Ghibah Sama dengan Menantang Allah, Ini Alasannya
Haerani Hambali, telisik indonesia
Minggu, 30 Januari 2022
0 dilihat
Bergunjing seringkali dilakukan tanpa sadar. Foto: Repro oase.id
" Orang yang bergunjing atau ghibah seperti menantang Allah. Sebab Allah sudah menutup aib seseorang tapi malah dibuka oleh orang lain "
KENDARI, TELISIK.ID - Bergunjing adalah perbuatan yang tanpa sadar sering dilakukan, padahal menghasilkan dosa. Orang bahkan seringkali susah berhenti kalau sudah bergunjing.
Melansir Republika.co.id, pendakwah Habib Husein Ja’far mengatakan, orang yang bergunjing atau ghibah seperti menantang Allah. Sebab Allah dengan baik sudah menutup aib seseorang tapi malah dibuka orang lain.
“Ghibah adalah ketika kamu membicarakan keburukan orang lain atau sekadar mengingat keburukan orang lain dan orang itu jelas dia tidak suka. Bahkan orang yang sudah meninggal pun tidak boleh dibicarakan keburukannya. Membicarakan keburukan orang lain hukumnya dosa,” kata Habib Husein dalam video bertajuk Ghibah Bentuk Kurang Ajar Kita pada Allah dalam kanal Youtube Cahaya untuk Indonesia.
Ghibah terjadi ketika hati sudah dikuasai nafsu. Oleh karena itu, kita harus bisa mengontrol hati. Hati harus bebas dari keburukan dan nafsu sehingga selalu merindukan kebaikan atau ibadah. Jangan sampai hati terbersit untuk membicarakan kejelekan orang lain.
Penyebab seseorang menyukai ghibah menurut Imam Ghazali adalah ingin unggul, dengki atau iri hati, kesusahan melihat orang lain senang, dan rasa tidak percaya diri.
Habib Husein menjelaskan, Allah secara jelas menerangkan ghibah dalam surat al-Hujurat ayat 12:
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.”
Habib Husein menyebut, ada beberapa cara menghindari ghibah. Misal, meninggalkan orang yang tidak memberikan kebaikan. Nabi berpesan untuk berteman dengan orang yang memberikan kebaikan.
Namun, ada beberapa ghibah yang dibolehkan yang dijelaskan menurut Imam Nawawi. Yakni, ghibah saat di pengadilan, melaporkan kejahatan kepada penegak hukum atau polisi, dan saat seseorang meminta fatwa kepada ulama.
“Boleh juga ghibah kalau untuk memetik pelajaran. Tapi itu harus tulus ya. Pada akhirnya itu semua tergantung pada diri sendiri saat berurusan dengan hati,” ucap dia.
Baca Juga: Rasulullah Melarang Meminta Jabatan, Ini Alasannya
Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata baik atau diam,” (HR Bukhari).
Bila terlanjur melakukan ghibah, apa yang harus dilakukan?
Dikutip dari Oase.id, orang yang pernah melakukan ghibah diwajibkan bertaubat. Tak cukup dengan memohon ampunan kepada Allah Ta’ala saja, tetapi juga meminta maaf kepada orang yang bersangkutan.
Selain itu, hendaknya berdoa:
Allahummaghfir lana wa lahu
Artinya: "Ya Allah ampunilah kami dan dia."
Doa ini sebagaimana tercantum dalam Ad-Da’awat Al-Kabir karya Imam Al-Baihaqi, bahwasanya Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi wasallam bersabda;
“Sesungguhnya sebagian kafarat ghibah adalah kamu mendoakan ampunan atas orang kamu ghibahi dengan mengucapkan; Allahummaghfir lanaa wa lahu."
Meski bukan hal yang mudah, namun ghibah harus dihindari. Hendaknya seorang Muslim terus berusaha untuk tak terjerumus pada dosa menggunjing, misalnya dengan melakukan beberapa hal ini;
1. Husnuzan
Salah satu penyebab ghibah adalah munculnya prasangka buruk atau suuzan. Kemudian berlanjut pada keinginan untuk mengungkapkannya pada orang lain.
Kalau pun mengetahui keburukan seseorang, hendaklah tutupi aibnya. Sebagaimana potongan hadis dalam riwayat Abu Daud, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa menutupi aib seorang Muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Dan Allah akan selalu menolong seorang hamba selama hamba tersebut mau menolong saudaranya” (HR. Abu Daud).
2. Jauhi perbincangan yang tidak bermanfaat
Jika ada kawan yang mengajak bergunjing, segera tegur dan ingatkan dia. Bila ia tak juga berhenti, maka tinggalkanlah dan jauhi perbincangan yang tak bermanfaat. Karena itu merupakan salah satu tanda baiknya keislaman seseorang.
Baca Juga: Jin Bisa Jatuh Cinta dan Masuk ke Tubuh Manusia, Begini Cara Menghindari
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya salah satu tanda baiknya Islam seseorang adalah ia meninggalkan apa yang tak bermanfaat bagi dirinya.” (HR. Tirmidzi).
3. Fokus pada aib sendiri
Kebanyakan orang sulit melihat aibnya sendiri, padahal setiap orang memiliki kekurangan. Justru aib orang lain tampak sangat jelas baginya.
Karena itu, jika melihat perilaku buruk yang ada pada orang lain, hendaknya kita melihat diri sendiri, barangkali kita juga memiliki sifat tersebut.
4. Senantiasa mengingat bahwa amal perbuatan akan dicatat dan dibalas
Setiap kali terbesit melakukan dosa, misalnya ghibah, hendaknya kita segera mengingat bahwa semua amal perbuatan akan dicatat oleh malaikat dan dibalas di akhirat kelak. Jangan sampai kita termasuk orang yang bangkrut di akhirat kelak.
Rasulullah Saw bersabda;
“Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah yang pada hari kiamat datang dengan salat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka.” (HR. Muslim). (C)
Reporter: Haerani Hambali