Perjalanan Hidayah Amoy: Dari Benci Suara Azan hingga Mendirikan Majelis Pengajian untuk Mualaf

Merdiyanto , telisik indonesia
Selasa, 26 Agustus 2025
0 dilihat
Perjalanan Hidayah Amoy: Dari Benci Suara Azan hingga Mendirikan Majelis Pengajian untuk Mualaf
Yuli Alim yang akrab dipanggil Amoy menceritakan perjalanan spiritualnya. Foto: Repro screenshot YouTube Ngaji Cerdas.

" Yuli mengaku sangat terganggu dengan suara azan, namun kini ia menjadi mualaf yang tidak hanya memeluk Islam dengan penuh keyakinan "

JAKARTA, TELISIK.ID - Kisah perjalanan spiritual Yuli Alim, seorang perempuan keturunan Tionghoa yang akrab dipanggil “Amoy,” menjadi sorotan inspiratif di kalangan masyarakat.

Dulu, Yuli mengaku sangat terganggu dengan suara azan, namun kini ia menjadi mualaf yang tidak hanya memeluk Islam dengan penuh keyakinan, tetapi juga mendirikan majelis pengajian untuk membantu mualaf lain memperdalam ajaran agama.

Awalnya Benci Suara Azan

Yuli Alim, berbagi kisahnya melalui kanal YouTube Ngaji Cerdas pada November 2024. “Nama saya Yuli Alim, saya orang Cina, orang Tionghoa, dulu dipanggilnya Amoy,” ujarnya.

Tinggal di dekat masjid selama dua tahun di Jakarta, Yuli awalnya merasa risih setiap kali mendengar suara azan.

“Dulu, suka keganggu gitu tiap denger suara adzan itu yah, kaya apa sih berisik banget,” kenangnya dilansir dari YouTube Ngaji Cerdas, Selasa (26/8/2025).

Namun, di usia 17 tahun, perubahan besar terjadi. Setiap kali mendengar azan Subuh, Yuli merasakan kesedihan mendalam yang tak bisa dijelaskan, seolah ada seseorang yang meninggal.

Perasaan ini membawanya pada rasa penasaran tentang Islam. Ia mulai memperhatikan kebiasaan umat Muslim, seperti wudu dan pakaian putih saat salat, yang membuatnya terkesan dengan kesucian ibadah tersebut.

Baca Juga: Perjalanan Spiritual Manami Ono: Nilai-Nilai Islam Selaras dengan Etika Jepang

“Akhirnya saya lihatin itu orang Islam kan beda yah dari agama saya. Ternyata mereka tuh cuci tangan, cuci kaki, cuci mulut, bajunya putih-putih gitu baru menghadap Tuhannya,” ungkap Yuli.

Perjalanan Menuju Islam

Rasa ingin tahu Yuli mendorongnya untuk mempelajari Islam lebih dalam. Ia mulai membaca Al-Quran dan menghadiri kajian-kajian keagamaan secara diam-diam.

Proses ini tidak mudah, karena ia menghadapi tantangan dari keluarga dan lingkungan yang mayoritas non-Muslim. Meski begitu, Yuli merasa hatinya semakin terbuka.

Pada tahun 2012, ia mantap mengucapkan dua kalimat syahadat di sebuah masjid di Jakarta, menandai awal perjalanan barunya sebagai Muslimah.

Setelah menjadi mualaf, Yuli tidak hanya fokus memperdalam keimanan sendiri, tetapi juga ingin membantu orang lain yang memiliki pengalaman serupa.

Ia sering merasa mualaf membutuhkan bimbingan intensif untuk memahami ajaran Islam, seperti tata cara salat, membaca Al-Quran, dan menjalani kehidupan sebagai Muslim.

“Saya dulu bingung, salat Subuh kok susah bangun. Ternyata butuh pendampingan, bukan cuma masuk Islam lalu selesai,” katanya dikutip dari okezone.com, Selasa (26/8/2025).

Mendirikan Majelis Pengajian Mualaf

Pada awal 2025, Yuli mendirikan majelis pengajian khusus untuk mualaf di Jakarta. Majelis ini bertujuan memberikan pembinaan bagi para mualaf agar dapat menjalankan ajaran Islam dengan lebih baik.

Bersama beberapa ustaz dan relawan, Yuli mengadakan kegiatan mingguan yang mencakup pelajaran dasar Islam, seperti fiqih ibadah, akidah, dan akhlak.

Selain itu, majelis ini juga menjadi wadah berbagi pengalaman bagi mualaf yang menghadapi tantangan, seperti penolakan keluarga atau kesulitan beradaptasi dengan lingkungan baru.

“Dulu saya merasa sendiri, tapi sekarang saya ingin mualaf lain punya tempat untuk belajar dan berbagi. Majelis ini seperti rumah kedua buat kami,” ujar Yuli dengan penuh semangat.

Majelis pengajian ini juga mengundang tokoh agama dan mualaf lain untuk berbagi kisah inspiratif, termasuk mantan pendeta dan publik figur yang kini menjadi Muslim.

Inspirasi bagi Banyak Orang

Kisah Yuli Alim menjadi bukti bahwa hidayah bisa datang melalui cara yang tak terduga, bahkan dari suara azan yang awalnya dibenci.

Baca Juga: Terinspirasi Perlawanan Masyarakat Palestina, Pelatih Asal Prancis Patrice Beaumelle Putuskan Jadi Mualaf

Kini, ia tidak hanya menemukan kedamaian dalam Islam, tetapi juga menjadi pelopor dalam membantu mualaf lain menemukan jalan yang sama.

Lebaran 2025 menjadi momen spesial bagi Yuli, karena ia merayakan Idul Fitri bersama komunitas majelis pengajiannya, lengkap dengan silaturahmi dan hidangan khas Lebaran.

Perjalanan Yuli mendapat sambutan hangat dari komunitas Muslim di Indonesia. Banyak yang mendoakan agar ia tetap istiqamah dan majelis pengajiannya terus berkembang.

“Hidayah itu anugerah. Saya ingin orang lain juga merasakan keindahan Islam seperti yang saya rasakan,” tutup Yuli dengan senyum. (C)

Penulis: Merdiyanto

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Baca Juga