Perbedaan Kalender Tahun Hijriah dan Masehi, Begini Dasar Hitungan Bulannya
Reporter
Jumat, 27 Juni 2025 / 10:06 am
Tradisi Mubeng Benteng di Keraton Yogyakarta setiap malam 1 Suro. Foto: Repro Cerita Jogja.
JAKARTA, TELISIK.ID - Tahun baru Islam 1 Muharam 1447 H jatuh pada Jumat (27/6/ 2025), menandai selisih sistem perhitungan waktu antara kalender Hijriah dan Masehi yang terus bergeser setiap tahun.
Umat Islam di berbagai belahan dunia menyambut datangnya 1 Muharam 1447 Hijriah. Penanggalan ini berbeda dari kalender Masehi karena menggunakan dasar perhitungan yang tak sama.
Kalender Hijriah menggunakan peredaran bulan (lunar), sementara kalender Masehi menggunakan peredaran matahari (solar).
Kalender Hijriah ditetapkan sejak peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Kota Mekah ke Madinah. Momen penting itu terjadi pada 1 Muharam tahun 1 Hijriah atau bertepatan dengan 16 Juli 622 Masehi.
Sejak saat itu, umat Islam menjadikan peristiwa hijrah sebagai penanda awal sistem penanggalan Islam.
Melansir dari CNBC Indonesia, Jumat (27/6/2025), Nabi Muhammad SAW memutuskan hijrah karena kondisi di Mekah sudah tidak kondusif untuk menyebarkan Islam.
Tekanan dari kaum Quraisy yang merasa ajaran Islam mengancam kepentingan sosial dan ekonomi mereka membuat Rasulullah dan pengikutnya mencari tempat yang lebih aman. Kota Madinah kemudian menjadi pusat pertumbuhan umat Islam setelah hijrah.
Berbeda dari Hijriah, awal perhitungan kalender Masehi dikaitkan dengan kelahiran Nabi Isa atau Yesus Kristus.
Kalender Masehi diawali dengan bulan Januari dan diakhiri Desember, sedangkan kalender Hijriah dimulai dari Muharam dan berakhir pada Zulhijah.
Penanggalan Hijriah bergantung pada munculnya hilal atau bulan sabit muda setelah terjadinya ijtimak atau konjungsi.
Ketika hilal sudah terlihat saat matahari terbenam, maka sudah masuk bulan baru, meskipun jam belum menunjukkan pukul 00.00. Ini berbeda dengan sistem Masehi yang menggunakan pukul 00.00 sebagai awal hari baru.
Contohnya, apabila hari ini adalah 29 Zulhijah dan hilal terlihat saat matahari terbenam, maka malam itu sudah masuk 1 Muharam. Dalam sistem Masehi, pergantian hari terjadi tepat pukul 00.00, sehingga tanggal baru muncul setelah tengah malam.
Jumlah hari dalam kalender Hijriah antara 354 hingga 355 hari dalam setahun, lebih pendek dibanding Masehi yang memiliki 365 hingga 366 hari.
Selain itu, durasi satu bulan dalam Hijriah berkisar antara 29 sampai 30 hari, sedangkan dalam Masehi bisa 28 sampai 31 hari.
Dengan selisih sekitar 10 sampai 11 hari per tahun, maka tanggal-tanggal penting dalam Islam, seperti Ramadan, Idul Fitri, atau Idul Adha, akan terus bergeser lebih awal bila dibandingkan dengan kalender Masehi.
Baca Juga: Ini Pemilik Kapal Tongkang JKW Mahakam dan Dewi Iriana Heboh Muat Ore Nikel
Selisih ini menjadikan awal Ramadan, misalnya, hampir tidak pernah jatuh pada tanggal yang sama setiap tahun Masehi.
Kalender Hijriah digunakan untuk penentuan waktu ibadah umat Islam seperti puasa Ramadan, pelaksanaan haji, dan hari raya.
Sementara kalender Masehi lebih digunakan secara internasional dalam bidang administrasi, pendidikan, dan kehidupan sehari-hari masyarakat global.
Perbedaan dasar sistem ini menjelaskan kenapa kedua kalender tidak pernah benar-benar sejajar. (C)
Penulis: Ahmad Jaelani
Editor: Kardin
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS