Kelor Jadi Salah Satu Sayuran Penurun Stunting di Sulawesi Tenggara

Erni Yanti, telisik indonesia
Sabtu, 24 Juni 2023
0 dilihat
Kelor Jadi Salah Satu Sayuran Penurun Stunting di Sulawesi Tenggara
Pemateri kegiatan pemberdayaan kelompok masyarakat di kampung keluarga berkualitas dalam rangka percepat penurunan stunting, sedang melakukan praktek dan bagi resep terkait pemanfaatan daun kelor sebagai pewarna makanan dan martabak. Foto: Erni Yanti/Telisik

" Menekan angka stunting atau gagal tumbuh akibat kurang gizi pada anak dengan memanfaatkan buah dan sayuran lokal, salah satunya daun kelor "

KENDARI, TELISIK.ID - Menekan angka stunting atau gagal tumbuh akibat kurang gizi pada anak dengan memanfaatkan buah dan sayuran lokal, salah satunya daun kelor yang banyak dijumpai di daerah-daerah.

Penurunan stunting ini merupakan satu program prioritas Provinsi Sulawesi Tenggara, sehingga selalu dikampanyekan dan diberdayakan melalui penyuluhan dan sosialisasi untuk mempercepat penurunan angka stunting melalui produksi pangan.

Salah satu kegiatan yang dilakukan yakni  pemberdayaan kelompok masyarakat di kampung keluarga berkualitas dalam rangka mempercepat penurunan stunting di tingkat provinsi, yang diselenggarakan di Claro Hotel Kendari mulai 22 Juni hingga 24 Juli, yang dihadiri beberapa kepala desa, lurah, kader Dashat dan Kabid pengendalian penduduk penyuluhan dan penggerak.

Dalam kegiatan tersebut turut dibahas terkait pangan di Sulawesi Tenggara, mulai dari keamanan pangan, pengembangan pangan menjadi konsumsi ideal dan melakukan praktik langsung terkait pengolahan daun kelor menjadi pewarna makanan dan olahan makanan martabak. Hal ini sudah diteliti oleh Dosen Kesehatan Masyarakat UHO terkait pemanfaatan daun kelor yang memiliki gizi tinggi.

Baca Juga: BKKBN Sulawesi Tenggara Gandeng Masyarakat Kampung KB Percepat Turunkan Stunting

Menurut dosen Ahli Gizi Kesehatan Masyarakat UHO, sekaligus pemateri kegiatan tersebut, Ruwiah, kontribusi terhadap pola pangan sangat signifikan terkait dengan kebutuhan buah dan sayuran untuk dioptimalisasikan di lingkungan keluarga dan rumah tangga.

"Kita tidak pernah memanfaatkan buah dan sayur ini untuk kebutuhan kita sehari-hari padahal buah dan sayuran itu beberapa kali kita harus konsumsi setiap hari. Namun daya terima anak-anak terhadap buah dan sayur itu masih perlu kita tingkatkan," ucap Ruwiah.

Tindakan masyarakat dalam mengelola pangan sebagai kebutuhan prioritas dapat diberlakukan di beberapa pedesaan, untuk menekan penurunan stunting, terutama daerah-daerah penyumbang sumber daya alam yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara.

Kepala Desa Tanggeau Kabupaten Kolaka, Susanto, yang turut hadir dalam kegiatan tersebut mengungkapkan bahwa desanya yang merupakan lokus stunting, dapat teratasi dengan penerapanan program desa terkait penanaman wajib sayuran di pekarangan rumah.

Baca Juga: Kondisi Lingkungan jadi Faktor Dominan Stunting di Sulawesi Tenggara

"Kami sediakan lahan untuk masyarakat menanam sayuran dan kami beri bibit, dan terbukti mengalami penurunan dari 15 menjadi 5, Alhamdulilah terjadi penurunan berkat usaha itu," tutur Susanto

Selain itu kader Dashat, Daswati juga mengungkapkan bahwa di desanya turut membuat program kebun gizi dengan memberikan bibit tanaman sayur pada masyarakat yang berisiko stunting.

"Dari dana desa diprogramkan, ada kebun gizi dimana penanaman sayur yang dibagikan ke risiko stunting," tuturnya. (A)

Penulis: Erni Yanti

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Artikel Terkait
Baca Juga