Unik, di Tempat Ini Umat Muslim Bisa 16 Kali Buka Puasa
Nur Khumairah Sholeha Hasan, telisik indonesia
Sabtu, 25 Maret 2023
0 dilihat
Astronot Uni Emirat Arab (UEA), Sultan Al Neyadi di ISS bisa berkali-kali buka puasa, mengingat astronot yang menumpang di ISS menyaksikan 16 kali matahari terbit dan 16 kali matahari terbenam. Foto: Repro Voi.id
" Dalam kurun waktu sehari, astronot yang menumpang di ISS menyaksikan 16 kali matahari terbit dan 16 kali matahari terbenam "
KENDARI, TELISIK.ID - Puasa Ramadan wajib dilaksanakan umat Muslim tidak terkecuali para astronot yang bertugas di luar angkasa. Namun, apakah cara mereka berpuasa berbeda saat berpuasa di Bumi?
Tahun ini, ada astronot Uni Emirat Arab (UEA) Sultan Al Neyadi yang akan berpuasa di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Ia menjadi astronot Arab pertama yang akan menghabiskan waktu lama, yakni 6 bulan di ISS seperti dilansir dari Cnnindonesia.com.
Bagi warga Indonesia, karena lokasi yang berada di sekitar garis kathulistiwa membuat jarak antara matahari terbit dan terbenam di Indonesia selalu stabil di kisaran 13 jam. Waktu terpanjang berpuasa dialami oleh umat muslim yang tinggal di belahan Bumi bagian utara seperti Islandia dan Skotlandia, yang harus berpuasa 15 jam atau lebih.
Di sisi lain, waktu berpuasa muslim di negara belahan selatan Bumi seperti Argentina dan Selandia Baru lebih singkat yaitu hanya sekitar 11 jam atau lebih. Namun, waktu tersebut hanya berlaku di Bumi. Waktu berpuasa bagi astronot di orbit bisa jauh lebih singkat, hal itu jika waktu puasa mereka mengacu kepada matahari terbit dan terbenam.
Menurut NASA dilansir dari Cnbcindonesia, dalam kurun waktu 24 jam, ISS 16 kali mengorbit Bumi. Artinya, dalam kurun waktu sehari, astronot yang menumpang di ISS menyaksikan 16 kali matahari terbit dan 16 kali matahari terbenam.
Baca Juga: 2030 Umat Muslim akan Jalani Puasa Ramadan 2 Kali dalam Setahun, Fenomena Langka
Al Neyadi menyatakan, ia tetap berencana menjalankan ibadah puasa Ramadan meskipun ada pengecualian baginya sebagai seorang musafir.
"Jadi apapun yang bisa membuat misi kami berantakan atau berisiko bagi kru, kami diperbolehkan untuk makan secukupnya untuk mencegah kekurangan nutrisi atau dehidrasi," katanya.
Jika tetap berpuasa, Al Neyadi menyatakan ia bisa mengikuti waktu Greenwich Mean Time, yang dijadikan waktu resmi di ISS. Meski ada pengecualian, tetap ada panduan bagi astronot muslim yang ingin tetap berpuasa. Salah satu panduan dikeluarkan oleh Department of Islamic Development Malaysia (JAKIM).
Berkaitan dengan puasa, ada dua poin yang disebut dalam panduan tersebut. Pertama, puasa diperbolehkan di ISS atau Qada alias menggantinya saat astronot pulang ke Bumi. Kedua, waktu berpuasa disesuaikan dengan zona waktu lokasi pemberangkatan astronaut.
Selain berpuasa, JAKIM juga mengeluarkan panduan ibadah lain seperti salat dan berwudhu. Untuk salat, waktunya juga ditentukan berdasarkan zona waktu lokasi pemberangkatan.
Baca Juga: 5 Masalah Kesehatan Ini Rentan Terjadi Saat Puasa
Selain itu, JAKIM juga memperbolehkan astronot menjamak dan mengqashar salat. Soal gerakan, astronot diizinkan solat seperti biasa dalam posisi berdiri.
Akan tetapi jika tidak dimungkinkan, astronot bisa melakukannya dengan duduk dan berbaring. Saat berbaring, kedipan mata bisa digunakan sebagai indikator pergantian rakaat. Astronot juga dapat menghadap ke beberapa arah dengan prioritas tetap mengarah ke Ka'bah. (C)
Penulis: Nur Khumairah Sholeha Hasan
Editor: Haerani Hambali
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS