Kadis Ketahanan Pangan Konawe, Muhammad Akbar. Foto: Muh. Surya Putra/Telisik
" Alhamdulillah, pada Tahun 2019 kita merupakan salah satu daerah kunjungan kegiatan Hari Pangan Dunia yang dihadiri beberapa Duta Besar. Dan yang kita tampilkan adalah pengembangan pangan sagu. "
KONAWE, TELISIK.ID - Budidaya tanaman sagu, ubi, talas ataupun jagung di Konawe cukup melimpah. Bahan pangan lokal itu kerap diolah menjadi berbagai makanan alternatif pengganti beras.
Pemerintah kabupaten (pemkab) Konawe pun mulai membiasakan warganya mengurangi ketergantungan beras dengan cara mengonsumsi bahan pangan lokal tersebut. Keseriusan itu ditunjukkan dengan menggalakkan gerakan sehari tanpa nasi (GSTN) atau "one day no rice".
Melalui Dinas Ketahanan Pangan ikut serta mencanangkan gerakan diversifikasi pangan dengan Tema, One Day No Rise atau Sehari tanpa Beras.
Sehari tanpa Beras sendiri baru di launching oleh Kementerian Pertanian melalui video virtual.
Kegiatan yang diikuti oleh seluruh kepala daerah di Indonesia ini bertujuan untuk meningkatkan komoditas pertanian pangan lokal selain beras seperti sagu, ubi dan jagung.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Konawe, Muhammad Akbar mengatakan, ketersediaan potensi pangan lokal kita yang ada di Konawe beranekaragam seperti sagu, jagung, ubi agar tidak terlalu bergantung kepada pangan beras.
"Sejak leluhur kita sudah mengembangkan pangan lokal sagu dan ubi, nanti setelah tahun 80-an baru masyarakat kita mulai beralih ke beras," ungkapnya, Rabu (19/08/2020).
Ia menyebut, ketersediaan pangan lokal yang ada di Konawe sangat mencukupi selain beras dan sagu, di Konawe juga diketahui juga memiliki beberapa lahan jagung, ubi yang cukup luas di beberapa daerah yang ada di Konawe. Sehingga gerakan Sehari tanpa Beras akan mudah disosialisasi ke pada masyarakat kita.
"Alhamdulillah, pada Tahun 2019 kita merupakan salah satu daerah kunjungan kegiatan Hari Pangan Dunia yang dihadiri beberapa Duta Besar. Dan yang kita tampilkan adalah pengembangan pangan sagu," pungkasnya.
Pihaknya akan terus mengembangkan pangan sagu yang menjadi komoditas andalan yang di Konawe, itu terbukti dari pengembangan demplot sagu.
"Dan akan membangun demplot sagu ketiga di Kecamatan Konawe," pungkasnya.
Sementara itu, Bupati Konawe, Kery Saiful Konggoasa mengatakan, ketersediaan pangan selain beras sangat mencukupi, termasuk saat di tengah pandemi COVID-19.
Ia menyebut, banyak hasil pangan masyarakat Konawe yang tak bergantung pada beras, seperti sagu, ubi, jagung dan masih banyak lagi.
"Jangankan sehari, bahkan sampai seminggu saja kita tetap siap. Di sini banyak pangan kita selain beras yang nutrisinya sama seperti beras," ungkapnya.
Olehnya itu, ia menambahkan, untuk menjaga ketahanan pangan yang ada di Konawe pihaknya merasa harus mulai membiasakan masyarakat. Minimal satu hari dalam seminggu, jangan mengonsumsi nasi.
Meski baru sebatas ajakan dari Pemkab, warga Konawe sebenarnya sudah terbiasa mengonsumsi bahan pangan lokal yang dimaksud, seperti sagu.
Oleh masyarakat setempat, tepung sagu itu diolah menjadi makanan khas bernama sinonggi. Ia menyebut, sebelum tahun 1980-an, warga Konawe memang sudah menggunakan sagu serta ubi sebagai makanan pokok.
Bupati Konawe dua periode itu melanjutkan, meski setiap musim panen pihaknya selalu surplus beras bahkan hingga mampu mengirimkan beras ke daerah lain, seperti Kota Baubau, Kabupaten Muna dan sekitarnya, tapi daerahnya masih unggul dari segi hasil pertanian lain.
"Meski sebagai lumbung beras, Konawe juga tetap menjadi lumbung sagu. Kurang lengkap bagi orang Konawe kalau dalam sehari tidak mengonsumsi sinonggi. Makanya kami yakin, sosialisasi GSTN akan lebih mudah diterima warga," ungkap Kery.
Senada dengan itu, Wakil Bupati Konawe, Gusli Topan Sabara memberikan keterangan terkait program One Day No Rise ini.
Ia menilai, program ini merupakan langkah yang sangat penting untuk dilakukan, sebab selama ini masyarakat sangat bergantung pada kebutuhan karbohidrat yang ada pada beras.
Ia mengatakan, meski tak bisa menghentikan kebiasaan masyarakat untuk mengkonsumsi beras, akan tetapi ini merupakan langkah nyata untuk mengedukasi masyarakat untuk dapat mengonsumsi pangan lain yang kaya akan karbohidrat, seperti jagung, sagu, ubi dan lainnya.
Ketua DPD PAN Konawe ini menyebutkan, Gerakan Sehari Tanpa Nasi (GTSN) ini merupakan upaya Pemkab agar warga Konawe tidak terlalu bergantung pada konsumsi beras.
Meski diakuinya, potensi beras di Konawe sangat melimpah dan menjadi sentra penghasil beras terbesar di jazirah Sultra. Sehingga, kata dia, gerakan tersebut juga menjadi bentuk dukungan terhadap program diverifikasi pangan yang saat ini tengah digalakkan oleh pemerintah pusat. (Adv)