Penjelasan Genophobia: Rasa Takut Berlebihan Berhubungan Ranjang, Ini Tandanya
Reporter
Jumat, 08 November 2024 / 9:17 pm
JAKARTA, TELISIK.ID - Aktivitas seksual seringkali dianggap sebagai momen yang membahagiakan bagi pasangan suami istri. Namun, bagi sebagian orang, pemikiran untuk berhubungan ranjang justru memunculkan rasa takut yang berlebihan.
Kondisi ini dikenal dengan istilah genophobia, yaitu rasa takut ekstrem terhadap aktivitas seksual, khususnya yang melibatkan penetrasi. Rasa takut ini bisa muncul hanya dengan membayangkan situasi tersebut.
Dikutip dari alodokter.com, Jumat (8/11/2024), Genophobia bukan sekadar rasa gugup atau cemas saat akan melakukan hubungan intim, melainkan bentuk fobia spesifik yang bisa sangat mengganggu kehidupan seseorang.
Penderita genophobia mungkin merasa sangat tidak nyaman ketika mendiskusikan atau memikirkan tentang seks, sehingga seringkali memilih menghindari hubungan intim sama sekali. Hal ini dapat berdampak serius pada hubungan pribadi dan kualitas hidup seseorang.
Tanda-Tanda Genophobia yang Perlu Diperhatikan
Genophobia merupakan bentuk fobia spesifik yang memiliki berbagai gejala. Gejala ini bisa muncul baik secara fisik maupun psikologis. Penderita genophobia mungkin akan mengalami ketakutan yang sangat ekstrem saat memikirkan atau hendak melakukan hubungan seksual.
Baca Juga: Perbanyak Konsumsi Air Putih Kunci Kulit Lembap dan Sehat
Beberapa tanda-tanda yang bisa dikenali antara lain:
1. Rasa Takut yang Ekstrem
Penderita merasa sangat takut saat memikirkan atau hendak melakukan hubungan seksual, sehingga memicu kecemasan yang intens.
2. Tidak Mampu Mengendalikan Ketakutan
Perasaan takut dan cemas yang muncul seringkali tidak bisa dikendalikan oleh penderita, bahkan ketika mereka menyadari bahwa ketakutan tersebut tidak rasional.
3. Gejala Fisik yang Muncul
Gejala fisik seperti mual, pusing, sulit bernapas, jantung berdebar kencang, keringat dingin, dan tubuh gemetaran dapat dialami penderita genophobia.
4. Menghindari Hubungan Intim
Penderita mungkin bereaksi dengan menolak atau menghindari pasangan ketika situasi mengarah pada hubungan seksual, bahkan bisa sampai berteriak atau membentak pasangan.
Gejala yang muncul pada penderita genophobia dapat berlangsung lama dan menyebabkan dampak yang signifikan, terutama jika kondisi ini tidak segera ditangani.
Penyebab Genophobia yang Sering Terjadi
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami genophobia. Penyebabnya bisa berbeda-beda tergantung pada pengalaman dan kondisi psikologis seseorang.
Berikut beberapa penyebab umum dari genophobia:
1. Trauma Seksual
Pengalaman traumatis seperti pelecehan seksual atau pemerkosaan bisa meninggalkan dampak psikologis yang mendalam, salah satunya adalah genophobia. Rasa takut ini muncul sebagai respons perlindungan terhadap memori buruk dari kejadian tersebut.
2. Kurangnya Pengalaman Seksual
Banyak orang yang merasa takut tidak dapat memuaskan pasangannya, terutama bagi mereka yang belum memiliki pengalaman seksual. Kekhawatiran ini bisa berubah menjadi rasa takut yang berlebihan ketika ada riwayat gangguan kecemasan.
3. Takut Terkena Penyakit Menular Seksual
Risiko terkena penyakit menular seksual seperti sifilis atau gonore bisa memicu rasa takut saat akan berhubungan intim. Meski penggunaan kondom dapat mencegah penularan penyakit, rasa takut tersebut tetap bisa muncul pada sebagian orang.
4. Gangguan Dismorfik Tubuh
Gangguan ini menyebabkan seseorang merasa tidak nyaman dengan bentuk tubuhnya. Rasa malu yang berlebihan terhadap tubuh sendiri bisa membuat penderita menghindari situasi yang memerlukan keterbukaan fisik, seperti hubungan seksual.
5. Vaginismus
Vaginismus adalah kondisi di mana otot-otot vagina mengencang saat penetrasi, menyebabkan rasa sakit yang luar biasa. Kondisi ini bisa membuat wanita takut berhubungan intim dan akhirnya mengalami genophobia.
6. Disfungsi Ereksi
Pada pria, disfungsi ereksi bisa menyebabkan perasaan malu dan stres yang mendalam. Kondisi ini dapat memicu ketakutan untuk melakukan hubungan seksual karena takut gagal memuaskan pasangan.
Penanganan Genophobia yang Tepat
Untuk menangani genophobia, perlu dilakukan pendekatan yang sesuai dengan penyebab dan tingkat keparahan gejalanya.
Psikoterapi, seperti terapi perilaku kognitif, seringkali menjadi metode yang efektif untuk membantu penderita mengatasi ketakutan mereka. Terapi ini bertujuan untuk mengubah pola pikir negatif dan membantu penderita mengelola rasa cemas saat gejala fobia muncul.
Jika terapi perilaku kognitif tidak cukup membantu, penggunaan obat antidepresan mungkin diperlukan untuk mengurangi gejala kecemasan yang dialami oleh penderita.
Konsultasi dengan psikiater atau psikolog sangat dianjurkan agar penderita mendapatkan terapi yang sesuai dengan kondisi mereka.
Dampak Genophobia pada Kehidupan Sosial
Baca Juga: Efek Parah Hubungan Intim Setelah Operasi Caesar, Begini Penjelasannya
Genophobia tidak hanya berdampak pada kehidupan seksual seseorang, tetapi juga dapat mempengaruhi hubungan sosial dan emosionalnya.
Penderita mungkin merasa terisolasi karena terus menghindari interaksi dengan orang lain, terutama dalam hubungan romantis. Rasa takut ini bisa membuat seseorang menarik diri dari pasangan dan mengakibatkan konflik dalam hubungan.
Pada pasangan yang sudah menikah, genophobia bisa menjadi sumber ketidakharmonisan jika kebutuhan seksual tidak terpenuhi dengan baik.
Hal ini dapat menyebabkan ketegangan, perasaan kecewa, dan bahkan perceraian jika tidak segera ditangani.
Genophobia adalah kondisi yang bisa diatasi dengan bantuan profesional. Konsultasi dengan psikolog atau psikiater dapat membantu penderita memahami penyebab ketakutan mereka dan menemukan cara yang tepat untuk mengatasinya.
Dengan perawatan yang tepat, penderita genophobia memiliki peluang besar untuk pulih dan menikmati hubungan intim yang sehat dan menyenangkan. (C)
Penulis: Ahmad Jaelani
Editor: Mustaqim
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS