Pentingnya Air Bersih demi Cegah Stunting

Fitrah Nugraha, telisik indonesia
Selasa, 18 Oktober 2022
0 dilihat
Pentingnya Air Bersih demi Cegah Stunting
Selain malnutrisi, kurangnya akses air bersih dan sanitasi yang buruk juga menjadi penyebab tingginya angka stunting di Indonesia. Foto: Repro SINDOnews

" Salah satu penyebab anak mengalami stunting adalah lingkungan tempat tinggal yang kurang terjaga kebersihannya, salah satunya yakni air bersih "

KENDARI, TELISIK.ID – Salah satu penyebab anak mengalami stunting adalah lingkungan tempat tinggal yang kurang terjaga kebersihannya, salah satunya yakni air bersih.

Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Sulawesi Tenggara (Sultra), Drs. Asmar, M.Si. Menurutnya, stunting yang dialami anak tidak hanya karena kekurangan gizi, namun juga air bersih dan sanitasi yang kurang terjaga kebersihannya.

“Jadi mencegah stunting ini tidak hanya pemenuhan gizi saja, tapi juga sanitasi dan air bersih yang harus dijaga,” katanya kepada Telisik.id, belum lama ini.

Menjaga kebersihan air dan lingkungan tersebut dilakukan, tambah dia, untuk mencegah anak agar tidak terserang diare dan cacingan. Sebab penyakit tersebut bisa menjadi penyebab anak mengalami stunting.

Apalagi kata dia, penyakit seperti diare dan cacingan ini membuat anak akan kekurangan cairan yang pada akhirnya berdampak pada stunting.

Baca Juga: Kasus COVID-19 Kembali Meningkat, RSUD Kota Kendari Rawat 10 Pasien

“Nah kalau anak terkena diare dan cacingan membuat anak kekurangan cairan, sehingga pertumbuhannya sedikit terhambat karena penyakit ini merupakan penyakit yang bisa berulang dialami anak. Bahkan juga bisa membuat anak malas makan,” tambahnya.

Selain malnutrisi, kurangnya akses air bersih dan sanitasi yang buruk juga menjadi penyebab tingginya angka stunting di Indonesia. Menurut riset Kementerian Kesehatan (Kemkes), dikutip dari genbest.id, stunting yang disebabkan oleh tidak adanya air bersih dan sanitasi buruk mencapai 60 persen, sementara yang dikarenakan gizi buruk hanya 40 persen.

“Kami harap bagaimana kita bisa menjaga lingkungan dengan jangan buang sampah sembarangan, sebisa mungkin ada jamban, penggunaan air bersih, air minum yang higienis, sehingga bisa terhindar dari penyakit diare,” pungkasnya.

Meski menjaga kebersihan lingkungan ini merupakan tugas dari bidang kesehatan, tapi semua pihak harus turut andil dalam mengedukasi dan membina masyarakat agar bisa menjaga lingkungannya.

Olehnya itu, BKKBN menggandeng beberapa pihak untuk mempercepat penurunan angka stunting, khususnya di wilayah Sultra. Salah satunya dengan Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia (AIPGI).

Baca Juga: DPRD dan Pemkot Sepakat Tak Perpanjang Kontrak Pasar Mandonga oleh PT Kurnia

Sub Koordinator Bina Keluarga Balita (BKB) BKKBN Sultra, Taufik mengatakan, BKKBN berkerja sama dengan AIPGI tentang pengembangan inovasi, informasi, edukasi dan pendampingan gizi dalam percepatan penurunan stunting.

Menurutnya, kerja sama ini juga bertujuan untuk mengaudit kasus stunting yang ada di kabupaten/kota di Sultra. Tim audit ini yaitu tim pakar dan tim teknis.

"Tim pakar itu, ada asosiasi gizi, ikatan dokter anak dan organisasi himpunan psikologi, dan tim teknis itu dari seluruh dinas PPKB dan dinas kesehatan kabupaten/kota," tutur Taufik. (B-Adv)

Penulis: Fitrah Nugraha

Editor: Haerani Hambali

Baca Juga