Ada Apa dengan Sri Lanka? Bangkrut hingga Makan pun Susah

Nurdian Pratiwi

Reporter

Kamis, 23 Juni 2022  /  8:28 pm

Ekonomi Sri Lanka yang dibebani utang besar, membuat negara tersebut bankrut usai terjadinya kekurangan pangan, bahan bakar, dan listrik selama berbulan-bulan. Foto: Repro Tempo.co

KOLOMBO, TELISIK.ID - Dibebani dengan utang yang sangat besar, membuat perekonomian Sri Lanka saat ini benar-benar mengalami kebangkrutan. Untuk mengatasi hal itu, Kolombo sedang berusaha untuk mengadakan konferensi donor bersama China, India, dan Jepang.

Tak hanya itu, Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe bahkan meminta bantuan lembaga moneter global seperti IMF untuk menyelesaikan krisis yang tengah dihadapi oleh Sri Lanka.

"Kami sekarang menghadapi situasi yang jauh lebih serius, lebih dari sekedar kekurangan bahan bakar, listrik, gas, dan makanan," ujar Wickremesinghe, seperti dikutip dari Sindonews.com, Kamis (23/6/2022).

Ia juga menjelaskan bahwa warga Sri Lanka bahkan tidak bisa membeli bahan bakar impor, uang tunai, akibat beratnya utang yang ditanggung oleh perusahaan petroleum, sehingga mulai terlihat tanda-tanda kejatuhan ke titik terendah.

Analisa yang suram ini menguak ketika pihak berwenang melakukan perbincangan dengan pemberi pinjaman yang berbasis di Washington terkait kesepakatan dana segar untuk negara yang bangkrut ini.

Sri Lanka membutuhkan USD6 miliar dalam beberapa bulan mendatang untuk menopang cadangannya, membayar tagihan impor yang membengkak dan menstabilkan mata uangnya.

Baca Juga: Dimakan Bersama Belatung Hidup, Ini Makanan Paling Aneh di Dunia

Dikutip dari Detik.com, sebelumnya, Wickremesinghe menyebut Sri Lanka telah menyelesaikan diskusi awal dengan IMF dan bertukar pikiran tentang keuangan publik, keberlanjutan utang, sektor perbankan dan jaminan sosial.

"Kami bermaksud untuk masuk ke dalam kesepakatan tingkat resmi dengan IMF pada akhir Juli," tuturnya.

Pihak berwenang juga berencana untuk mengadakan konferensi bantuan kredit dengan negara-negara sahabat termasuk India, Jepang dan China untuk bantuan lebih lanjut.

Baca Juga: Kangkung Ilegal di Amerika? Ternyata Ini Penyebabnya

Sri Lanka sendiri bangkrut setelah gagal menghentikan krisis ekonomi terburuk yang dihadapinya dalam sejarah kemerdekaannya.

Kekurangan makanan, bahan bakar, dan kebutuhan pokok yang berkepanjangan berisiko mengintensifkan protes dan dapat menghambat stabilitas politik lebih lanjut.

Dan pada Selasa (21/6/2022) lalu, Hamilton Reserve Bank Ltd yang memegang lebih dari US$ 250 juta dari 5,875 persen Obligasi Negara Internasional Sri Lanka yang jatuh tempo 25 Juli, mengajukan gugatan di pengadilan federal New York untuk meminta pembayaran penuh pokok dan bunga setelah negara itu gagal bayar bulan lalu. (C)

Penulis: Nurdian Pratiwi

Editor: Musdar