Perjuangan Para Tukang Becak di Kolaka demi Menyambung Hidup
Reporter Kolaka
Jumat, 16 April 2021 / 1:37 pm
KOLAKA, TELISIK.ID - Perjuangan hidup para pengayuh becak demi mengumpulkan pundi-pundi rupiah demi menyambung hidup, tentu bukan hal mudah.
Segelintir orang di Kabupaten Kolaka memanfaatkan becak sebagai sumber utama mata pencaharian mereka. Selain karena tak punya keahlian lain, tak punya modal usaha dan faktor usia menjadi alasan mereka memilih profesi ini.
Latiha (67) salah seorang warga Jalan Delima, Kelurahan Kolakaasi yang terpaksa menjalani profesi sebagai tukang becak di usianya yang sudah tua demi memenuhi kebutuhan keluarga.
Saat ditemui Telisik.id, Kamis (15/4/2021), Latiha menceritakan, setiap hari dirinya ke luar rumah untuk menarik becak dari pukul 07.00 pagi dan pulang ketika hari akan menjelang petang.
Tarif yang dikenakan setiap penumpang pun bervariasi mulai dari Rp 5 ribu - Rp 10 ribu sekali tarik, tergantung pada jarak tempuh.
Baca juga: Rawan Bencana, Kabupaten Malang Butuh Mitigasi Bencana
Dalam sehari, Latiha hanya memperoleh penghasilan sebesar Rp 5 ribu - Rp 20 ribu, bahkan terkadang pula tidak ada pendapatan sama sekali dan ini bisa terjadi sampai 2-3 hari.
"Yah kalo tarik becak, satu kali narik Rp 5 ribu, Rp 10 ribu, tergantung jarak. Kalo untuk penghasilan tidak menentu, kadang satu hari hanya dapat Rp 5 ribu, paling tinggi Rp 20 ribu, tapi biasa juga tidak ada penumpang. Sampai 2-3 hari tidak ada penghasilan kalau terlanjur tidak dapat penumpang kasian," ujarnya.
Hal serupa dialami pula Arsad (53) yang saat ini tinggal seorang diri setelah istrinya meninggal dunia. Ia mengungkapkan, dalam sehari menarik becak dirinya hanya mendapatkan uang Rp 5 ribu-Rp 10 ribu, terkadang pulang dengan tangan kosong.
Hal itu kata dia, disebabkan mayoritas masyarakat lebih memilih menggunakan ojek dibanding becak karena alasan efektivitas waktu.
"Iya itumi banyak orang lebih pilih naik motor karena cepat dari pada becak kan lambat jalannya, karena tenaga orang dipakai, beda motor tinggal gas saja," imbuhnya sembari becanda.
Baca juga: Gempa Bumi Tektonik Magnitudo 3,5 Guncang Kolaka Utara
Namun, Arsad tidak pernah mengeluh meski penghasilannya terbilang sangat minim. Berapapun yang didapatkannya, ia tetap bersyukur.
"Saya tetap bersyukur pak, biar sedikit yang didapat tapi masih bisa juga makan, yang penting asal halal," tambahnya.
Cerita yang sama diungkapkan Bio, warga asal Mowewe, Kabupaten Kolaka Utara (Kolut) yang merantau di Kabupaten Kolaka sekira 20 tahun lalu. Dalam sehari berkeliling menarik becak, ia hanya mampu meraup hasil Rp 5 ribu.
Sehingga untuk mencari tambahan penghasilan, ia harus lembur kerja menarik becak 24 jam dari jam 7.00 pagi sampai waktu memasuki pagi kembali. Terkadang ia hanya beristirahat guna melepas lelah dan kantuk di pinggiran jalan atau di bawah pohon.
"Begitumi satu hari keliling 5 ribu saja didapat itupun kalo ada. Biasa tidak ada juga, terpaksa saya suka lembur. Saya narik becak dari pagi sampe magrib habis itu sambung lagi malam sampe pagi kembali. Kalau mengantuk, istirahat saja di pinggir jalan, di bawah pohon," tuturnya. (A)
Reporter: Muh. Sabil
Editor: Haerani Hambali