9 Bahasa Daerah di Sultra dan Pemetaan Bedasarkan Letak Geografis

Ridwan Amsyah

Reporter Baubau

Sabtu, 09 Januari 2021  /  2:13 pm

Peta bahasa di Sulawesi Tenggara (Sultra). Foto: Repro petabahasa.kemdikbud.go.id

BAUBAU, TELISIK.ID - Bahasa merupakan alat komunikasi. Hampir seluruh aktivitas manusia menggunakan bahasa sebagai penghubung antara individu satu dan individu lainnya.

Sejak kita dilahirkan, ibu telah mengenalkan bahasa kepada kita. Itulah yang disebut bahasa ibu atau bahasa pertama dalam istilah linguistik.

Bahasa ibu atau bahasa pertama atau dalam hal ini bahasa daerah  masyarakat Sultra cukup beragam. Tidak mengherankan, itu dikarenakan kondisi geografis dan tingginya mobilisasi yang terjadi di Sultra. Hal itulah yang menyebabkan intervensi bahasa terjadi.

Kepala Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara Dr. Hj. Herawati, S.S., M.A mengatakan, saat ini  ada kecenderungan penggunaan bahasa daerah mulai ditinggalkan.

"Hal itu dapat dilihat dalam kemampuan berbahasa daerah para penutur usia muda. Terdapat kecenderungan para generasi muda lebih banyak yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu/bahasa pertama mereka, bukan bahasa daerah orang tua mereka," ungkapnya via WhatsApp, Sabtu (9/1/2021).

Hal itu, kata Hj. Herawati, juga dipicu oleh beberapa faktor, di antaranya perkawinan beda etnis, tingkat pendidikan dan mobilitas yang tinggi, serta tidak diajarkan bahasa daerah tersebut dalam bentuk mata pelajaran muatan lokal di satuan pendidikan jengang dasar (SD dan SMP).

Baca juga: Dukung Go Green Madrasah, MA Asy-syafiiyah Sabet Penghargaan

Dalam kenyataan berbahasa, lanjutnya, suatu bahasa dapat menggeser bahasa lain. Bahasa yang tergeser adalah bahasa yang tidak mampu mempertahankan diri atau tidak lagi digunakan sebagai sarana komunikasi masyarakat penuturnya.

Kondisi seperti itu merupakan akibat dari pilihan bahasa dalam jangka panjang (paling tidak tiga generasi) dan bersifat kolektif (dilakukan oleh seluruh warga guyub/masyarakat tutur).

Pergeseran bahasa berarti suatu guyub atau komunitas meninggalkan suatu bahasa sepenuhnya untuk memakai bahasa lain. Apabila pergeseran sudah terjadi, para warga guyub itu secara kolektif memilih bahasa baru.

Sebagai upaya  pelestarian bahasa-bahasa daerah tersebut, berbagai upaya Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara menyusun program penelitian dan pembinaan melalui kegiatan vitalitas, konservasi, dan revitalisasi bahasa dan sastra daerah yang ada. Selain itu juga dilakukan inventarisasi kosakata bahasa daerah.

Kepala Kantor Bahasa Sultra berharap penggunaan bahasa daerah terus ditingkatkan dengan mewujudkan trigarta bangun bahasa.

"Saya berharap upaya pemertahanan bahasa daerah dapat terus ditingkatkan. Salah satu kegaitan yang juga dilakukan oleh Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara adalah melalui program tunas bahasa daerah. Mari kita wujudkan trigatra bangun bahasa, yaitu utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing," tuturnya.

Berdasarkan hasil pemetaan bahasa daerah di Sulawesi Tenggara, ada sembilan bahasa daerah selain bahasa pendatang yang terdapat di Sulawesi Tenggara, yaitu Culambacu, Cia-cia, Kulisusu, Lasalimu-Kamaru, Moronene, Muna, Tolaki, Wolio, dan Pulo.

Berikut 9 Bahasa dan pemetaannya.

1. Bahasa Culambacu sering pula disebut sebagai bahasa Tulambatu. penutur bahasa Culambacu dapat dijumpai di Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara. Bahasa Culambacu terdiri atas tiga dialek, yaitu dialek Lamonae, dialek Torete,  dan dialek Landawe.

2. Penutur bahasa Cia-Cia terdapat di Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara. Bahasa Cia-Cia terdiri atas lima dialek, yaitu dialek Lapandewa, Kancinaa, Masiri, Gonda Baru, dan dialek Kumbewaha.

3. Penutur bahasa Kulisusu dapat dijumpai di Kabupaten Buton, Buton Utara, dan Pulau Wawonii (Kabupaten Konawe). Dialek bahasa Kulisusu adalah dialek Kambowa, Taloki, Wawonii, dan dialek Ereke.

4. Penutur bahasa Lasalimu-Kamaru terdapat di Kabupaten Buton. Bahasa Lasalimu-Kamaru terdiri atas dua dialek, yaitu dialek Lasalimu dan dialek Kamaru.

5. Bahasa Moronene dituturkan oleh masyarakat yang tinggal di Pulau Kabaena, tepatnya di Kabupaten Bombana. Bahasa Moronene merupakan bahasa mayoritas di Pulau Kabaena. Bahasa Moronene terdiri atas tiga dialek, yaitu dialek Wumbubangka, Lora, dan dialek Rahantari.

6. Bahasa Muna dituturkan oleh masyarakat di Pulau Muna dan pantai barat Pulau Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara. Bahasa Muna merupakan bahasa mayoritas di Pulau Muna dan pantai barat Pulau Buton. Penutur bahasa Muna dapat dijumpai di Kabupaten Muna, Buton, Buton Utara, Bombana, Kota Kendari, dan Kota Baubau. Bahasa Muna memiliki dua puluh dialek, yaitu dialek Lohia, Sidamangura, La Siwa, Labora, La Bora, La Padaku, Bente, Bone Tondo, Gala, Lambiku, Wasilomata, Lombe, Siompu, Todanga, Gu-Mawasangka, Pancana, Lipu, Kioko, Boneoge, Bone Gunu, dan dialek Dempu.

7. Bahasa Pulo dituturkan oleh masyarakat di Desa Kapola Kecamatan Wangi-wangi, Desa Sandi (Jamarakka), Kecamatan Kaledupa, Desa Tongano Timur, Kecamatan Tomia, dan Desa Taipabu, Kecamatan Binongko, Kabupaten Wakatobi.

8. Bahasa Tolaki merupakan bahasa mayoritas di Provinsi Sulawesi Tenggara. Bahasa Tolaki dituturkan di Kabupaten Kolaka, Kolaka Utara, Konawe, Konawe Selatan, Konawe Utara, dan beberapa di tempat di Kota Kendari.

Bahasa Tolaki terdiri atas enam dialek, yaitu: 1. Dialek Mekongga dituturkan masyarakat di sepanjang pantai barat Kabupaten Kolaka Utara (desa Kodeaha, Desa Puundoha, dan Desa Patikala), di bagian  barat Kabupaten Kolaka (Desa Mangolo dan Desa Puundoho); di bagian selatan Kabupaten Konawe (Desa Laloae, Desa Mangolo, dan Desa Sanggona); di bagian barat Kabupaten Konawe Selatan (Desa Poli-Polia).

Baca juga: Perkuliahan Daring IAIN Kendari Berlanjut di Tahun 2021

2. Dialek Rahambuu dituturkan di Desa Lelewawo, Kecamatan Batuputih, Kabupaten Kolaka Utara; 3. Dialek Kodeaha dituturkan di Desa Lametuna Kecamatan Kodeaha, Kabupaten Kolaka Utara;

4. Dialek Konawe oleh masyarakat di Kabupaten Konawe Selatan (Desa Roraya, Desa Sabulakoa, Desa laeya, dan Desa Tambolosu); dialek di bagian selatan Kabupaten Konawe (Desa Puudambu, Desa Lalonggasu, Meeto, Desa Walay, dan Desa Tawanga), di Kabupaten Konawe Utara (Desa Wanggudu, Mopute, Todo Loyo, dan Desa Molawe);

5. Dialek Laromerui dituturkandi Desa Mopute, Kecamatan Asera, Kabupaten Konawe Utara, dan

6. Dialek Waru dituturkan di Desa Todoloiyo, Kecamatan Asera, Kabupaten Konawe Utara.

9. Bahasa Wolio dituturkan oleh masyarakat yang berada di Kota Baubau dan Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara. Bahasa Wolio terdiri atas tujuh dialek, yaitu: 1) dialek Waruruma dituturkan di desa Waruruma, Kecamatan Wolio, Kota Baubau, 2) dialek Liabuku dituturkan di Desa Liabuku, Kecamatan Bungi, Kota Baubau.

Selain itu, 3) dialek Sorawolio dituturkan di Desa Kaisabu Baru Kecamatan Sorawolio Kota Baubau; 4) dialek Wolio Keraton dituturkan di Desa Desa Badiaa, Kecamatan Murhum, Kota Baubau; 5) dialek Busoa dituturkan di Desa Busoa, Kecamatan Batauga, Kabupaten Buton.

6) dialek Pasarwajo dituturkan di Desa Pasarwajo, Kecamatan pasarwajo, Kabupaten Buton; dan 7) dialek Kaimbulawa dituturkan Di Desa Kimbulawa, Kecamatan Siompu, Kabupaten Buton. (B)

Reporter: Ridwan Amsyah

Editor: Haerani Hambali

TOPICS