Nakes Ambyar, Kesehatan Buyar?

Fitri Suryani, telisik indonesia
Sabtu, 31 Juli 2021
0 dilihat
Nakes Ambyar, Kesehatan Buyar?
Fitri Suryani, Freelance Writer. Foto: Ist.

" Sejak Januari hingga Juli ini, insentif mereka menangani pasien COVID-19 belum ditunaikan pemerintah. "

Oleh: Fitri Suryani

Freelance Writer

BERITA terkait COVID-19 seolah belum mereda. Karena itu, tak sedikit para tenaga kesehatan saat ini bekerja ekstra dan bertaruh nyawa sebagai garda terdepan dalam percepatan penanganan COVID-19.

Namun, di balik perjuangan para nakes ada hal yang membuat mereka harus lebih banyak mengelus dada.

Sebagaimana puluhan Tenaga Kesehatan (Nakes) RS Bahteramas meradang. Sejak Januari hingga Juli ini, insentif mereka menangani pasien COVID-19 belum ditunaikan pemerintah. Padahal merekalah garda terdepan dalam penanganan pasien COVID-19.

Merekalah pelayan publik beresiko tinggi untuk terpapar COVID-19. Mereka bertaruh nyawa, namun seperti tak ada penghargaan atas peluh bekerja. Merujuk peraturan menteri kesehatan, insentif diberikan sebagai penghargaan bagi Nakes yang menangani COVID-19.

Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri, selama tahun 2021, Sulawesi Tenggara adalah salah satu dari tiga provinsi yang sama sekali belum menyalurkan insentif. Padahal berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan 17/2021, insentif Nakes dibayarkan Pemda menggunakan dana alokasi umum dan dana bagi hasil. Keduanya adalah anggaran yang diberikan pemerintah pusat dari APBN (Kendaripos.co.id, 24/7/2021).

Selain itu, banyak juga dokter di Jatim yang belum menerima insentif penanganan COVID-19. Seperti yang disampaikan Ketua IDI Jatim, Dr dr Sutrisno SpOG (K). Saat ditanya berapa dokter di Jatim yang sudah menerima insentif, Sutrisno belum bisa memastikan persentasenya.

Tetapi, ia menyebut banyak yang belum cair. Menurutnya, seharusnya insentif kepada tenaga kesehatan diberikan secara lancar. Sebab, dengan begitu akan membuat nakes bersemangat dalam bertugas menghadapi COVID-19 (detik.com, 27/7/2021).

Menghadapi persoalan terkait insentif tak lancar yang dialami para nakes tentu sangat disayangkan. Bagaimana tidak, para nakes kadang dihadapkan dilema antara tugas kemanusiaan dan gaji atau insentif yang mestinya mereka dapatkan dari kerja keras berjibaku melawan virus yang tak nampak.

Baca juga: Anugerah Peradaban Baru, Notifikasi Mengganggu Konsentrasi

Baca juga: Varian Baru Pajak yang Mencekik Rakyat

Padahal para Nakes memiliki risiko yang tinggi, karena lebih rentan terpapar COVID-19. Sehingga hal terburuk harus siap mereka hadapi, yakni kematian karena COVID-19.

Tak bisa dibayangkan saat para nakes banyak yang terpapar yang akhirnya tak bisa melayani pasien yang jumlahnya banyak. Dapat dipastikan dunia kesehatan akan semakin buruk dan situasi wabah sulit dielakkan akan makin tak terkendali.

Persoalan insentif yang tak lancar diterima oleh para Nakes, tentu ini dapat juga menghambat kinerja para Nakes. Pernahkah terpikir, jika para nakes banyak yang menarik diri dari tugas yang diembannya? Jika hal itu terjadi, tentu akan menjadi mimpi buruk bagi banyak orang. Karena sulit dipungkiri, saat ini para Nakes lebih ekstra meluangkan waktu dan tenaga mereka dalam menangani pasien COVID-19 yang jumlahnya tak sedikit.

Karenanya sebagai tanda jasa, tentu tak berlebihan jika mereka mendapat insentif yang layak dan juga lancar. Karena jika menilik hitungan rupiah sesungguhnya apa yang mereka dapatkan tak akan bisa disandingkan dengan risiko yang akan mereka peroleh. Dari itu para Nakes tidak hanya dituntut memiliki fisik yang kuat, tetapi psikis yang baik pula dalam menghadapi tugas yang diembannya.

Di samping itu, penting untuk memperhatikan tata kelola kesehatan anti kolaps, karena akan berdampak pada sehatnya sektor ekonomi. Demikian pula sebaliknya, pengelolaan ekonomi yang tidak kapitalistik akan berdampak pada pulihnya sistem kesehatan saat ini.

Karena itu, pemenuhan hak para Nakes seharusnya menjadi fokus utama pemerintah. Seperti persoalan insentif yang merupakan hak yang seharusnya dibayarkan bagi mereka yang telah berjuang untuk menangani pasien COVID-19.

Dari itu penting menjaga kesehatan fisik dan metal bagi para Nakes, sehingga mereka dapat bekerja dengan lebih baik dan maksimal. Sebab, sangat tak bijak saat mereka dituntut bekerja maksimal, sementara persoalan insentif masih seret mereka dapatkan. Karenanya jangan sampai karena persoalan insentif yang seret dapat membuat para Nakes ambyar, sehingga dunia kesehatan menjadi buyar.

Dengan demikian, seyogianya para pembuat kebijakan perlu memperhatikan insentif para Nakes, baik dari segi jumlah kelayakan, terlebih kelancaran dalam penerimaan dana tersebut.

Karena, sungguh salah satu faktor yang membuat kinerja seseorang baik, yakni adanya gaji atau insentif yang mereka dapatkan dengan layak dan lancar. Wallahu a’lam. (*)

Artikel Terkait
Baca Juga