Toleransi Umat Beragama di Kendari, Masjid Satu Tembok dengan Gereja
Siswanto Azis, telisik indonesia
Selasa, 19 Mei 2020
0 dilihat
Masjid Da'wa Wanita dan Gereja Pantekosta, Bukit Zaitun. Foto: Dul/Telisik
" "Setiap penyelenggaraan ibadah, kita selalu berkoordinasi dan saling komunikasi, apalagi di Bulan Ramadan seperti ini. Kita tanya ibadah mereka hari apa. Kalau kebetulan waktunya bertepatan dengan ibadah kita, maka pengeras masjid kita kecilkan. Begitu pun sebaliknya. Seperti saat Ramadan sekarang mereka ada kebaktian yang bertepatan dengan tarawih, jadi jadwal kebaktian mereka majukan. "
KENDARI, TELISIK.ID - Memelihara keberagaman atas perbedaan keyakinan terus terjaga di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Selama sekira 50 tahun, dua rumah ibadah berbagi tembok.
Pemandangan itu terlihat jelas di Masjid Da'wa Wanita dengan Gereja Pantekosta, Bukit Zaitun saling berdempetan di Jalan Ir Soekarno, Kelurahan Dapu-Dapura, Kecamatan Kendari, Kota Kendari.
Kedua bangunan yang nyaris satu atap itu sama-sama dibangun tahun 1960-an. Gereja Pantekosta berdiri tiga tahun lebih awal dibandingkan dengan Masjid Dakwah Wanita.
Kini, setelah lebih dari 50 tahun, kedua bangunan ini masih kokoh, berdiri berdampingan tanpa pernah terjadi gesekan, apalagi konflik antar kedua umat beragama itu.
Pengurus Masjid Da'wa Wanita Kendari Sulfakri Sidik menuturkan, sejak dulu kehidupan antar umat beragama di Kota Kendari sangat harmonis, saling pengertian, dan memahami. Bangunan masjid dan gereja yang hanya dipisahkan tembok tersebut tidak menjadi penghalang bagi jemaah, baik muslim maupun Nasrani untuk menjalankan ibadah masing-masing.
Baca juga: 11 Rumah di Wakatobi Dihantam Puting Beliung
"Setiap penyelenggaraan ibadah, kita selalu berkoordinasi dan saling komunikasi, apalagi di Bulan Ramadan seperti ini. Kita tanya ibadah mereka hari apa. Kalau kebetulan waktunya bertepatan dengan ibadah kita, maka pengeras masjid kita kecilkan. Begitu pun sebaliknya. Seperti saat Ramadan sekarang mereka ada kebaktian yang bertepatan dengan tarawih, jadi jadwal kebaktian mereka majukan," ujar Sulfakri.
Pimpinan Jemaat Gereja Pantekosta Bukit Zaitun Pendeta David Agus Setiawan mengakui, masyarakat Kota Kendari sangat menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, terutama dalam kegiatan ibadah. Oleh sebab itu, tak heran jika kedua bangunan rumah ibadah tersebut tetap kokoh berdampingan hingga sekarang.
"Dari dulu juga kita sudah hidup berdampingan tanpa pernah ada rasa saling terganggu. Saat-saat masjid belum lama berdiri, mereka belum punya pompa air sehingga kalau mau wudu agak kerepotan. Karena kami waktu itu sudah punya pompa air, ya silakan ambil selang dan tarik airnya ke masjid," ucap David.
Keharmonisan antara dua umat beragama ini pun, kata David, terlihat saat mereka membersihkan lingkungan sekitar. Jika yang melakukan kerja bakti adalah pihak masjid, maka halaman gereja juga ikut dibersihkan. Begitupun sebaliknya, jika mereka yang mengadakan kerja bakti, maka halaman masjid juga mereka bersihkan.
Baca juga: Pastikan Bebas COVID-19, Staf Bappeda Sultra Dirapid Test
Namun umat Kristiani, kata David, sempat khawatir saat ada insiden pembakaran gereja di Jawa Timur tahun 1997 menyebar. Kabar itu sempat menyebar ke Kendari.
Ia mengakui ada rasa khawatir jika gereja mereka akan menjadi sasaran pembakaran, sehingga pihaknya meminta bantuan pengamanan dari kepolisian. Namun yang terjadi, para remaja masjid tanpa pernah diminta justru ikut bergabung bersama petugas kepolisian dan berjaga-jaga di sekitar gereja.
Namun di bulan Ramadan kali ini adalah yang paling menyedihkan bagi umat muslim di Kota Kendari, akibat pandemi virus COVID-19, Salat Tarawih maupun Salat Jumat tidak dapat dilakukan di mesjid ini secara berjamaah.
Begitupun bagi umat Kristiani, Gereja Bukit Zaitun, sudah hampir tiga bulan tidak ada kegiatan kebaktian, ini dilakukan untuk memutus mata rantai penularan virus COVID-19 di Sulawesi Tenggara.
Reporter: Dul
Editor: Sumarlin