Tinggalkan Profesi Guru, Pilih Bertanam Anggur
Affan Safani Adham, telisik indonesia
Minggu, 09 Agustus 2020
0 dilihat
Rio Aditya, petani anggur otodidak. Foto: Ist.
" Begitu menanam, saya malah diketawain orang-orang. "
YOGYAKARTA, TELISIK.ID - Dulu ia sempat dicibir. Kini banyak masyarakat yang menikmati hasilnya setelah mantan guru itu mendirikan kampung anggur.
Cibiran tersebut tidak membuatnya patah semangat untuk menanam anggur di halaman rumahnya. Mantan guru Bimbingan dan Konseling (BK) inilah aktor di balik dikenalnya kampung anggur hingga ramai dikunjungi wisatawan sampai saat ini.
Rio saat itu memanfaatkan seluruh halaman rumahnya berukuran 25x10 meter dengan menanam pohon anggur.
Bahkan, ia mulai mempelajari bagaimana cara menanam anggur agar berbuah dengan sempurna.
Hal itu berawal ketika pada tahun 2010, Rio Aditya menanam buah anggur lokal jenis Isabela sebagai peneduh halaman rumah.
"Saya ingin menciptakan kesan teduh di halaman rumah," jelasnya, Minggu (9/8/2020).
Lalu, pada tahun 2014, dirinya mengganti dengan menanam Anggur Ninel yang berasal dari Ukraina.
Seketika membuat warga Dusun Plumbungan, Desa Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Bantul, DIY, tergerak menanam buah anggur juga. Hingga akhirnya terkenal dengan sebutan kampung anggur. Di halaman warga terdapat buah anggur yang bergelantungan hampir di setiap rumah. Pemandangan menjadi istimewa ketika puluhan burung kuntul berada di kanan-kiri petani dan nampak bersahabat dengan aktivitas pembajakan sawah.
Ketika Rio menanam varietas anggur lokal banyak warga menilai apa yang dilakukan Rio tidak akan berhasil dan hanya membuang-buang waktu saja.
"Begitu menanam, saya malah diketawain orang-orang," katanya.
Setelah ditertawakan, Rio berusaha dan ingin membuktikan kalau anggur yang ditanamnya itu bisa berbuah.
Baca juga: Jurnalisme Sastrawi: Prasangka Media terhadap Etnik Tionghoa
Setelah empat tahun belajar cara menanam anggur, Rio pun tahu kuncinya dan akhirnya bisa berbuah dengan sempurna.
Selain itu, Rio juga mengembangkan varietas tanaman anggurnya dengan mencoba menanam Anggur Ninel, berasal dari Ukraina pada tahun 2014.
Menurutnya, ia memilih varietas itu karena Anggur Ninel tidak mengenal musim.
"Dan rasanya lebih manis di banding anggur lokal," terang Rio yang menambahkan anggur paling bagus dipanen pada bulan Juli hingga Oktober.
Selain itu, perawatan Anggur Ninel ini tidak serumit anggur lokal. Karena Anggur Ninel ini Anggur Hibrida. Dan setelah berbuah itu, maka warga mulai tertarik menanam anggur di rumahnya.
Melihat antusias warga, pada tahun 2017, Rio lantas mengajari warga terkait cara menanam, merawat hingga memanen anggur. Seiring berjalannya waktu, warga pun mulai menanam anggur di depan rumahnya masing-masing.
Saat ini sekitar 80 persen warga memiliki tanaman anggur di depan rumahnya. Hampir setiap rumah memiliki tanaman anggur berwarna hijau dan keunguan. Keberadaan anggur tersebut, diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Apalagi banyak orang yang datang langsung untuk membeli anggur. Jadi tidak usah susah-susah mencari pembeli.
Saat akhir pekan, banyak rombongan mengunjungi kampung anggur. Sekadar untuk menikmati kampung anggur atau membeli anggur dengan cara memetik langsung.
Adapun untuk harga anggur berkisar Rp 100 ribu per kilogram. Sedangkan untuk harga bibit anggur dengan harga Rp 125 ribu.
Kini, hasil dari penjualan anggur itu cukup menggiurkan. Bahkan ia keluar dari profesinya sebagai seorang guru di sekolah swasta pada 2016.
Petani anggur otodidak ini, setidaknya sudah sukses mempraktekkan urban farming. Membuat warga teredukasi dengan perihal memanfaatkan lahan sempit menjadi lebih bernilai secara ekonomi dan lingkungan.
Reporter: Affan Safani Adham
Editor: Kardin