Subandi Giyanto, Piawai Lukis Pewayangan

Affan Safani Adham

Reporter Yogyakarta

Sabtu, 06 Juni 2020  /  9:36 pm

Dua buah lukisan karya Subandi Giyanto dikoleksi oleh Galeri Nasional Jakarta. Foto: Ist.

YOGYAKARTA, TELISIK.ID - Namanya Subandi Giyanto. Sejak kelas 4 SD, dia sudah menatah wayang kulit. Sebagai pekerjaan. Maklum, orangtuanya yang juga pembuat wayang kulit bukanlah orang berpunya.

Mengenang masa kecil, kadang matanya berkaca-kaca. Sepulang sekolah dia langsung menatah wayang kulit hingga jam sepuluh malam. Nyaris dia tidak sempat belajar.

"Saya ini bodoh di kelas," katanya.

Meski demikian, dia selalu mewakili sekolahnya tiap kali ada lomba melukis. Dan Subandi Giyanto selalu meraih juara.

Kepintaran Subandi Giyanto dalam menggambar itulah, yang menyebabkan dia meneruskan pendidikannya di Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Yogyakarta seangkatan dengan Dadang Christanto.

Selepas lulus dari SMSR di Bugisan Yogyakarta, dia lalu melanjutkan kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) jurusan seni lukis. Lulus tahun 1986, akhirnya dia mengajar di bekas almamaternya: SMSR Yogyakarta. Dan baru saja dia pensiun.

Baca juga: Keselamatan Masyarakat Utama, Pengamat Minta Pilkada Ditunda

Subandi kini aktif menggambar dengan tema-tema atau objek pewayangan. Dua buah karyanya itu juga dikoleksi oleh Galeri Nasional Jakarta.

Lelaki rendah hati yang kini tinggal di Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, juga masih piawai membuat wayang.

Hingga saat ini dia sedang membuat wayang anak-anak bajang pesanan Romo Shindunata, pengarang novel best seller "Anak Bajang Menggiring Angin".

Subandi pernah mendapat anugerah seni dari Sri Sultan Hamengku Buwono X tahun 2018.

Tadi pagi saya sempat ke rumahnya untuk melihat proses pewarnaan gambar yang dipesan sahabat saya Buldanul Khuri, seorang penerbit buku, yang pesan untuk cover depan buku "Puncak Kekuasaan Mataram"-nya de Graaf.

Reporter: Affan Safani Adham

Editor: Sumarlin