KH As'ad Humam, Sosok Penemu Metode Iqra
Haidir Muhari, telisik indonesia
Selasa, 19 Januari 2021
0 dilihat
K.H. As'ad Humam dan buku Iqra. Foto: Repro google.com
" Dalam keseharian, salatnya pun harus dilakukan dengan duduk lurus, tanpa bisa melakukan posisi ruku ataupun sujud. Bahkan untuk menengok pun harus membalikkan seluruh tubuhnya. "
YOGYAKARTA, TELISIK.ID - Pohon jambu di samping rumahnya menjadi saksi kegigihan K.H. As'ad Humam hingga menemukan metode iqra, walau dalam kondisi cacat fisik yang dialaminya sejak remaja.
Metode Iqra yang ditemukannya kini telah santer ke seluruh pelosok terpencil negeri, bahkan ke negeri jiran, Malaysia dan Singapura. Metode Iqra terus diwariskan dan diajarkan dari generasi ke generasi.
Tingkat keberhasilan metode Iqra dalam sebuah studi yang dilansir dari republika.co.id, cukup fantastis. Efektivitasnya mencapai 89,9 persen bagi anak usia Taman Kanak-Kanak dalam waktu enam hingga 18 bulan.
Nama aslinya As'ad. Humam adalah ayahnya, K.H. Humam Siraj. Ia lahir di Yogyakarta pada tahun 1933. Ia adalah anak kedua dari 7 bersaudara. Mereka tinggal di Kampung Selokraman, Kotagede, Yogyakarta. Profesi K.H. As'ad Humam adalah sebagai pedagang barang imitasi di pasar Bringharjo, Malioboro, Yogyakarta.
Menurut tuturan H.M. Budiyanto yang telah bergabung dengan dakwah beliau serta turut serta merintis berdirinya Tim Tadarus AMM, seperti dilansir dari kumparan.com, Pak As sapaan K.H. As'ad Humam, berperawakan kecil.
"Dilihat dari keadaan fisiknya Pak As termasuk orang yang kecil, wajah biasa-biasa saja dan kerempeng (berat badan tidak lebih dari 50 kg). 'Wajah saya tidak seindah fotonya' demikian Pak As sering berkelakar tentang dirinya,” tulis Budiyanto.
Ia mengalami cacat fisik sejak berusia 18 tahun, pasca ia terjatuh dari pohon. Tulang belakangnya mengalami pengapuran. Karena ini juga ia putus sekolah, terhenti di kelas dua Madrasah Mualimin Muhammadiyah Yogyakarta.
Penyakit itu membuat Pak As, tak leluasa bergerak di sepenuh hidupnya. Bahkan saat salat Pak As harus melakukannya dengan duduk lurus, karena tak bisa melakukan posisi ruku dan sujud.
Baca juga: Profil Jack Ma, Pebisnis Ternama yang Menghilang
“Dalam keseharian, salatnya pun harus dilakukan dengan duduk lurus, tanpa bisa melakukan posisi ruku ataupun sujud. Bahkan untuk menengok pun harus membalikkan seluruh tubuhnya,” tulis Heni Purwono dilansir dari Tirto.id.
Dilansir dari Suara.com jaringan Telisik.id, Pak As menciptakan metode iqra setelah pertemuannya dengan K.H. Dachlan Salim Zarkasyi dari Semarang. Kiai Dachlan adalah penemu metode Qiro'ati, salah satu metode pengajaran Alquran.
Dilansir dari nahdlatululama.id, K.H. Dachlan Zarkasyi melihat pengajaran Alquran yang tidak tartil, terutama tidak adanya ilmu tajwid, sehingga menciptakan metode Qiro'ati dan telah membukukannya sejak tahun 1963.
Pak As turut mengajarkan metode Qiro'ati itu kepada anak-anak, sembari melakukan evaluasi untuk meningkatkan efektivitas pengajaran metode tersebut. Hasil eksperimennya itu dicatat lalu diajukan kepada K.H. Dachlan Zarkasyi untuk memperbarui metode Qiro'ati.
Gagasan-gagasan pembaruan itu ditolak oleh K.H. Dachlan Zarkasyi. Alasan Kiai Dachlan menolak itu karena menurutnya Qiro’ati adalah inayah dari Allah sehingga tak perlu perubahan.
Masing-masing kukuh dengan pendapatnya. Oleh karena perbedaan pendapat ini, pada tahun 1983, Pak As dan 17 pemuda mendirikan Team Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Musala (AMM) yang bertujuan menggerakkan masjid dan musala untuk menyelenggarakan tadarus. Inilah cikal-bakal metode Iqra.
Lalu pada 16 Maret 1988 berdirilah Taman Kanak-Kanan Alquran (TKA) di kampung Selokraman, Kotagede, Yogyakarta. Setahun kemudian, tepatnya 23 April 1989 berdiri Taman Pendidikan Alquran (TPA). TKA ini untuk anak-anak yang berusia 4—6 tahun, sementara Taman Pendidikan Alquran (TPA) untuk anak-anak yang berusia 7—12 tahun.
“Pak As secara intensif mulai menulis. Pohon jambu yang ada di samping rumahnya, menjadi saksi bisu betapa sangat tekun dan sabarnya Pak As dalam mencari cara-cara efektif pengajaran membaca Alquran,” tulis Budiyanto, seperti dilansir dari kumparan.com.
Baca juga: Boyan Salt, Penemu Teknologi Pembersih Sampah di Lautan
Di bawah pohon jambu ia merakit inspirasi. Saat telah menemukan, ia tulis di kertas yang kemudian ia deretkan di pohon jambu itu. Pak As melakukan itu selama bertahun-tahun dengan kondisinya yang cacat fisik itu demi memudahkan umat muslim dapat membaca Alquran secara tartil.
“Saya sebagai kawan dan anaknya cuma menyediakan kertas dan peralatan tulis. [Jika kertas-kertas itu terbang], kami anak-anaknya, mengumpulkannya kembali. Ini dilakukan bapak selama bertahun-tahun,” ujar Erweesbe Maimanati, anak kedua As’ad, dilansir dari Tirto.id.
Semangat Pak As semakin membuncah. Gerakan itu semakin massif saat Team AMM menyelesaikan buku Iqra, suatu metode membaca Alquran yang mudah, cepat, dan praktis.
Selain menemukan metode Iqro, K.H. As’ad Humam juga berpandangan inklusif. Walaupun beliau aktif di lingkungan Muhammadiyah, tetapi ia selalu membuka diri kepada organisasi apapun. Menurutnya organisasi hanyalah wasilah (alat) untuk memperjuangkan islam.
K.H. As’ad Humam menghembuskan nafas terakhirnya tepat pada bulan Ramadan, 2 Februari 1996 dalam usia 63 tahun. Jenazahnya disalatkan ribuan jamaah di Masjid Baiturahman Selokraman Kota Gede, Yogyakarta.
Kita semua dan orang-orang yang menggunakan metode Iqra untuk mampu membaca Alquran, tentu berutang budi padanya. Semoga menjadi amal jariah. Semangat, kegigihan, pantang menyerah, dedikasi tanpa henti, termasuk inkulisifitasnya, serta keterbukaan berpikirnya, mesti selalu hidup dalam diri muslim –kita semua.
Atas kegigihannya dan kiprahnya melalu Iqra, K.H. As'ad Humam mendapat berbagai penghargaan. Bahkan pada tahun 1991 menteri agama H Munawir Syadzali menobatkan TKA-TPA asuhan Kiai As'ad tersebut sebagai balai penelitian dan pengembangan Lembaga Pengajaran Tartil Quran (LPTQ) Nasional. (C)
Reporter: Haidir Muhari
Editor: Fitrah Nugraha