Pengembangan Biosaka Kurangi Ketergantungan Petani Terhadap Pupuk

Sigit Purnomo, telisik indonesia
Kamis, 18 Mei 2023
0 dilihat
Pengembangan Biosaka Kurangi Ketergantungan Petani Terhadap Pupuk
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan beserta Kepala BBI Wawotobi, Konawe saat melakukan peninjauan di sawah guna penerapan Biosaka. Foto: Ist.

" Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Sulawesi Tenggara melalui Balai Benih Induk (BBI) Wawotobi, melakukan pengembangan biosaka dalam mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk non organik "

KONAWE, TELISIK.ID - Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Sulawesi Tenggara melalui Balai Benih Induk (BBI) Wawotobi, melakukan pengembangan biosaka dalam mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk non organik.

Saat ini sedang viral pemanfaatan biosaka sebagai elisitor bagi tanaman budidaya, baik itu padi, jagung kedelai, bawang merah, melon dan lainnya.

Melansir dari cybex.pertanian.go.id, berawal dari Blitar pada tahun 2019, kini Biosaka sudah menyebar di wilayah nusantara dari Aceh hingga Papua. Di Blitar, penggunaan biosaka sudah dirasakan manfaatnya bagi petani, yaitu efisiensi biaya usaha tani (low cost), meminimalisir serangan hama dan penyakit dan meningkatkan produksi.

Biosaka diramu dari berbagai jenis rumput-rumputan/tanaman. Menurut penemunya, Muhamad Ansar, minimal 5 jenis tanaman sebanyak satu genggaman tangan. 

Baca Juga: Kementerian Pertanian Tetapkan Konawe Tempat Pelaksanaan LP2B

Tanaman yang digunakan lebih banyak memanfaatkan tanaman yang ada di sekitar areal sawah/ladang. Tidak jarang, tanaman yang digunakan tersebut biasanya oleh sebagian besar petani dianggap sebagai gulma yang harus dibersihkan/tidak bermanfaat. Tanaman tersebut tumbuh di pematang, pekarangan rumah, lahan yang terlantar dan apabila sudah dibersihkan, tanaman tersebut tetap Kembali ada di lokasi tersebut.

Beberapa jenis tanaman yang biasa digunakan sebagai bahan baku pembuatan biosaka antara lain: babadotan (Ageratum conyzoides L), tutup bumi (Elephantopus mollis Kunth), Kitolod (Hippobroma longiflora), maman ungu (Cleome rutidosperma), Patikan kebo (Euphorbia hirta L), Meniran (Phyllanthus niruri L), anting-anting  (Acalypha australis. L), jelantir (Erigeron sumatrensis Retz), sembung (Baccharis balsamifera L.), sembung rambat (Eupatorium denticulatum Vahl) dan sebagainya.

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Sulawesi Tenggara, Laode Rusdin Jaya mengatakan, berbiosaka adalah suatu usaha dalam melindungi, memperbaiki, menjaga alam dengan berbahan alam pula.

Rusdin menambahkan, bahan alam itu menjadi penyeimbang kelangsungan ekosistem, ekologi (rumah bagi seluruh mahluk) termasuk mikrobiologi, landungan di dalam bahan alam menjadi stimuno, stimulan, penyemangat, pembangkit semangat, menghidupkan energi yang tersimpan supaya bekerja.  

"Elemen alam ini masing-masing mengandung dan memiliki kekuatan tersendiri dari bahan yang ada dan hidup didalamnya," jelasnya.

Rusdin juge menjelaskan Elisitor Biosaka bermanfaat sebagai signaling dengan cara mengaktifkan sel-sel pada akar tanaman untuk tumbuh dan berproduksi.

Lanjut Rusdin sedangkan Elisitor Nuswantara Biosaka di samping membuat sel-sel pada tanaman lebih aktif dan cerdas sehingga tumbuh dan berproduksi, tetapi juga mengaktifkan mikoriza pada akar tanaman yang membentuk jaringan miselium menyebar pada lingkungan sekitar.

"Memaksimalkan penyerapan hara yang melalui proses fotosintesis akan menghasilkan energi sehingga proses ekosistem berjalan berkesinambungan  

(sustainable) menuju pada steady state," lanjutnya.

Rusdin juga mengungkap Elisitor biosaka dibutuhkan  tanaman dalam jumlah yang sedikit, apabila tanaman kelebihan menerima elisitor, maka akibat yang ditimbulkan tanaman itu mengalami kerusakan sel, dengan tingkat paling kronis menimbulkan kematian.

Sementara itu Kepala BBI Wawotobi Kabupaten Konawe, Marwan Akbar Marzuki mengungkap, belajar dari puluhan tahun mengolah pertanian selalu dicecoki dengan bahan kimia, di mana sifat bahan kimia itu semakin lama semakin menguruskan hara tanah dan menfiksasi unsur tanah.

"Sehingga tidak baik untuk kedepannya, karena lama-lama tanah akan kehilangan kesuburan alaminya," ungkapnya.

Marwan menambahkan, biosaka itu formulanya adalah bagaimana mencari tanaman-tanaman rerumputan di sekitar area perkebunan atau persawahan, dengan syarat tidak lebih 20 kilometer dari wilayah perkebunan dan persawahan.

"Yang bagus itu ambil rumput di sekitar pematang-pematang sawah dengan 5 jenis rumput yang berbeda dengan syarat rumput juga, tidak boleh lobang-lobang pada daunnya, dan rumput yang masih segar," jelasnya.

Lanjut Marwan, ketika rumput sudah terkumpul simpan dalam eber atau baskom lalu disiram air sekitar 2 gayung, lalu semua rumput diremas dan diputar 1 arah melawan jarum jam dari kanan ke kiri selama beberapa menit.

"Setelah itu dilakukan pengetesan dengan menggunakan alat TSM yang berfungsi untuk mengukur kandungan homogenitas air," ujarnya.

Ketikan kandungannya bagus itulah yang dipakai untuk menyemprot tanaman yang ada, serta untuk menyemprot itu jangan dikasih kena langsung tapi dengan cara diembunkan.

Baca Juga:Namanya Diseret Endang Soal Ali Mazi Tak Tepati Janji Aspal Jalan Konawe Selatan, Nasir Andi Baso: Saya Tidak Pernah Masuk TGUPP

Marwan mengungkap, untuk tahun ini pihaknya akan melakukan percontohan sawah satu hektare dengan menggunakan biosaka, untuk bisa membandingkan mana yang bagus menggunakan biosaka dan tidak menggunakan biosaka.

"Untuk sosialisasi penggunaan biosaka ini baru diinternal Kementerian Pertanian, makanya kami melakukan percontohan ini supaya petani yakin untuk bisa menggunakan biosaka ini," jelasnya.

Untuk digaris bawahi, biosaka itu bukan pengganti pupuk melainkan tetapi dapat mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk hingga 50%.

"Dan hasilnya tetap sama, bahkan lebih baik kalau menggunakan biosaka," tegasnya. (A-Adv)

Penulis: Sigit Purnomo

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Artikel Terkait
Baca Juga