Mengenal Baghdad, Kota 1001 Malam dalam Sejarah Peradaban Islam

Fitrah Nugraha, telisik indonesia
Rabu, 19 Januari 2022
0 dilihat
Mengenal Baghdad, Kota 1001 Malam dalam Sejarah Peradaban Islam
Penampakan kota Baghdad. Foto: Repro intisari.grid.com

" Baghdad berdiri sejak tahun 762-767 oleh Khalifah Al Manshur dari kekhalifahan Abbbasiyah "

JAKARTA, TELISIK.ID - Pernah dengar kota 1001 malam? Ya, julukan itu melekat pada salah satu wilayah pusat peradaban Islam yakni Baghdad, Irak.

Julukan kota 1001 malam itu tepatnya di sebuah kota yang terletak di antara jalur sungai Eufrat dan Tigris.

Mengutip tribunnews.com, Baghdad berdiri sejak tahun 762-767 oleh Khalifah Al Manshur dari kekhalifahan Abbbasiyah.

Awalnya, Mansur diberitahu tentang sebuah kota dengan iklim yang menguntungkan oleh sebuah komunitas pendeta Nestorian.

Kota itu dekat dengan Sungai Tigris dan Sungai Efrat yang memberi potensi untuk menjadi "persimpangan jalan raya".

Apalagi ahli geografi dan sejarawan Arab abad kesembilan, Yaqubi, menulis Bagdad sebagai City of Peace, pusat dunia, ibukota Dar al-Islam yang terdepan, tempat bagi ilmuwan perintis, astronom, penyair, matematikawan, pemusik, sejarawan, ahli hukum, dan filsuf.

Itulah alasan yang membuat Mansur setuju mendirikan peradaban di kota ini.

Melansir detik.com, setelah masa kekhalifan Al Manshur selesai, ternyata kota Baghdad mulai mencapai masa kejayaannya.

Kota ini dikenal sebagai pusat perkembangan peradaban dan kebudayaan Islam, tepat setelah kekuasaan berpindah ke tangan Khalifah Harun Ar-Rasyd.

"Masa keemasan kota Baghdad terjadi pada zaman pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyd (786-809 M) dan anaknya Al Ma'mun (813-833 M)," tulis dosen STISNU Nusantara Tangerang Murniasi dalam publikasinya berjudul Daulah Abbasiyah Baghdad sebagai Pusat Pengetahuan, dikutip detik.com, pada Rabu (19/1/2022).

Pada masa kejayaan ini pula, julukan kota 1001 malam disematkan pada kota Baghdad. Sepanjang pemerintahan Khalifah Harun Ar Rasyd, Baghdad disulap menjadi pusat peradaban dunia dan banyak melahirkan karya terkenal.

Bahkan, menjadi pusat pendidikan dan perdagangan dalam jangka waktu satu generasi sejak didirikan.

Sejarah mencatat, sejumlah ilmuwan dari berbagai wilayah pun datang ke Baghdad untuk mendalami ilmu pengetahuan yang hendak mereka kuasai.

Baca Juga: Yuk, Intip Indahnya Negara Kepulauan Tonga yang Diterjang Tsunami

Julukan kota 1001 malam ini juga, ternyata diambil dari salah satu karya sastra terkenal yang dilahirkan oleh Baghdad yaitu Alf Lailah wa Lailah (kisah seribu satu malam).

Karya sastra tersebut mengisahkan tentang pemimpin yang berhasil membawa Baghdad pada masa keemasannya sekaligus pemimpin yang paling dihormati oleh penduduknya, Harun Ar Rasyd.

Selain itu, kisah seribu satu malam juga memuat kisah-kisah yang melambangkan kehebatan budaya Baghdad selama masa keemasaannya sebagai pemimpin dunia dan Islam yang diakui. Sebagaimana dikutip dari buku Sejarah Peradaban Islam Terlengkap oleh Rizem Aizid.

Sebagai pusat ilmu pengetahuan bagi seluruh negeri Islam, Baghdad tentunya mendirikan banyak pusat pembelajaran pendidikan. Mulai dari Bait al-Hikmah atau perpustakaan yang berisi buku-buku ilmu pengetahuan oleh Khalifah Al-Ma'mun.

Hingga mendirikan Baitul Hikmah, sebuah lembaga ilmu pengetahuan yang menjadi pusat pengkajian berbagai ilmu. Akademi, sekolah tinggi, dan sekolah biasa pun dengan mudah dapat dijumpai di Baghdad seperti salah satunya, perguruan Nizmiyyah.

Baghdad juga banyak melahirkan kaum cendekiawan yang karyanya berperan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan hingga saat ini.

Peradaban Baghdad pada saat itu telah memberikan inspirasi bagi bangsa-bangsa di Eropa yang saat itu tengah mengalami masa kegelapan ilmu pengetahuan.

Baca Juga: Singapura Jadi Negara Paling Lelah di Dunia, Ternyata Begini Alasannya

Beberapa nama cendekiawan muslim yang berasal dari Baghdad di antaranya:

- Al-Khwarizm (ahli astronomi dan matematika, penemu ilmu aljabar)

- Al-Kindi (filosof Arab pertama)

- Al-Razi (filosof, ahli fisika dan kedokteran)

- Al-Farabi (filosof besar)

- Al-Tsani (guru kedua setelah Aristoteles)

- Imam madzhab hukum Islam (Hanafi, Syafi'i, dan Hambali)

- Al-Ghazali (filosof, teolog, dan sufi besar dalam Islam). (C)

Reporter: Fitrah Nugraha

Editor: Haerani Hambali 

Baca Juga