Penggunaan Dana Kelurahan Tidak Tepat Sasaran dan Tak Libatkan Masyarakat, Lurah Dituding Cari Untung
reporter
Jumat, 22 Juli 2022 / 6:27 pm
KONAWE UTARA, TELISIK.ID - Warga Kelurahan Sawa, Kecamatan Sawa, Kabupaten Konawe Utara, kecewa karena Lurah Sawa dianggap hanya mencari keuntungan pribadi.
Hal itu dibuktikan, salah satunya dengan pembongkaran tugu peluru peninggalan ABRI Masuk Desa atau AMD Manunggal tahun 1995 yang secara historis memiliki nilai sejarah yang panjang. Rencananya, tugu itu akan diganti dengan tugu yang baru.
Melalui grup WhatsApp yang di dalamnya terdapat para tokoh masyarakat Kelurahan Sawa, pemerintah kelurahan telah diberikan saran dan masukan agar pembongkaran tugu peninggalan TNI tidak dilakukan. Namun saran itu tidak diindahkan oleh Pemerintah Kelurahan Sawa.
"Seakan-akan Pemerintah Kelurahan Sawa menutup mata dan telinga untuk mendengarkan aspirasi masyarakatnya," ujar Wahyudin, salah satu tokoh pemuda Kelurahan Sawa, saat dihubungi melalui telepon, Jumat (22/7/2022).
Dikatakan Wahyudin, sistem pengelolaan dana dan informasi yang buruk menjadi alasan kuat warga Kelurahan Sawa kecewa kepada Pemerintah Kelurahan Sawa.
Masyarakat juga kecewa oleh sistem pengelolaan dana kelurahan yang menurut mereka tidak transparan, tidak melibatkan masyarakat melalui musyawarah mufakat.
"Rapat dilaksanakan secara tertutup. Yang diundang hanya aparat saja, itupun diundang melalui grup WA, sementara banyak tokoh masyarakat, pemuka agama, pemuka adat yang tidak masuk di grup," tambahnya.
Masyarakat sangat kecewa oleh ulah Pemerintah Kelurahan Sawa yang dianggap lebih mementingkan keuntungan pribadi dibanding kepentingan umum.
Baca Juga: Jokowi Resmikan Kawasan Marina di Labuan Bajo NTT
Pembangunan tugu kelurahan yang asas manfaatnya tidak ada, malah dibangun oleh Pemerintah Kelurahan Sawa. Padahal di musim penghujan seperti sekarang ini banyak warga Kelurahan Sawa yang kebanjiran.
"Seharusnya penanganan banjir menjadi skala prioritas utama, tetapi Pemerintah Kelurahan Sawa lebih sering terpana dan terobsesi dengan pembangunan spektakuler seperti fasilitas fisik pembangunan tugu demi mencari keuntungan besar," tandasnya.
Hal senada diungkapkan salah seorang tokoh masyarakat Kelurahan Sawa yang tak ingin identitasnya disebut. Dia mengatakan, perencanaan penggunaan dana kelurahan yang bersumber dari APBN seharusnya melibatkan masyarakat, agar tepat sasaran dan tepat manfaat.
Dia menambahkan, pembangunan yang menggunakan dana kelurahan juga terkesan dipaksakan demi mencari keuntungan pribadi, karena ada indikasi dikerjakan oleh pihak Pemerintah Kelurahan Sawa sendiri.
Menanggapi tudingan tersebut, Lurah Sawa, Alex Johanis mengungkapkan, tidak benar dirinya tidak melibatkan masyarakat dalam program pembangunan di Kelurahan Sawa.
Baca Juga: Barang Bukti 42 Perkara Pidum Dimusnahkan, Ada Sabu 70,6 Gram
Dia mengaku telah mengundang para tokoh masyarakat dalam rapat penentuan program pembiayaan dana kelurahan tahun 2021 lalu. Namun karena masih pandemi COVID-19, banyak yang tidak hadir, dan memang peserta rapat dibatasi karena tidak boleh membuat kegiatan yang dihadiri banyak orang.
"Khusus untuk tugu AMD Manunggal tahun 1995, itu bukan saya mau hilangkan. Justru saya mau bangun yang baru, karena saya tahu, tugu ini sudah menjadi icon, jadi harus dilestarikan dan saya akan buat yang baru karena kondisinya sudah rusak," tutur Alex.
Dia menambahkan, biaya pembuatan tugu dan empat tapal batas RW sebesar Rp 121 juta. Dan khusus penanganan banjir, pihaknya juga telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 129 juta untuk membangun drainase. Hanya saja drainase belum dikerjakan karena masih musim hujan.
Semua kegiatan yang dibiayai oleh dana kelurahan, tambahnya, dikerjakan oleh pihak ketiga. Pernyataan ini sekaligus membantah tudingan masyarakat bahwa proyek yang dibiayai dana kelurahan dikerjakan oleh aparat Kelurahan Sawa.
Dia berharap dana kelurahan bisa berlanjut terus, agar pembangunan infrastruktur di Kelurahan Sawa bisa berjalan maksimal. (A)
Penulis: Nur Khumairah Sholeha Hasan
Editor: Haerani Hambali