Perempuan Kolaka di Tempat Biliar: Hobi, Olahraga, dan Tantangan Menghadapi Stereotip
Egit Riski, telisik indonesia
Selasa, 10 Desember 2024
0 dilihat
Suasana salah satu tempat biliar di Kabupaten Kolaka, MMbilliard. Foto: Egit Riski/Telisik
" Stigma negatif atau strereotip terhadap perempuan yang mengunjungi tempat biliar masih menjadi tantangan besar di masyarakat "
KOLAKA, TELISIK.ID – Stigma negatif atau strereotip terhadap perempuan yang mengunjungi tempat biliar masih menjadi tantangan besar di masyarakat.
Banyak perempuan yang hanya ingin bermain atau menikmati hobi di tempat biliar kerap menghadapi pandangan miring, bahkan diskriminasi. Stereotip ini, yang mengasosiasikan olahraga biliar dengan ruang "maskulin", masih menguat di banyak kalangan.
Biliar adalah olahraga dan hiburan yang universal, yang seharusnya bebas dari pembatasan gender. Namun, banyak perempuan merasa diawasi atau dihakimi hanya karena berada di tempat yang dianggap milik pria tersebut.
Baca Juga: Kecamatan Kolaka dan Pomalaa Dominasi Lonjakan Kasus HIV Tahun 2024 di Kabupaten Kolaka
Citra, salah satu perempuan yang gemar bermain biliar, menegaskan bahwa biliar bukan soal gender.
“Biliar bukan soal gender, ini soal minat dan olahraga. Stigma seperti ini harus diubah agar perempuan merasa nyaman mengeksplorasi minatnya tanpa takut dihakimi,” ujarnya saat ditemui di salah satu tempat biliar di Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Citra bukan satu-satunya yang merasakan hal tersebut. Ani, seorang pemain biliar di MMbilliard Kolaka, juga sering menghadapi komentar negatif dari orang-orang yang mengatakan bahwa perempuan tidak cocok bermain biliar
Namun, baginya, biliar adalah ruang untuk mengekspresikan diri dan membangun kemampuan dalam olahraga bola sodok ini.
“Saya sering mendapatkan banyak komentar bahwa perempuan tidak cocok bermain biliar. Tetapi bagi saya, olahraga ini adalah ruang untuk mengekspresikan diri dan membangun kemampuan,” ungkap Ani.
Perubahan mulai tampak di beberapa tempat biliar di Kabupaten Kolaka. Tempat-tempat seperti MMbilliard di Jalan Ahmad Mustin, Dfast Kolaka di Jalan Mekongga Indah, dan Khanissa Billiard di Kecamatan Wundulako sudah banyak dikunjungi perempuan.
Fenomena ini mengikis penilaian stereotip bahwa perempuan yang mengunjungi tempat biliar adalah perempuan ‘nakal’. Tempat-tempat ini mulai menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan ramah gender, memberikan ruang bagi perempuan untuk bermain biliar tanpa takut dicap negatif.
Baca Juga: Muna Barat Kembali Raih Rapor Hijau Ombudsman RI
Stereotip yang menghambat perempuan untuk mengeksplorasi minat dan hobi mereka akan terus ada jika tidak ada perubahan pola pikir.
“Dengan lebih banyak perempuan yang berani tampil, stereotip ini akan mulai berubah. Kita harus membuktikan bahwa biliar adalah olahraga untuk semua orang, tanpa memandang gender,” tambah Ani.
Dengan edukasi yang tepat dan perubahan pola pikir masyarakat, diharapkan perempuan dapat lebih bebas mengekspresikan diri mereka, termasuk dalam menekuni hobi dan olahraga, tanpa diskriminasi. (B)
Penulis: Egit Riski
Editor: Mustaqim
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS