Ini Bahaya AI jika Lebih Cerdas dari Manusia

Nur Khumairah Sholeha Hasan, telisik indonesia
Selasa, 31 Oktober 2023
0 dilihat
Ini Bahaya AI jika Lebih Cerdas dari Manusia
Pada 1993 ilmuwan komputer dan penulis fiksi ilmiah, Vernor Vinge mengatakan, manusia akan memiliki teknologi untuk menciptakan suatu bentuk kecerdasan yang melampaui kemampuan manusia. Foto: Rumah.com

" Mechine Learning Artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, adalah bagian dari ilmu komputer yang berfokus pada pembentukan mesin dengan kemampuan kecerdasan yang dapat berinteraksi dan bekerja seperti manusia "

KENDARI, TELISIK.ID - Mechine Learning Artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, adalah bagian dari ilmu komputer yang berfokus pada pembentukan mesin dengan kemampuan kecerdasan yang dapat berinteraksi dan bekerja seperti manusia.

AI telah mengalami kemajuan yang pesat dalam beberapa dekade terakhir. AI telah menjadi makin canggih dalam memecahkan masalah yang kompleks, pengambilan keputusan, dan belajar dari pengalaman.

Dalam banyak kasus, AI bahkan telah terbukti lebih pintar dari manusia. Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa AI lebih pintar daripada manusia seperti dilansir dari Mahasiswaindonesia.id:

1. Kemampuan belajar

Manusia belajar dari pengalaman, jika pemain catur makin sering dan makin banyak kali bermain akan makin hebat, cara AI belajar itu kurang lebih sama, contohnya AlphaGo menggunakan teknologi deep learning dan reinforcement learning untuk mempelajari strategi dan taktik dalam permainan Go, yang dianggap sebagai salah satu permainan paling kompleks di dunia pada tahun 2016.

Baca Juga: Ingatkan Bahaya AI di Masa Depan, Guru Besar AI Geoffrey Hinton Mundur dari Google

2. Tidak terpengaruh oleh faktor emosional

AI tidak memiliki emosi dan perasaan seperti manusia, sehingga tidak terpengaruh oleh faktor-faktor emosional seperti stres, kelelahan, atau emosi yang lainnya. Hal ini membuat AI dapat bekerja dengan konsentrasi dan fokus yang tinggi, bahkan dalam situasi yang sulit atau stres.

3. Analisis data yang kompleks

AI mampu melakukan analisis data yang kompleks dengan lebih baik daripada manusia. AI dapat mengidentifikasi pola-pola yang rumit dan memberikan solusi yang efektif dalam waktu yang singkat.

4. Kapasitas pemrosesan dan penyimpanan data yang besar

Salah satu keuntungan besar AI adalah kemampuannya untuk memproses dan menyimpan data dalam jumlah yang jauh lebih besar daripada manusia. Dalam beberapa kasus, AI dapat memproses jutaan atau bahkan miliaran data dalam hitungan detik, sedangkan manusia hanya dapat memproses sejumlah kecil informasi dalam waktu yang sama.

Sementara itu, pada 1993 ilmuwan komputer dan penulis fiksi ilmiah, Vernor Vinge mengatakan bahwa manusia akan memiliki teknologi untuk menciptakan suatu bentuk kecerdasan yang melampaui kemampuan manusia.

Saat ini, teknologi tersebut dikenal dengan nama Artificial Generalized Intelligence atau AGI. Peneliti AI dan investor teknologi mencari apa yang mereka sebut sebagai AGI, elemen yang dapat melakukan kinerja tingkat manusia pada semua jenis tugas intelektual. Sejumlah peneliti yakin apabila manusia menghasilkan AGI yang sukses maka ini adalah akhir dari manusia.

Kaum futuris selalu memuji Vinge dengan mempopulerkan "Singularitas". Dia percaya bahwa pada akhirnya, kemajuan teknologi dapat menciptakan entitas dengan kemampuan yang melebihi otak manusia.

Singularity adalah AI yang kuat bila disandingkan. Namun Vinge membayangkannya dengan cara lain. Vinge membayangkan peningkatan bioteknologi atau elektronik dengan prosesor komputer dapat mengubah otak manusia menjadi lebih cepat dan lebih cerdas.

"Intinya adalah, begitu mesin mengambil alih proses melakukan sains dan teknik, kemajuannya begitu cepat, Anda tidak dapat mengikutinya," ucap seorang ilmuwan komputer di Universitas Louisville, Roman Yampolskiy dikutip dari Detik.com.

Baca Juga: Ternyata 5 Start Up Ini Buatan Israel

Yampolsky melihat masa depan itu di bidangnya sendiri. Kini peneliti AI menerbitkan jumlah pekerjaan yang banyak dengan kecepatan tinggi.

Seorang ilmuwan komputer di University of California, Irvine, Sameer Singh mengatakan bahwa kurangnya definisi yang konsisten untuk AGI dan Singularitas membuat konsep tersebut sulit untuk dipahami.

Singh khawatir dengan kemungkinan masa depan mengaburkan dampak nyata dari kegagalan AI.

"Ketika saya mendengar sumber daya masuk ke AGI dan efek jangka panjang ini, saya merasa hal itu menghilangkan masalah yang sebenarnya penting," katanya.

Dari sudut pandang hukum, konten yang dihasilkan oleh AI sering bertentangan dengan undang-undang hak cipta dan privasi data. Model AI diketahui sudah menghasilkan keluaran yang rasis, seksis, dan salah secara nyata. (C)

Penulis: Nur Khumairah Sholeha Hasan

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baca Juga