Wanita Berkumis Disebut Punya Nafsu Seksual Lebih Besar, Begini Fakta Medisnya
Reporter
Jumat, 23 Mei 2025 / 2:40 pm
Mitos wanita berkumis diklaim bernafsu tinggi. Foto: Repro Halodoc
JAKARTA, TELISIK.ID - Di balik mitos yang menyebut wanita berkumis memiliki nafsu seksual tinggi, terdapat penjelasan medis yang perlu diketahui.
Hirsutisme, sebagai kondisi penyebab pertumbuhan kumis pada wanita, ternyata memiliki kaitan erat dengan hormon androgen yang memengaruhi berbagai aspek kesehatan, termasuk dorongan seksual.
Pertumbuhan rambut di wajah bukan hanya terjadi pada pria. Beberapa wanita juga mengalami kondisi serupa yang dikenal dalam dunia medis sebagai hirsutisme.
Kondisi ini menyebabkan munculnya rambut kasar, termasuk kumis, di area tubuh wanita yang biasanya tidak ditumbuhi rambut lebat.
Hirsutisme terjadi akibat peningkatan kadar hormon androgen dalam tubuh wanita. Hormon ini sebenarnya juga diproduksi oleh tubuh wanita, namun dalam jumlah kecil.
Jika kadarnya meningkat secara signifikan, maka akan memicu berbagai perubahan fisik, seperti tumbuhnya kumis, suara menjadi lebih dalam, dan massa otot yang bertambah.
Melansir Halodoc, Jumat (23/5/2025), menurut sejumlah penelitian, termasuk yang dipublikasikan dalam Journal of Sex & Marital Therapy, wanita dengan hirsutisme memang menunjukkan peningkatan hasrat seksual.
Namun, peningkatan tersebut dapat berubah setelah menjalani terapi medis yang tepat selama jangka waktu tertentu.
Terapi yang dijalankan secara rutin dapat menstabilkan hormon androgen dan mengurangi gejala hirsutisme. Seiring dengan penurunan gejala fisik, tingkat dorongan seksual juga dapat menurun.
Selain itu, terapi ini dapat membantu meningkatkan rasa percaya diri penderita hirsutisme, yang sebelumnya menurun akibat perubahan penampilan fisik.
Baca Juga: Sering Masturbasi Bikin Dengkul Kopong? Begini Penjelasan Medisnya
Berikut ini adalah beberapa fakta medis penting yang perlu diketahui terkait hirsutisme pada wanita:
1. Jenis Bulu yang Tumbuh
Tubuh manusia memiliki dua jenis bulu utama, yakni bulu halus (vellus) dan bulu kasar (terminal). Bulu vellus biasanya nyaris tidak terlihat dan berfungsi menjaga suhu tubuh.
Sementara itu, bulu terminal merupakan bulu kasar seperti rambut kepala, kumis, atau jenggot. Pada wanita dengan hirsutisme, bulu yang tumbuh di area wajah termasuk dalam kategori bulu terminal.
2. Pengaruh Hormon Androgen
Hormon androgen berperan penting dalam memicu pertumbuhan rambut kasar pada tubuh manusia. Pada pria, hormon ini mendominasi dan menghasilkan perubahan fisik seperti kumis dan jenggot saat masa pubertas.
Namun, jika hormon androgen berlebih pada wanita, maka akan memicu pertumbuhan rambut kasar di area yang tidak biasa, seperti wajah dan dada.
3. Tanda dari Penyakit PCOS
Hirsutisme dapat menjadi gejala awal dari sindrom ovarium polikistik atau PCOS. Penyakit ini tidak hanya menimbulkan pertumbuhan rambut yang tidak normal, tetapi juga mengganggu sistem reproduksi wanita.
PCOS dapat menyebabkan menstruasi tidak teratur, gangguan ovulasi, dan kesulitan untuk memiliki keturunan.
4. Ketidakstabilan Hormon
Salah satu penyebab utama hirsutisme adalah ketidakseimbangan hormon di dalam tubuh. Ketika hormon androgen meningkat secara tidak normal, maka tubuh akan menunjukkan reaksi berupa pertumbuhan bulu di area yang tidak semestinya.
Oleh karena itu, stabilisasi hormon melalui terapi medis menjadi langkah utama dalam pengobatan kondisi ini.
5. Hasrat Seksual Bisa Meningkat
Penelitian dari Journal of Sex & Marital Therapy menunjukkan bahwa wanita dengan hirsutisme memiliki tingkat libido yang lebih tinggi dibandingkan wanita lainnya.
Hal ini dikaitkan langsung dengan kadar hormon androgen yang tinggi, yang turut memengaruhi dorongan seksual. Namun, kondisi ini tidak bersifat permanen dan dapat berubah setelah terapi dilakukan.
6. Terapi Bisa Turunkan Libido
Setelah menjalani terapi pengobatan selama satu tahun, dorongan seksual wanita dengan hirsutisme cenderung mengalami penurunan.
Terapi tersebut bertujuan menstabilkan hormon androgen serta menurunkan gejala fisik yang muncul, termasuk kumis dan pertumbuhan rambut lainnya yang tidak normal.
7. Dampak Psikologis yang Serius
Meskipun sebagian wanita mungkin mengalami peningkatan hasrat seksual, namun efek psikologis dari hirsutisme tidak bisa dianggap sepele.
Penampilan fisik yang berubah seperti tumbuhnya kumis dapat menurunkan kepercayaan diri, membuat penderita merasa malu, dan enggan tampil di depan umum. Oleh karena itu, aspek psikologis juga penting dalam penanganan hirsutisme.
Baca Juga: Lonjakan Resesi Seks di Indonesia Mulai Mengkhawatirkan, Ini Tandanya
8. Perlu Penanganan Medis Segera
Jika seseorang mengalami gejala hirsutisme, penting untuk segera berkonsultasi dengan tenaga medis profesional. Penanganan yang tepat akan membantu mengendalikan kadar hormon androgen, mencegah komplikasi lanjutan, serta memulihkan kondisi psikologis dan reproduktif secara menyeluruh.
9. Pemeriksaan Lebih Lanjut Diperlukan
Selain konsultasi, dokter juga akan menyarankan pemeriksaan lanjutan untuk menentukan penyebab utama dari hirsutisme. Pemeriksaan ini dapat berupa tes darah untuk mengukur kadar hormon, serta USG untuk mengecek kemungkinan adanya kista di ovarium yang merupakan ciri khas dari PCOS.
10. Dukungan Teknologi Kesehatan
Kini, memeriksa dan mengobati hirsutisme semakin mudah berkat teknologi. Aplikasi seperti Halodoc memungkinkan pengguna untuk membuat janji medis langsung dengan rumah sakit atau dokter spesialis.
Langkah ini mempercepat penanganan sekaligus memberikan kenyamanan bagi penderita yang ingin mendapatkan solusi dari rumah. (C)
Penulis: Ahmad Jaelani
Editor: Kardin
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS