis
Minggu, 31 Oktober 2021 / 1:04 pm
Oleh: Prof. Dr. H. Abd. Rasyid Masri
Akademisi dan Pebisnis
WAKTU kecil semua orang senang melihat atau menyaksikan permainan petasan di tahun baru atau dinamit yang mudah meledak. Ini berbahaya karena memiliki sumbu pendek dan kalau meletus membuat kegaduhan dan banyak orang di sekitarnya terganggu.
Tapi kali ini, kita tidak sedang bercakap soal petasan atau dinamit mainan anak kecil yang bersumbu pendek. Kita menyoal pemimpin yang bersumbu pendek. Ciri pemimpin bersumbu pendek mudah terbawa emosi, sangat sensitif dengan kritikan.
Cara pikir yang tidak bijak dan sering jiwanya tak stabil, sehingga kalau melihat bawahannya salah atau masyarakatnya salah, tanpa pikir panjang langsung emosi seperti petasan yang bersumbu pendek.
Tapi lain lagi dengan pemimpin berotak pendek. Berciri egoisme, sombong dan mudah sekali menyalahkan orang lain. Cenderung dia saja yang benar, kelompoknya saja yang benar, merasa dia saja yang memiliki republik ini. Begitu punya sedikit kewenangan langsung merasa miliknya, tidak sadar kalau itu hanya titipan satu periode atau dua periode.
Baca juga: Pajak Meningkat, Negara Kian Memeras Rakyat?
Baca juga: Puluhan Tahun Mengabdi, Nasib Honorer di Ujung Seleksi
Selesai menjabat kembali menjadi rakyat dan pensiun. Begitu berkuasa dia merasa dialah pewaris NKRI. Padahal tidak sadar kalau perilaku yang dipertontonkan jadi cibiran rakyat jelata. Perilaku pemimpin berotak pendek adalah perilaku patologi. Perilaku patologis bisa dilihat dari cara berbicara, cara bertingkah laku di depan publik.
Bahkan sampai cara mengambil keputusan banyak kontroversi. Selalu buat kegaduhan, tapi anehnya semakin disorot kekurangannya semakin dia nikmati kesalahannya. Biasanya penyakit patologis bagi sang penderita, tidak menyadari dirinya kalau sedang sakit jiwanya.
Itulah penulis istilahkan pemimpin yang berotak pendek. Cara pikirnya di bawa standar akademik. Bahaya yang ditimbulkan pemimpin berotak pendek jauh lebih berefek sosial dan meresahkan publik, daripada pemimpin bersumbu pendek. Karena kalau sekedar mudah emosi belumlah tentu berotak pendek.
Jauh beda dengan pemimpin bersumbu panjang, sebelum bertindak dan bercakap dia selalu punya pemikiran cerdas, kesabaran dan bijak melihat persoalan. Sehingga dia tidak mudah emosi hanya karena persoalan sepele atau miss komunikasi dan miss persepsi.
Karena sebelum bertindak terlebih dahulu dia pikirkan dengan tenang dengan kepala dingin sehingga kehadirannya selalu dirindukan bawahannya dan memberi tauladan dan kedamaian bagi seluruh rakyat.
Jadilah pemimpin yang bijak, yang senantiasa mengutamakan kepentingan rakyat, orang banyak daripada kepentingan diri sendiri dan kelompok. Seperti bunyi kata-kata dalam sumpah pelantikan. Akhirnya, mari belajar banyak tentang sejarah kepemimpinan yang dihadirkan oleh khalifah Umar bin Khatab, dan Umar bin Abdul Azis, yang sejuk, adil untuk seluruh rakyatnya. (*)