Mirip Perkampungan Bajo, Kedai Huma Wakatobi Tawarkan Aneka Seafood
Boy Candra Ferniawan, telisik indonesia
Selasa, 10 Mei 2022
0 dilihat
Kedai Huma di Tomia Wakatobi tawarkan pesona laut yang mirip perkampungan suku Bajo serta tawarkan aneka seafood segar. Foto: Ist
" Kedai Huma berdiri di atas permukaan laut dengan menawarkan paronama laut yang menawan "
WAKATOBI, TELISIK.ID - Wakatobi tak henti-hentinya menawarkan destinasi yang menawarkan keindahan lautnya. Salah satunya dengan keberadaan kedai yang memiliki nuansa perkampungkan bajo yaitu kedai Huma.
Kedai Huma sendiri berdiri di atas permukaan laut dengan menawarkan paronama laut yang menawan. Tempat ini akan ramai dikunjungi bila hari libur tiba yang dibuka dari pukul 17.00 Wita hingga 21.00 Wita.
Selain menawarkan pesona laut yang indah, tempat ini juga menyajikan menu makanan untuk para pengunjung, mulai dari minuman hingga makanan gorengan ala restoran.
Tidak kalah menarik, pengunjung akan disuguhkan dengan menu seperti makanan tradisional Kasoami serta anggur laut atau yang lebih dikenal masyarakat Tomia dengan Fusese, serta aneka seafood segar seperti ikan bakar, muli-muli, kerang-kerangan dan lain-lain.
Baca Juga: Buton Cari Atlet Porprov Lalui Porkab
"Tempatnya bagus, cocok menikmati view bila sore hari berswafoto. Terlebih menu seafoodnya segar-segar," ungkap Rifki selaku pengunjung kedai Huma, Selasa (10/5/2022).
Baca Juga: Temukan Titik Tengah, Kasus Kepala Sekolah Tampar Siswa Berakhir Damai
Memiliki ketinggian kurang lebih 3 meter, pengunjung tentunya akan dimanjakan dengan panorama laut.Tempat yang persis di atas laut ini, sangat cocok bagi keluarga untuk bersantai. Terlebih view dengan pemandangan pulau kecil di depannya.
"Atmosfer tempatnya mirip perkampungan Bajo. lantainya terbuat dari bilahan-bilahan bambu yang tersusun rapi. Di tempat ini cocok untuk menyaksikan momen matahari terbenam yang apik," ungkap Yanti, selaku pengunjung
Kedai Huma sendiri memiliki tempat yang cukup strategis. Terletak di Desa Montu-Montu Kecamatan Tomia. Untuk dapat ke tempat ini, pengunjung bisa menggunakan kendaraan roda dua atau empat, kemudian akan berjalan kaki menurun lalu menyusuri jembatan kayu. (B)
Reporter: Boy Candra Ferniawan
Editor: Kardin