Armand Hartono: Putra Mahkota Djarum yang Memilih Hidup Sederhana di Tengah Gelimang Harta

Haidir Muhari

Reporter

Selasa, 07 September 2021  /  4:38 pm

Armand Hartono, sosok yang memilih menjalani hidup sederhana di tengah gelimang harta. Foto: Repro Detik.com

JAKARTA, TELISIK.ID - Putra Mahkota Djarum ini memilih tetap hidup sederhana, seperti masyarakat pada umumnya.

Armand Wahyudi Hartono, namanya. Ia lahir di Semarang, 20 Mei 1975. Menurut catatan Forbes tahun 2015 kekayaan Armand mencapai Rp 113 triliun. Saat ini tentu lebih banyak lagi.

Terlahir dari keluarga Hartono, masuk dalam deretan orang terkaya di Indonesia. Ayahnya, Robert Budi Hartono dan pamannya, Michael Bambang Hartono, merupakan orang terkaya nomor 1 di Indonesia.

Keluarga Hartono adalah pemilik perusahaan rokok, Djarum, juga perbankan, Bank Central Asia (BCA). Melansir sumber BBC, kekayaan keluarga ini sekitar 70 persen dari kegiatan bisnis BCA.

Unit bisnis lainnya yang dimiliki keluarga ini adalah elektronik (Polytron), perkebunan (HPI Argo), e-commerce (Blibli.com), agen perjalanan daring (Tiket.com), media (Mola TV), berbagai merek makanan dan minuman, serta real estate.

Anak bungsu Robert Budi Hartono ini, kini menjabat sebagai Deputy President Director atau Wakil Presiden Direktur BCA. Di tengah gelimang harta, alumni California State University pada 1996 ini memilih hidup dalam kesederhanaan.

Jauh berbeda dari orang kaya kebanyakan yang mempertontonkan barang mewah dan kekayaan yang dipunyainya. Di tengah ingar-bingar keterpikatan dan demonstrasi kekayaan itu, ia memilih jalan sunyi.

Dilansir dari TribunStyle.com, berikut ini beberapa potret kehidupannya yang bisa kita jadikan cermin tentang arti kekayaan dan kemewahan.

Baca juga: Sayed Sadaat: Mundur dari Menteri Afghanistan, Pilih Mengurir

1. Selalu Berusaha Hemat

Ada pepatah lawas yang sudah lazim kita dengar, hemat pangkal kaya. Pepatah itu, menjelma menjadi laku kesehariannya. 

Sehari-harinya ia selalu berusaha hemat. Pria yang mendapat gelar Master of Science di bidang Engineering Economic-System and Operation Research dari Stanford University, ini hemat dalam menggunakan uang dan fasilitas.

Sebut saja saat menggunakan AC. Dia hanya menyalakan AC sebentar saja. Saat kamar tidur sudah dingin, AC dimatikan.

"Kan yang paling penting pas mau tidur saja, di tengah-tengah panas dikit tidak apa-apalah," ujar Armand.

Selain itu, menurut pengakuan karyawan BCA yang tak mau disebutkan namanya, Armand tak membuang air yang diminumnya.

"Kalau ambil air minum juga selalu dihabiskan, tidak disisakan dan dibuang percuma," beber karyawan itu.

2. Ramah pada Karyawan

Menurut kesaksian beberapa karyawan, Armand juga sosok pemimpin yang humble, rendah hati. Ia tak sungkan menyapa karyawannya.

"Pak Armand itu selalu menyapa, senyum kalau ketemu sama karyawannya," ungkap salah seorang karyawannya. Ia menjadi idola karyawan dan karyawati BCA karya sosoknya yang friendly dan sederhana itu.

Baca juga: Kisah Nur Anugerah, Perawat Asal Wakatobi Berhasil Wujudkan Mimpi Bekerja di Makkah

3. Makan di Kantin Bersama Karyawan

Menjabat sebagai pimpinan di BCA, Armand tidak gengsi sama sekali makan di kantin seperti karyawan pada umumnya.

"Gaya hidup juga harus dijaga, sederhana saja. Sehari-hari di kantor ya saya makan di kantin, lho," jelasnya.

Ia menjalankan filosofi Jawa, tentang arti dari cukup. Bukan menonjolkan kebesaran lembaga atau perusahaan, melainkan kualitas pelayanan.

"Cukup tunjukkan kalau kita bisa menjadi institusi yang sehat dan terpercaya," pungkasnya.

4. Pakai Sepatu Bolong

Armand  tak malu memakai sepatu yang sudah jebol. Padahal dengan kekayaannya, ia tak hanya bisa beli sepatu baru, termasuk pabriknya. Ini diketahui melalui unggahannya di akun instagram.

"Prepare for anything. Apa pun bisa terjadi, sepatu tua tiba2 sobek di perjalanan, untung ada lakban," tulisnya.

Sepatu yang dikenakannya itu tetiba rusak saat dalam perjalanan. Sepatu berwarna cokelat itu jebol di bagian depan. Armand lalu melakban bagian yang jebol itu. (C)

Reporter: Haidir Muhari

Editor: Fitrah Nugraha