6 Perkara Pembuka Kunci Surga dan Penutup Pintu Neraka
Haerani Hambali, telisik indonesia
Jumat, 31 Desember 2021
0 dilihat
Menurut Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu, ada 6 perkara yang menjadi pembuka kunci surga dan penutup pintu neraka. Foto: Repro ributrukun.net
" Surga yang telah dijanjikan Allah, hanya akan diberikan kepada orang-orang yang beriman "
KENDARI, TELISIK.ID - Surga adalah impian seluruh umat Islam yang percaya pada hari akhir. Surga yang telah dijanjikan Allah, hanya akan diberikan kepada orang-orang yang beriman.
Melansir muslimah.or.id, kehidupan di dunia hakikatnya adalah tempat menanam, “Addun’ya mazro’atul akhiroh”.
Dunia itu tempat menanam kebaikan dan menanam amal shaleh, yang hasilnya akan dipanen di akhirat saat perjumpaan hamba dengan Tuhannya. Karena nikmat terbesar saat memasuki surga adalah nikmat berjumpa dengan Allah.
Untuk menggapai surga, seorang Mukmin wajib mempelajari dan memahami tauhid. Apalah artinya hidup bergelimang kemewahan dunia, populer di mata orang banyak, digelari intelektual Muslim namun mereka buta terhadap ilmu tauhid yang merupakan kunci pembuka surga.
Syahadat adalah fondasi atau dasar bagi rukun-rukun Islam lainnya. Dengan tauhid yang lurus dan menjauhi segala perbuatan syirik, seorang Mukmin akan mendapatkan syafa’at Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Orang yang paling bahagia dengan syafaatku pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallaah dengan tulus ikhlas dari hatinya.” (HR. Al-Bukhari No.99 dan 6576; Ahmad II/ 373 dari shahabat Abu Hurairah radhiallaahu ‘anhu).
Baca Juga: Jangan Mencinta dan Membenci Selain karena Allah
Kalimat laa ilaaha illallaah merupakan kalimat paling agung yang menunjukkan bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah.
Seorang Muslim yang mengucapakan lafadz tersebut dengan lisannya, penuh keyakinan dalam hatinya, ikhlas, memahami maknanya dan melaksanakan tuntutannya, maka ia akan masuk surga.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah dengan ikhlas dari hatinya, maka ia (dijamin) masuk surga.” (HR. Ibnu Hibban no. 4 dan 7, Mawaariduzh Zham’an) dan lainnya dari shahabat Mu’adz bin Jabal. dinilai shahih oleh Syaikh Al Albani di dalam Silsilah Al-Ahadits As- Shahihah ( No 2355 ).
Betapa kalimat laa ilaaha illallaah memiliki kedudukan sangat penting, yang sangat menentukan tempat tinggal seorang hamba di akhirat.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah berkata,
“Barangsiapa yang merealisasikan tauhid, ditandai dengan hati yang penuh dengan iman, tauhid, ikhlas dan dibenarkan dengan amalan, dia tunduk kepada perintah-perintah Allah ‘azza wa jalla dan tidak mengotorinya dengan terus-menerus melakukan perbuatan maksiat, maka dia akan masuk surga tanpa hisab, bahkan termasuk orang-orang yang pertama memasuki dan menempatinya.” (Al-Qoulus Sadiid Fii Maqaashidit Tauhid, hlm: 28 – 29).
Dikutip dari Republika.co.id, dalam kitab “Nashaihul ‘Ibad”, Syaikh Nawawi Al-Bantani menjelaskan, Ali bin Abi Thalib berpesan bahwa siapa yang mengumpulkan enam perkara, berarti dia telah mendapatkan kunci untuk membuka pintu surga dan menutup pintu neraka.
Baca Juga: Baca Doa dan Zikir Ini untuk Menangkal Santet atau Ilmu Hitam
Enam perkara yang merupakan kunci surga tersebut adalah:
1. Mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala bahwa Dialah pencipta yang menghidupkannya, dan mematikannya, lalu menaati-Nya atau melaksanakan segala perintah-Nya.
2. Mengenali setan bahwa dialah musuhnya, lalu mendurhakainya atau tidak menuruti perintah setan.
3. Mengenali akhirat bahwa ia tempat yang kekal, lalu berusaha mendapatkannya dengan menyiapkan bekal sebanyak-banyaknya.
4. Mengenali dunia bahwa ia fana dan merupakan tempat yang akan segera ditinggalkan. Menolak dunia dan tidak mengambilnya kecuali sebatas yang diperlukan sebagai bekal akhirat.
5. Mengenali hal yang haq atau yang benar dalam hukum, lalu mengikutinya dan mengamalkannya.
6. Mengenali yang batil bahwa itu tidak baik, lalu menjauhinya dan tidak melakukannya. (C)
Reporter: Haerani Hambali