DPR AS Panggil Mark Zuckerberg Bersama CEO Google dan Twitter, Ada Apa?
Fitrah Nugraha, telisik indonesia
Minggu, 21 Februari 2021
0 dilihat
CEO Facebook, Mark Zuckerberg. Foto: Repro Google.com
" Apakah itu kebohongan tentang vaksin Covid-19 atau klaim penipuan pemilu yang tidak benar, platform online ini telah memungkinkan informasi yang salah menyebar, mengintensifkan krisis nasional dengan kehidupan nyata, konsekuensi suram bagi kesehatan dan keselamatan publik. "
AMERIKA SERIKAT, TELISIK.ID - DPR Amerika Serikat (AS) bakal memanggil para pemimpin media sosial, untuk bersaksi terkait pendapat seputar misinformasi digital.
Para pimpinan media sosial tersebut yakni, Mark Zuckerberg dari Facebook, Sundar Pichai CEO Google, dan CEO Twitter Jack Dorsey. Ketiganya wajib menghadiri Komite Energi dan Perdagangan DPR pada sidang bulan depan.
Zuckerberg dan Dorsey sudah harus mempertahankan kebijakan mereka kepada Komite Kehakiman Senat pada November lalu.
Audiensi itu berkaitan dengan bagaimana platform memoderasi konten menjelang pemilihan presiden 2020.
Sidang misinformasi digital yang akan datang akan berlangsung pada 25 Maret mendatang.
Baca juga: Mengira Bisa Tangkal COVID-19, Seorang Ibu bersama Anaknya Minum Air Kencing
Ketua panitia mengungkapkan bahwa tiga CEO teknologi besar akan menguji dalam pernyataan resmi.
"Apakah itu kebohongan tentang vaksin Covid-19 atau klaim penipuan pemilu yang tidak benar, platform online ini telah memungkinkan informasi yang salah menyebar, mengintensifkan krisis nasional dengan kehidupan nyata, konsekuensi suram bagi kesehatan dan keselamatan publik," tulis keterangan tersebut, dilansir laman The Sun yang dikutip dari Suara.com jaringan Telisik.id, Minggu (21/2/2021).
Menurut ketua panitia tersebut, sudah terlalu lama, teknologi besar telah gagal untuk mengakui peran yang mereka mainkan dalam mengobarkan dan mengangkat informasi palsu yang terang-terangan kepada audiens online-nya. Pengaturan mandiri industri telah gagal.
"Kita harus memulai pekerjaan mengubah insentif yang mendorong perusahaan media sosial untuk mengizinkan dan bahkan mempromosikan informasi yang salah dan disinformasi," terangnya.
Facebook, Google, dan Twitter semuanya menghadapi pengawasan lebih ketat sejak peran media sosial dalam penyerbuan gedung Capitol awal tahun ini. (C)
Reporter: Fitrah Nugraha
Editor: Haerani Hambali