Nantikan Festival Budaya Burangasi Buton Selatan Bakal Digelar September

Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Minggu, 02 Juni 2024
0 dilihat
Nantikan Festival Budaya Burangasi Buton Selatan Bakal Digelar September
Silat Kampung Manca, merupakan kekayaan budaya Buton Selatan yang terus dilestarikan. Foto: Instagram @kjbburangasi

" Desa Burangasi, Kecamatan Lapandewa, Kabupaten Buton Selatan, bakal menjadi tuan rumah Festival Budaya yang akan digelar 6 hingga 9 September 2024, yang dicanangkan Dinas Pariwisata Sulawesi Tenggara "

KENDARI, TELISIK.ID - Desa Burangasi, Kecamatan Lapandewa, Kabupaten Buton Selatan, bakal menjadi tuan rumah Festival Budaya yang akan digelar mulai 6 hingga 9 September 2024 mendatang, yang dicanangkan Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Tenggara.

Dikutip dari jadesta.kemenparekraf.go.id, Burangasi dianugerahi dengan kekayaan alam yang eksotik, salah satunya adalah Pantai Lakadao. Pantai ini memiliki tebing yang menjulang tinggi, hamparan pasir putih, serta terumbu karang yang masih terjaga keasliannya.

Perjalanan menuju Desa Burangasi dari Baubau dapat ditempuh melalui jalan darat menggunakan mobil penumpang dalam waktu kurang lebih 1 jam 30 menit dengan tarif Rp 40.000.

Baca Juga: Wakatobi dan Labengki jadi Pusat Perhatian di Ajang Deep dan Extreme Indonesia 2024

Untuk bisa sampai di Pantai Lakadao, pengunjung dapat memilih berbagai jalur. Tim pemandu biasanya membawa wisatawan melalui jalur laut menggunakan speed boat dengan waktu tempuh sekitar 30 menit dan biaya Rp 1,5 juta.

Festival adat yang dinantikan massyarakat Buton Selatan. Foto: Repro jadesta.kemenparekraf.go.id

 

Selain itu, bagi pecinta trekking dan tantangan, jalur darat juga tersedia dengan berjalan kaki sejauh kurang lebih 5 km dalam waktu 30 menit.

Pada tanggal 23 Juni 2022, Pantai Lakadao memperoleh penghargaan sebagai peringkat 1 lomba Promosi Desa Wisata Nusantara periode Januari-Juni 2022 oleh Kementerian Desa PDTT RI. Selain kekayaan alamnya, Burangasi juga memiliki hewan endemik yaitu kus-kus, serta kekayaan sejarah dan budaya yang luar biasa.

Burangasi menjadi daerah istimewa dalam sejarah Buton karena kaitannya dengan awal masuknya Islam pertama kali di tanah Buton. Tempat ini juga disebut dalam sejarah, sebagai pintu masuk Islam melalui ulama besar Syekh Abdul Wahid.

Selain itu, budaya Burangasi juga sangat kaya dengan hukum adat, aneka ritual, berbagai kesenian tradisional, permainan tradisional, dan tradisi gotong royong masyarakat yang masih dipupuk hingga kini.

Karena potensi budaya yang begitu besar, Desa Burangasi ditetapkan sebagai Desa Pemajuan Kebudayaan bersama tiga desa lainnya di Sulawesi Tenggara oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, tanggal 21 Desember 2022, Desa Burangasi meraih penghargaan Desa Budaya bersama lima desa lainnya.

Tetua adat, pemerintah desa, kaum perempuan, dan anak-anak muda yang tergabung dalam Pokdarwis dan KJB (Komunitas Jelajah Budaya) Burangasi dengan semangat gotong royong terus berkolaborasi untuk memajukan kebudayaan Burangasi dan mengembangkan desa wisata berbasis alam dan budaya.

Upaya ini menjadikan Desa Burangasi ramai dikunjungi wisatawan dari luar daerah hingga mancanegara. Kurnia Kim, seorang pegiat sosial di desa tersebut, menyatakan bahwa saat ini belum ada tarif masuk desa yang ditetapkan untuk wisatawan berkunjung.

Keindahan Laut Bungarasi dengan pantai biru berkilau dan hamparan pasir putih. Foto: Repro jadesta.kemenparekraf.go.id

 

Hal ini karena Bumdes selaku pengelola masih dalam tahap pengusulan ke Kementerian. Menurutnya, masih banyak potensi wisata di Desa Burangasi yang belum dikembangkan karena kurangnya sumber daya manusia untuk mengelolanya.

Salah seorang warga setempat, Yusfar, saat dihubungi Telisik.id, mengatakan bahwa Festival Budaya Burangasi merupakan salah satu upaya untuk menjalin tali silaturahmi, sesuai dengan perintah Nabi Muhammad.

Di Kecamatan Siompu, Buton Selatan (Busel), perintah nabi ini dikemas dalam bentuk ritual sakral yang disebut Metau'a, atau festival adat tahunan.

Sebelumnya, sekretaris panitia pelaksana, Amir Sarlito, menjelaskan bahwa ritual Metau'a merupakan festival adat tahunan yang dilaksanakan para lembaga adat Siompu di Baruga adat Nggulangula. Dalam festival ini, berbagai ritual dilaksanakan, seperti Tari Kamboto atau Linda selama tiga hari tiga malam.

Pada puncak acara, Tari Linda kembali ditampilkan dengan jumlah 300 penari dalam bentuk kolosal. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan Tari Pajoge.

Setelah tari-tarian selesai, acara dilanjutkan dengan makan bersama atau pekande-kandea di dalam Baruga. Dalam acara makan bersama ini, disiapkan 300 talang dengan berbagai sajian menu khas setempat.

Kemudian ada penampilan tarian perang, Fimani dari kamanu-manu, serta perangkat lembaga adat baik dari Pemerintah atau Sara maupun Hukumu. Amir Sarlito berharap festival ini tidak hanya menarik wisatawan untuk berkunjung tetapi juga dapat mendorong kesejahteraan masyarakat setempat.

Sebagai Informasi, Kepala Dinas Pariwisata Sulawesi Tenggara, Belli Harli Tombili, menyatakan bahwa target kunjungan wisatawan ke Sulawesi Tenggara pada tahun 2024 adalah 16,8 juta orang per tahun. Ia berharap festival ini dapat meningkatkan kunjungan wisatawan dan memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat setempat.

Baca Juga: Gali Potensi Ragam Budaya dan Keindahan Alam, Festival Pesona Buton Utara Bakal Digelar November

Belli juga mengumumkan bahwa pada tahun 2024, pihaknya akan meluncurkan 57 acara, yang terdiri dari 8 acara provinsi, 46 acara kabupaten/kota, dan 3 acara swasta dan masyarakat.

Meskipun jumlah acara mengalami penurunan dari 71 acara pada tahun sebelumnya, ia berharap kualitas acara dapat meningkat dan memberikan dampak yang lebih besar.

Festival Budaya Burangasi diharapkan dapat menjadi salah satu daya tarik utama di Sulawesi Tenggara, dengan mengangkat kekayaan alam, sejarah, dan budaya lokal. Hingga dapat lebih dikenal luas sebagai desa yang kaya akan potensi wisata alam dan budaya. (A-Adv)

Penulis: Ahmad Jaelani

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baca Juga