Manusia dan Budaya Simbol
Abd. Rasyid Masri, telisik indonesia
Minggu, 05 Desember 2021
0 dilihat
Prof. Abd. Rasyid Masri, Akademisi dan Pebisnis. Foto: Ist.
" HUBUNGAN manusia dan budaya simbol dalam teori interaksi simbolik, bermakna bahwa manusia senantiasa membentuk citra diri melalu proses komunikasi "
Oleh: Prof. Abd. Rasyid Masri
Akademisi dan Pebisnis
HUBUNGAN manusia dan budaya simbol dalam teori interaksi simbolik, bermakna bahwa manusia senantiasa membentuk citra diri melalu proses komunikasi.
Dengan membangun interaksi dan komunikasi, maka akan membentuk citra diri atau konsep diri. Siapa dirinya dan bagaimana orang lain manilai dirinya. Bagaimana dirinya dalam menilai orang lain melalui simbol yang dimiliki.
Dalam kajian ilmu sosiologi, mengenal teori interaksionis simbolik, budaya simbol yang dimiliki manusia merepresentasikan makna tertentu. Tafsir tertentu yang membutuhkan pemecahan untuk menemukan tafsir simbol yang terkadang penuh kode-kode dan arti di balik simbol.
Kekayaan dan kekuasaan adalah simbol representasi dari sosok manusia kelas atas, kalangan elit penguasa dan elit berjuis.
Manusia di era sekarang banyak yang terjebak dengan simbol atau pernak pernik kehidupan dunia, sehingga mereka terus berburu simbol-simbol yang ada di masyarakat.
Masyarakat Indonesia termasuk tipe yang memiliki pengagum budaya simbolik dan bahkan gila simbol, gila pangkat, gila jabatan, gila gelar, gila harta, gila penghormatan dan citra diri lainnya.
Realitas keseharian, sering kita lihat begitu banyak foto-foto diri dan foto kegiatan yang ditampilkan di media sosial, group WA dan media sosial lainnya, termasuk yang memiliki simbol penghargaan seperti kiyai dan ustadz. Terasa tidak sah kegiatan yang diikuti kalau tak dipublikasikan, dipamerkan.
Baca Juga: Pemimpin Bersumbu Pendek
Walau terasa bersentuhan dengan penyakit riya dan Ikhlas, tapi rasanya belum sempurna kalau tidak dibagi di media sosial. Sehingga tetap dishare ke semua media agar diketahui bayak orang, bahwa telah melakukan kebaikan.
Hal tersebut tidak lepas dari makna simbolik yang bermotif, agar semua orang tahu dengan berbagai kebaikan yang dilakukan. Walaupun esensinya orang yang baik itu adalah orang yang terus berbuat baik, walau tak perlu di ketahui orang banyak. Kebaikannya dia tahu dan menyerahkan kepada Allah yang maha mengetahui.
Baca Juga: Titik Jumpa Agama dan Budaya
Perilaku manusia selalu bersentuhan dengan simbol, status dan peran apa yang dimainkan di tengah masyarakat.
Manusia senantiasa ingin mendapatkan simbol penghormatan dirinya dari orang lain di sekitarnya. Sebagai bagian dari proses pembentukan konsep diri, yang tentu tidak lepas dari upaya menggambarkan siapa dirinya.
Berusaha menggambarkan citra dirinya, penghargaan akan dirinya. Itu yang membuat kenapa manusia satu dengan yang lain saling ingin tampil terbaik, bersaing. Sebab pada dasarnya manusia itu cinta kepada pernak pernik kehidupan dunia yang penuh godaan dan tipu daya.
Semoga kita semua tidak menjadi orang yang gila simbol diri dan simbol budaya. Sehingga tampil menjadi manusia yang selalu menebar kebaikan, tanpa melihat simbol-simbol yang melekat pada diri seseorang. (*)