Pemkot di China Tawarkan Uang Tunai Rp 222 Juta Bagi Warga yang Tahu Sumber COVID-19
Reporter
Selasa, 09 November 2021 / 8:43 pm
BEIJING, TELISIK.ID - Pemerintah salah satu kota di China, Heihe, menawarkan uang tunai 100 ribu yuan atau setara Rp 222 juta bagi siapapun yang mengetahui informasi terkait sumber lonjakan kasus COVID-19.
"Untuk mengungkap sumber lonjakan virus (Covid) sesegera mungkin dan menemukan rantai penularan, (uang) itu diperlukan sebagai upah perang rakyat untuk mencegah dan mengendalikan epidemi," demikian pernyataan Pemkot Heihe seperti dikutip AFP, Selasa (8/11/2021).
Pemkot Heihe menawarkan imbalan ini ketika China mengalami lonjakan COVID-19. Pada Selasa (8/11/2021), China melaporkan 43 kasus COVID-19 akibat kemunculan corona varian Delta di 20 provinsi.
Kemunculan varian baru tersebut membuat kasus COVID-19 di Negeri Tirai Bambu bertahan di angka dua digit selama tiga pekan terakhir.
Gelombang terakhir COVID-19 yang melanda China menyebabkan pemerintah menetapkan penguncian wilayah dan aturan perjalanan lokal juga diperketat, termasuk sejumlah penerbangan dan kereta dibatalkan.
Pemerintah juga langsung melakukan tes COVID-19 massal setiap ada infeksi baru untuk mendeteksi kasus agar tak menyebar lebih jauh.
Sementara itu, klaster di pusat Provinsi Henan, yang ditemukan pertengahan Oktober lalu, juga telah menjalar ke sekolah. Akibatnya, otoritas kesehatan setempat mendorong percepatan vaksinasi di kalangan anak-anak.
Menurut data pemerintah, sejauh ini lebih dari 3,5 juta dosis vaksin telah diberikan ke anak-anak yang berusia 3 hingga 11 tahun.
Baca Juga: PBB Kutuk Upaya Pembunuhan Terhadap Perdana Menteri Irak
China sendiri dikenal dengan aturan perbatasan yang ketat dan konservatif. Meski ada kota mencoba cara baru, pemerintah masih bersikeras dengan strategi nol-Covid yang dicanangkan. Langkah itu disebut memicu banyak perdebatan selama beberapa minggu terakhir.
"Kita seharusnya tak melakukan tes massal Covid setiap kasus melonjak," kata ahli virologi dari Universitas Hong Kong, Guan Yi.
Selain itu, dia juga menyoroti vaksin booster yang dilakukan acak. Ia menilai program itu tak perlu.
Guan Yi justru mendorong tes antibodi dan data efektivitas vaksin terbaru dari para produsen untuk melawan varian-varian yang ada.
Sejauh ini, China sudah mengantongi izin untuk 5 merek vaksin. Namun, tingkat efikasi yang dirilis rata-rata sekitar 50 dan 82 persen. Angka ini jauh tertinggal dari vaksin saingannya, Pfizer dan Moderna.
Sementara itu, pemerintah China mengecam para pengamat yang menyoroti langkah atau kebijakan yang diambil.
Baca Juga: Puluhan Anggota Taliban Diangkat Jadi Gubernur dan Komandan Polisi
"Langkah-langkah penahanan yang ketat masih menjadi cara terbaik untuk menyelamatkan nyawa (dan) tak perlu dipertanyakan lagi," demikian pernyataan pemerintah.
Hingga kini, secara COVID di China secara keseluruhan mencapai 97.811 kasus dan 4.636 kematian sejak virus itu muncul. (C)
Reporter: Ibnu Sina Ali Hakim
Editor: Fitrah Nugraha