Toilet di Korsel Olah Tinja Jadi Listrik dan Mata Uang Digital
Reporter Jakarta
Minggu, 11 Juli 2021 / 2:14 pm
JAKARTA, TELISIK.ID - Ilmuwan Korea Selatan terus berinovasi, bahkan tinja pun bisa disulap jadi listrik dan uang digital.
Dengan buang hajat di toilet, Anda dapat membeli kopi atau pisang di sebuah universitas di Korea Selatan (Korsel) yang mengolah kotoran manusia menjadi listrik untuk menerangi gedung.
Mengutip dari Reuters, Minggu (11/7/2021), Cho Jae-weon, seorang profesor teknik perkotaan dan lingkungan di Institut Sains dan Teknologi Nasional Ulsan (UNIST), telah merancang toilet ramah lingkungan yang terhubung ke laboratorium yang menggunakan kotoran untuk menghasilkan biogas dan pupuk kandang.
Toilet BeeVi - gabungan kata lebah dan penglihatan - menggunakan pompa vakum untuk mengirim tinja ke tangki bawah tanah, sehingga mengurangi penggunaan air. Di sana, mikroorganisme memecah limbah menjadi metana, yang menjadi sumber listrik untuk bangunan itu, memasok gas untuk kompor gas, pemanas air, dan sel bahan bakar oksida padat.
"Jika kita berpikir dengan perspektif baru, tinja memiliki nilai berharga untuk memproduksi energi dan pupuk. Saya memasukkan nilai ini ke dalam sirkulasi ekologis," kata Cho seperti dikutip oleh Reuters.
Baca juga: 22 Juta Pekerjaan di Negara Kaya Hilang, Pengangguran Melonjak Gila Akibat COVID-19
Baca juga: Di Tengah Perhelatan Piala EURO, Kasus COVID-19 di Inggris Dilaporkan Naik Empat Kali Lipat
Insinyur lingkungan itu menerangkan rata-rata orang buang air besar sekitar 500 gram sehari, yang dapat diubah menjadi 50 liter gas metana. Gas ini dapat menghasilkan listrik 0,5kWh. Bila digunakan untuk bahan bakar kendaraan, cukup untuk berkendara sejauh sekitar 1,2 km.
Cho telah merancang mata uang virtual yang disebut Ggool, yang berarti madu dalam bahasa Korea. Setiap orang yang menggunakan toilet ramah lingkungan mendapatkan 10 Ggool sehari.
Mahasiswa dapat menggunakan mata uang tersebut untuk membeli barang-barang di kampus, mulai dari kopi hingga mi instan, buah-buahan, dan buku. Para siswa dapat mengambil produk yang mereka inginkan di toko dan memindai kode QR untuk membayar dengan Ggool.
"Saya dulu berpikir bahwa tinja itu kotor. Namun, sekarang tinja adalah harta yang sangat berharga bagi saya," kata Hui-jin, mahasiswa pascasarjana Heo, di pasar Ggool seperti dikutip dari VOA.
"Bahkan saat makan pun saya membahas tentang tinja, memikirkan tentang buku-buku apa saja yang ingin saya beli," tambahnya. (C)
Reporter: Marwan Azis
Editor: Haerani Hambali