Tingkatkan Literasi untuk Kesejahteraan Masyarakat Sulawesi Tenggara

Nur Meli

Reporter

Rabu, 02 Agustus 2023  /  7:12 pm

Dalam rangka peningkatan indeks literasi masyarakat untuk kesejahteraan, Perpusnas bekerja sama dengan Dispusip Sulawesi Tenggara, mengadakan seminar di Perpustakaan Modern Sulawesi Tenggara, Selasa (2/8/2023). Foto: Nur Meli/Telisik

KENDARI, TELISIK.ID - Guna peningkatan indeks literasi masyarakat untuk kesejahteraan, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) bekerja sama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Sulawesi Tenggara, mengadakan seminar di Perpustakaan Modern Provinsi Sulawesi Tenggara, Selasa (2/8/2023).

Dengan tajuk peningkatan indeks literasi masyarakat untuk Sulawesi Tenggara cerdas, seminar itu merupakan program lanjutan dari program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial.

Pustakawan Ahli Utama Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Ahmad Masykuri mengatakan, peningkatan indeks literasi harus dimulai dari keluarga.

"Anak 18 Minggu itu sudah bisa mendengar apa yang dibicarakan ibunya, mulai dari bacaan Alquran, buku dan lain sebagainya," ujarnya.

Baca Juga: Tingkatkan Minat Baca Masyarakat, Dispusip Sulawesi Tenggara Gelar Talk Show Literasi

Selain itu ungkapnya, kebiasaan atau budaya membaca keluarga dan memberikan kondisi yang kondusif untuk aktivitas membaca anak-anaknya.

Kemudian meningkatkan indiksi literasi untuk kesejahteraan masyarakat harus ada pembangunan perpustakaan berbasis inklusi sosial di setiap desa. Hal itu akan menciptakan produk di masing-masing desa, dan akan berdampak pada kesejahteraan masyarakatnya.

Sementara Ketua DPRD Sulawesi Tenggara, Abdurrahman Shaleh menjelaskan, ada tujuh cara untuk meningkatkan indeks literasi masyarakat, khususnya di Sulawesi Tenggara. Di antaranya pemerataan layanan perpustakaan, ketercukupan tenaga perpustakaan, serta keterlibatan masyarakat dalam kegiatan sosialisasi dan promosi.

Selain itu, ia menambahkan, seharusnya jam operasional perpustakaan dapat dijalankan hingga malam hari dan dapat beroperasi di hari libur.

"Perpustakaan harus merubah mindsetnya, jangan pendekatan birokrasi. Pendekatan birokrasi itu buka jam 7 tutup jam 4. Padahal perpustakaan bisa dibuka setelah Maghrib nanti setelah jam 9 malam baru tutup," ujarnya.

Ia juga mengungkapkan, peningkatan literasi juga dimulai dari keluarga. Bagaimana peran keluarga dalam mendidik seorang anak agar bisa mencintai literasi.

"Literasi itu ada pada diri kita, jika literasi tidak ada pada kita, bagaimana mungkin kita dapat mendidik anak kita," ungkapnya

Sementara dalam pandangan pendidikan, dosen Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Hanna mengungkapkan, literasi justru ada di hati setiap orang. Ia menuturkan, ada dua aspek paling penting yang perlu diketahui yaitu aspek reseptif dan produktif.  

"Ketika seseorang mampu menerima literasi maka telah terjadi proses reseptif, ketika telah mampu memproduksi apa yang kita baca maka itu aspek produktif, sehingga dalam literasi itu dikatakan, baca apa yang ditulis, dan tulis apa yang anda baca," tuturnya.

Lebih lanjut, dalam pendidikan masih dikenalkan dengan teori-teori kuantitatif bukan teori kualitatif, sehingga menyebabkan banyaknya alumni yang bagus tapi tidak dapat berkreatif.

"Kita punya sumber daya alam yang melimpah, tetapi kita tidak dapat mewujudkan itu karena belum paham dengan hal itu," ungkapnya.

Olehnya, untuk mewujudkan hal tersebut harus ada penerapan teori kualitatif, anak-anak diajarkan bagaimana sesuatu itu dimulai dengan membaca, menganalisis, dan mampu membuat suatu produktifitas.

"Itu yang perlu dilakukan sehingga paradigma mengajar dapat terwujudkan," ujarnya.

Lebih lanjut, literasi dalam anak muda saat ini bukannya tidak disenangi melainkan karena adanya paradigma yang lahir di antara mereka.

Baca Juga: Harga Gas di Kendari Melonjak, PLN Area Kendari Dukung Pemakaian Kompor Induksi

"Banyak anak sekarang yang tidak ingin lanjut sekolah," tuturnya.

Hal tersebut karena anak muda sekarang lebih tertarik pada politeknik. Hal tersebut harus diapresiasi karena telah banyak anak sekarang yang lebih tertarik pada dunia vokasi ketimbang di dunia akademisi.

"Kita tidak perlu terus berteori, tapi bagaimana kita dapat mewujudkan konsep dan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari," ucapnya.

Ia mengatakan tinggal peran bagaiamana pemerintah dapat mewujudkan pendidikan vokasi sehingga dapat membangun bangsa ini. (A)

Penulis: Nur Meli

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS