Gawat, Jepang Bakal Kehilangan 25 Juta Jiwa

Adinda Septia Putri, telisik indonesia
Minggu, 30 April 2023
0 dilihat
Gawat, Jepang Bakal Kehilangan 25 Juta Jiwa
Fenomena resesi seks di Jepang sudah mengkhawatirkan, negara sakura itu diprediksi akan kehilangan 25 juta jiwa. Foto: Repro Detik.com

" Dengan melihat populasi Jepang saat ini di kisaran 124,62 juta jiwa, maka pada 2056 atau dalam 33 tahun mendatang, penduduk Jepang akan berkurang sekitar 25 juta jiwa "

TOKYO, TELISIK.ID - Jepang diketahui sebagai negara yang dilanda resesi seks. Hal itu berakibat pada angka kelahiran yang sangat kecil hingga jumlah penduduknya terancam punah.

Dilansir dari Cnbcindonesia.com, proyeksi dari Institut Riset Kependudukan dan Jaminan Sosial Nasional Jepang, populasi negeri sakura bakal di bawah 100 juta pada tahun 2056.

Dengan melihat populasi Jepang yang saat ini ada di kisaran 124,62 juta maka pada 2056 atau dalam 33 tahun mendatang, penduduk Jepang akan berkurang sekitar 25 juta jiwa.

Sementara jumlah kelahiran akan turun di bawah 500.000 pada tahun 2059 jika jumlah kelahiran per wanita secara garis besar tidak berubah. Jepang mungkin menjadi lebih lemah sebagai bangsa jika populasinya menyusut.

Baca Juga: Dilanda Resesi Seks, Pemerintah Jepang Berusaha Jodohkan Warga

Kebijakan untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi dalam menghadapi populasi yang menurun, perlu segera diimplementasikan untuk menghindari nasib tersebut.

Dikutip dari Finance.detik.com, di sisi lain, dijelaskan bahwa faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab utama banyak warga Jepang yang mengalami resesi seks.

Sebagaimana diketahui, Jepang adalah negara termahal ketiga untuk membesarkan anak, hanya di belakang China dan Korea Selatan. Tidak hanya itu, saat ini banyak wanita Jepang yang lebih memilih untuk berkarir daripada memiliki anak.

Menurut mereka, akan sulit untuk mengembangkan karier bila menikah dan kelak hamil.

Baca Juga: Jadi Negara dengan Industri Porno Terbesar, Kenapa Jepang Dilanda Resesi Seks?

"Tapi sejujurnya, saya takut kehilangan karier saya," kata salah seorang pekerja wanita, Maki Kitahara.

Menurutnya, struktur sosial dan pola pembagian kerja masyarakat Jepang tidak mendukung wanita pekerja usia subur. Sebab dalam rumah tangga Jepang, biasanya hanya pria yang akan bekerja sebagai pencari nafkah dan wanita sebagai ibu rumah tangga.

"Saya sering mendengar manajer pria berbicara tentang pernikahan dan kehamilan wanita yang merusak rencana SDM, termasuk pengembangan keterampilan, rotasi pekerjaan, dan promosi. Dari sinilah ketakutan saya berasal," jelasnya. (C)

Penulis: Adinda Septia Putri

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Artikel Terkait
Baca Juga