Pordasi Manggarai Dikritik karena Lomba Pacuan Kuda Vakum
Reporter Kupang
Selasa, 01 November 2022 / 11:13 am
MANGGARAI, TELISIK.ID - Kejuaraan pacuan kuda di Kabupaten Manggarai, Provinsi NTT, sudah lama vakum. Olah raga yang sering dihelat di Nanga Banda, Kecamatan Reok itu, kini sudah nyaris tak terselenggara lagi 3 tahun belakangan pasca pandemi COVID-19.
Para penghobi kuda di wilayah itu pun terpaksa membawa kuda mereka ke kabupaten tetangga Sikka, untuk mengikuti kejuaraan Bupati Cup.
Alhamdulliah, perjalanan jauh mereka pun membuahkan hasil yang menyenangkan. Dari 5 kuda yang dibawa, ada 3 kuda yang berlaga sampai ke partai puncak.
3 ekor kuda yang masuk final itu merupakan kuda milik Mansur Anwar. Sedangkan 2 kuda lainnya milik Riko Budiman, salah satu penghobi kuda yang berdomisili di Kecamatan Reok.
Riko selaku penghobi kuda mengkritik Pordasi Manggarai yang terkesan tak peduli dengan perkembangan olah raga berkuda di wilayah itu. Apalagi seharusnya anggaran itu ada di dinas terkait.
"Jauh-jauh datangi undangan pacuan ke kabupaten lain demi membawa nama baik Kabupaten Manggarai dengan biaya sendiri tanpa campur tangan pihak Pordasi, Dinas PPO, Pariwisata maupun Dinas Peternakan. Tapi Pordasi malah sepertinya vakum dan tidak peduli perkembangan olah raga berkuda yang bisa dijadikan destinasi wisata bagi Kabupaten Manggarai umumnya dan Kecamatan Reok khususnya," tandas Riko.
Menurutnya, pacuan kuda ini seharusnya diselenggarakan juga di Manggarai sebagai hiburan masyarakat yang sudah 3 tahun belakang haus hiburan karena dampak pandemi COVID-19.
Baca Juga: Tanding Rock Boxing Nusantara, Petinju Sulawesi Tenggara Dhias Mushari Juara I
Sebab, pacuan kuda juga sebagai pemicu bangkitnya perekonomian Kabupaten Manggarai dan memperkenalkan budaya serta wisata alam Kabupaten Manggarai bagi peserta pacuan dari luar kabupaten dan luar pulau.
"Kabupaten Manggarai telah memiliki lapangan/sirkuit pacuan kuda yang memenuhi standar dgn panjang lintasan 1.100 meter. Tapi sudah 4 tahun terbengkalai. Sementara kabupaten lain yang minim prasarana lapangan pacuan, malah berbondong-bondong mengadakan pacuan kuda. Lantas kemana Pordasi," sindir Riko.
Riko menilai sepertinya pemkab tidak bisa melihat peluang wisata dan tidak mampu menyenangkan hati masyatakat.
"Semoga ke depan event pacuan kuda di Manggarai dihidupkan kembali agar minat masyarakat untuk memelihara dan merawat kuda lebih meningkat," tuturnya.
Sebelumnya, salah satu pemilik kuda di Manggarai, Mansur Anwar mengatakan, saat ini sedang berlangsung lomba pacuan kuda dalam rangka memperebutkan Piala Bupati Sikka. Dirinya memutuskan mengirim kuda dalam kejuaraan itu, karena di Manggarai tidak ada kejuaraan pacuan kuda tahun ini.
"Kami bawa 5 kuda dalam pacuan bergengsi di Maumere, Kabupaten Sikka kali ini. 5 Kuda itu masing-masing bernama Putri Nanga Banda, Iseng-Iseng Star, Jempol Jaya, Speed dan Bintang," kata Mansur.
Kuda-kuda dari Manggarai yang dikirim, kata Mansur, tidak kalah dalam adu kecepatan lari, sehingga dari 5 yang dibawa, ada 3 kuda yang masuk final, termasuk Putri Nanga Banda.
"3 kuda yang masuk final, yakni Putri Nanga Banda, Iseng-Iseng Star dan Jempol Jaya," beber pria yang biasa disapa bos kurus itu.
Baca Juga: Pembalap Nasional Siap Jelajahi Pulau Flores
Menurutnya, kuda-kuda yang dikirim tentu tidak sembarang kuda. Keinginannya bisa mendapatkan hasil terbaik, terutama untuk kuda Putri Nanga Banda. Kuda ini memang sangat diandalkan dalam pacuan kali ini.
Pacuan kuda, katanya lagi, sebetulnya sudah menjadi membudaya di Manggarai. Dahulu sangat ramai pacuan kuda yang menjadi agenda tahunan pemkab bersama Pordasi. Pacuan kuda itu dilakukan dengan baik selama ini, tetapi beberapa tahun terakhir, tidak ada lagi lomba pacuan kuda.
Kalau rutin diadakan pacuan, lanjut Mansur, itu bisa menggairahkan masyarakat atau siapapun untuk memelihara kuda. Kalau tidak, maka minat memelihara kida akan turun atau bahkan hilang.
Fakta sekarang ini, kuda sudah jarang dipelihara masyarakat, kecuali penggila kuda lomba yang masih telaten menjaga dan merawat kudanya. Tetapi, jumlahnya tidak banyak. (B)
Penulis: Berto Davids
Editor: Haerani Hambali